3

129K 17.7K 1.3K
                                    

Srot ... srot ... srot.

"Nad, lo nangis?"

Mega yang baru pulang dari kursus tambahan kaget melihat Nadia yang mengusap hidungnya yang kemerahan dengan tisu.

"Siapa bilang gue nangis? Gue kepedesan. Ini seblak level Dajjal. Itu orang kampret bener, udah putus masih nyiksa gue aja."

Nadia melanjutkan kegiatannya memakan seblak yang kuahnya merah sekali. Walau bibirnya sudah jontor, seperti bibir banci yang habis suntik silikon.

"Itu seblak dari dia?"

Mega menunjuk mangkok yang dipegang Nadia, ia hampir bersin karena bau cabe yang menyengat.

"Iya."

"Kok, lo masih mau merima makanan dari dia?"

"Gue emang marah ama orangnya, tapi gue gak bisa marah ama makanan."

"Jadi lo udah resmi putus?"

"Udah."

Mega mengambil ponsel Nadia dan mulai mengutak-atiknya.

"Ngapain lo?"

"Ganti status lo di sosmed."

"Sekalian lo apusin foto si burik itu!" perintah Nadia. Ia tidak mau lagi menyimpan apapun tentang Alvin. Bahkan setelah ini ia berencana akan mengembalikan semua barang pemberian Alvin.

"Kayaknya kalian putusnya nggak secara baik-baik, ya?"

Mega menuruti perintah Nadia, matanya hampir juling karena dari tadi sekral sekrol foto Alvin yang jumlahnya bejibun.

"Emang ada orang putus secara baik-baik? Kalau baik-baik ngapain putus?"

"Hadeh, capek, deh! Mending gue mandi." Mega melemparkan ponsel Nadia dan pergi ke kamar mandi.

***

Setelah makan seblak, Nadia pergi membuang sampah di depan kosannya. Ia melihat Alvin sedang berdiri di depan pagar.

"Ngapain lo disini? Keputusan gue nggak bisa diganggu gugat, ya! Jadi percuma lo minta balikan."

"Siapa yang mau nemuin lo. Gue mau jemput si Brandon, kita mau futsal."

Nadia tak percaya keterangan Alvin begitu saja. "Hilih, palingan modus lo aja."

"Kepedean. Ngapain gue ngajakin lo balikan? Tak usah, ya. Cewek model lo di pasar Asemka juga banyak." Alvin bersedekap dan menyandarkan dirinya di pagar. Ia mengamati hidung Nadia yang kemerahan.

"Gue pegang kata-kata lo." Nadia berjalan melewati Alvin. Sengaja menginjak kakinya.

"Lo abis nangis? Karena gue, ya?"

Mendengar pertanyaan Alvin, Nadia membalikkan tubuhnya. "Demi apa gue nangisin lo? Gue abis makan seblak dari lo. Sengaja lo kasih pedes biar gue diare, ya?"

"Udah gue kasih entrostop di dalemnya, nggak lo ambil?"

Rupanya obat diare yang dimaksud Alvin ikut terbuang bersama kantong kresek.

"Nggak usah sok perhatian ama gue, nggak penting!" Nadia masuk ke dalam kamarnya, membanting pintu kencang.

"Vin, kok lu nggak masuk? Nadia di dalem, tuh sandal dia ada." Brandon yang baru kembali dari minimarket menghampiri.

"Gue tadi kebetulan lewat aja, ya udah gue pulang." Alvin berjalan keluar pagar.

Brandon melihat punggung Alvin yang menjauh dengan heran. Pasti terlibat konflik, pikirnya.

"Heh! Brandon ...." Nadia memanggil Brandon dari jendela kosnya. Malas membuka pintu.

Brandon menghampiri Nadia, "Apa? Pacar lo baru aja balik."

"Dia bukan pacar gue lagi!" ralat Nadia sebal. Mendengar Nada bicara Nadia, Brandon semakin yakin telah terjadi pertengkaran antara kedua orang itu.

"Sejak kapan?" tanya Brandon kaget.

"Sejak 2 jam lalu."

"Jangan curhat."

"Lo yang nanya, kampret!"

"Putus kenapa?"

"Kata lo jangan curhat?"

"Lupa."

"Lo nggak futsal ama dia?" tanya Nadia curiga. Sebenarnya sedari tadi ia mengintip dari jendela.

"Udah, kemaren."

"Ya udah, pergi lo!"

"Kok lo ngusir? Bukannya tadi lo yang manggil gue?"

"Gue males ngomong ama lo."

Brandon heran dengan perubahan nada bicara Nadia. "Gue kenapa?"

"Lo temennya dia."

"Terus?" Brandon tak mengerti dengan sikap sinis Nadia padanya, ia tak merasa melakukan kesalahan apa-apa.

"Muka lo ngeselin." Nadia menutup gorden jendelanya, menyisakan Brandon yang berdiri dengan muka cengo.

"Dasar cewek aneh."

Brandon pergi ke kamarnya sambil menggelengkan kepala. Dia yang tidak tau apa-apa jadi ikut terkena imbasnya.

Nadia menyisir rambutnya di depan kaca. Ia tersenyum miring. "Hilih, ayam sayur. Mau ngibulin gue?"

Nadia mencibir Alvin yang pura-pura ke kosannya untuk bertemu Brandon. Nadia semakin yakin kalau sebenarnya Alvin masih mengharapkannya.

***
Part selanjutnya bisa dibaca di Dream, nama akun tetap sama oryzasativa86. Masih gratis kok. Makasih😘

Mantan Kampret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang