Bekal Ganti Lelah

40 8 5
                                    

Sore hari.

Nindy meregangkan otot-otot punggungnya yang sedari tadi butuh istirahat, sudah 3 jam dia duduk depan laptop menyiapkan kebutuhan data skripsinya. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, memang itulah yang dikejar. Kadang rasa ingin teriak, tertawa dan menangis menjadi satu. Akhirnya dia merasakan juga dikejar deadline skripsi. 

Mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan, dia tergolong cepat dalam berkuliah, jika skripsi dia kelar maka Nindy menghabiskan waktu 3 1/2 tahun menjalani Strata 1 di salah satu universitas negeri di Indonesia. 

Pintu kamar pun diketok membuat Nindy menghentikan jari-jari tangannya mengetik untuk kemudian menengok ke arah pintu kamar. "Masuk!"

Sapaan hangat Mama Nindy keluar dari bibir wanita berumur 45 tahun tersebut. "Makan dulu yuk, Mama sudah buatkan kamu steak,"

Mata Nindy berbinar. Tak berpikir panjang, Nindy langsung berdiri dari posisi duduk dan menghampiri Mamanya.

"Sudah sampai bab mana? Bukan bab niat kan?" tanya Mama.

"Deuuh ngeledeek, pokoknya sebelum bab akhir, Nindy pastikan sudah selesai! Jadi bisa tenang deh berangkat ke Jepaang!"

"Ngomong-ngomong soal Jepang ya, kamu yakin mau pergi sendirian? Mama masih bisa lho pesan tiket sekarang buat nemenin kamu,"

"Nggak usah, Ma. Aman. Nindy butuh refreshing, waktu menyendiri cari wangsit sebelum menyelesaikan skripsi, biar gak mumet amat," jawabnya sambil membumbui daging steak dengan merica dan garam.

Mama memandangi anaknya itu. "Beneran? Atau sama Papa atau Abang Fahri kek, gak mau juga?"

Nindy, si wanita manis berlesung pipi itu menggeleng cepat.

"Seriusan."

"Tapi Mama baca berita, di Jepang lagi musim dingin lho, Nin. Kamu gak salah ya pilih waktu liburnya?"

"Ma, Nindy kan norak, Ma. Niat Nindy sejak dulu pengennya lihat salju di belahan Eropa, tapi apa daya uang Nindy cukup hanya untuk ke Jepang. Itu juga Nindy terima kasih banget bangeet sudah dibantu Mama, Papa dan Bang Fahri buat nambah-nambahin yang saku. Jadii, ini waktu yang tepat untuk melihat salju secara langsung!"

Mama geleng-geleng kepala,"Ya asal jangan kamu tuangin sirup aja nanti ke salju di sana, makin norak nanti,"

"Iih, itu Mama kaliiii, bilang ajaa mau ikut kaan?"

Mama hanya melengos seraya menyantap potongan daging steak ke dalam mulutnya.

***

Di tempat lain, seorang pria tampan sedang bersiap untuk pemotretan sebuah majalah. Wajah tanpa pori-pori nan glowing itu melatih beberapa pose untuk ditampilkan depan kamera fotografer nanti. Tubuhnya yang tegap, tinggi, rambut hitam, bibir proporsional dengan warna pink, hidungnya yang bangir, alis yang tebal serta mata yang sipit namun memiliki tatapan yang dalam sangat memantaskan dirinya menjadi idola para wanita masa kini.

Tidak hanya anak muda, tapi juga para wanita yang berumur ikut mengidolakannya. Terutama semenjak film terakhirnya booming, yaitu Roman di Ujung Perbatasan dimana dia berperan sebagai seorang tentara. Lakonnya sungguh pas dan mampu memukau kekaguman para kaum hawa.

"Duh Varo, lo tuh benar-benar ya, cakep lo. Pusing gue lihatnya," salah satu fashion stylist tak henti memuji dia.

Pria bernama Alvaro itu hanya tersenyum.

"Terus elo pake senyum lagi, duh gak bisa nih gue.. Gak bisaaa!" seru wanita berambut ungu itu.

"Mba Lala berlebihan ah, saya musti bereaksi apa dong seharusnya? Senyum salah, ketawa salah."

About 7 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang