Terbiasa

16 4 1
                                    

"Jadi gitu ceritanya..., udah puas kan? Nggak usah ribet lagi pengen tahu?" kata Nindy pada Mikta melalui video call. Saat ini, Nindy sedang berada di atas kasur, menerima telepon dari Mikta yang sedari kemarin ribet betul kepingin tahu cerita bagaimana Nindy dan Alvaro bisa tinggal 1 kamar.

"Wah bener-bener gila emang teman gw, di saat banyaknya wanita yang mimpi mau ketemu Alvaro, dia malah udah sekamar! Luar biasa lo, cune. Terus, lo udah ngapain aja?"

"Ya nggak gue apa-apain lah, emangnya eluu, bisa abis Alvaro sama lo, bisa sawan!"

"Setan kali ah gue bikin dia sawan,"

Nindy tertawa kecil. "Kenapa sih lo ngefans banget sama kata setan?"

Mikta membalas dengan juluran lidah.

"Terus, dia bagaimana aslinya? Emang cool gitu ya keliatannya?"

Nindy menggeleng cepat, "Nyebelin,"

Mikta memperhatikan mimik temannya itu. "Yakin looo? Kok lo jawabnya sambil senyum-senyum gitu? Naaah! Lo naksir dia ya??"

"Dih, nggak lah,"

"Ngaku juga nggak apa-apa, Nin. Manusiawi banget kalau lo demen ama dia, mukanya aja udah mengalihkan dunia cewek-cewek,"

Nindy terkekeh. "Iya sih, gue akui ya, muka dia tuh gak manusiawi. Maksud gue.. Kok ada ya muka orang sesempurna itu dari mulai bentuk hidung, bentuk wajah, mata, bibir kok bisa ya bok? Manusia biasa kayaknya nggak ada yang begitu deh,"

"Pan gue bilang juga apaa, katanya sih kakaknya dan bokapnya ganteng jugaa, kalau emaknya sih gue kurang tahu.. Tapi pasti cantik sih ya, anaknya aja begitu amat mukanya. Eh, ngomong-ngomong, dimana dia sekarang? Kok kita bisa bebas banget ngobrolin dia?"

"Biasalah.. Dia sih sering keluar kamar cuma sekadar jalan-jalan cari udara segar. Suka ngajakin gue sih, tapi gue mager banget."

"Ih si bloon, udah bagus-bagus lo diajakin sama cowok ganteng. Emang lo paling bloon ye, terus lo nggak khawatir kalau dia tetiba datang?"

"Aman. Pintu kamar disini agak berisik kalau dibuka, jadi ketahuan kalau dia udah balik dari jalan-jalannya,"

Salah. Perkiraan Nindy salah. Karena Alvaro sudah kembali dari jalan-jalan di luar kamar, sekarang dirinya sedang berdiri di balik tembok dekat pintu masuk untuk menguping pembicaraan Nindy dan Mikta.

"Ya.. Kalau gue jadi elo nih, Nin. Hajar aja lah PDKT, mumpung saingan lo kagak ada kalau di Jepang mah,"

Wanita berkulit putih itu mendengus. "Nggak lah, mimpi gue nggak setinggi itu,"

"Terus, setinggi apa? Mantan lo yang masih ngejar-ngejar lo itu? Ya dia manis dan baik sih gue nggak masalah kalau lo mau balik lagi sama dia, tapi.. elo juga kan harus kenal cowok lain, Nin. Kita juga harus usaha cari jodoh."

"Pikiran lo kejauhan ah, gue lulus aja belum."

Mikta pun masih bertanya. "Kalau Alvaro orangnya enak diajak ngobrol sih.. Ya aman lah. Kalau bukan tipe artis sengak tengil, gak ada masalah dong?"

"Ketinggian buat gw, Mik. He's too good to be true. Walau kadang... Jujur ya.. Gue semenjak ketemu dia suka berkhayal punya pacar kayak dia, pacarku superstar. Hahahah. Tapi kalau udah ngebayangin komentar netizen gue merinding sendiri. Mending nggak usah deh, "

Alvaro yang mendengarnya berubah mimik dari senyum-senyum jadi merengut.

"Anyway, dari semua fisik nyaris sempurna yang dia punya, gue suka sama garis senyumnya dia..," Nindy berucap sambil memberikan cengiran. "Super cute!"

About 7 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang