"Apa kamu tau tentang mimpiku?"Havan terkejut, ini pertama kalinya Raza memulai percakapan duluan. Selagi membersihkan teh yang tersembur di beberapa bagian wajahnya, Havan menjawab Raza dengan semangat.
"Maaf, Raza. Raza, kamu punya mimpi? Aku tidak tau, Raza. Raza beri tahu aku, tentang kamu aku buta, Raza."
Tatapan Raza seperti menyuruh Havan untuk tenang dan tidak tergesa-gesa. Ini hanya aku, dan aku disini. Tidak akan kemana-mana, Havan.
Ya, kira-kira seperti itulah maksud dari tatapan Raza.
"Tentang naskah yang kemarin, itu mimpi terbesarku. Mimpi dari segala mimpi, mimpi yang paling aku handalkan untuk menjadi nyata."
"Lalu?"
"Lalu.. aku memutuskan untuk terus bermimpi."
"Oh? Itu hal yang bagus! Sangat bagus! Terima kasih untuk tidak menyerah dengan mimpimu, Raz."
"Bagus..ya?"
"Ya..? Bagus, kan? Apa ada yang salah, Raz?"
"Aku mau itu untuk tetap menjadi mimpi, hal yang bagus bukan?"
"Maksudmu, kamu tidak akan membuat mimpimu menjadi nyata?"
"Ya."
"Kenapa..?"
"Apa ada alasan? Apa berhenti bermimpi membutuhkan alasan? Lalu, mengapa seseorang tidak memberi tahu aku kenapa mimpi ku terus menjadi mimpi? Kenapa tidak ada yang memberi tahu aku alasan mimpi ku tidak bisa menjadi nyata?"
"Mimpi ku palsu, semua hanya bayang-bayang. Terlalu tinggi, tempatku bukan disana." Lanjut Raza dengan nafas memburu, mengeluarkan semua emosi dan pertanyaan yang ada di kepala-nya.
"Raza.. sakit ya?"
"Sakit?"
"Sakit.. namanya sakit, ya?"
"Sesak.. sesak sekali. Rasanya seperti sesuatu milikku yang sangat berharga baru saja dirampas, sakit. Sakit.."
Raza menangis, dalam pelukan Havan. Emosinya tidak tertahan, semua rasa yang dirasa Raza menemukan titik keluar. Raza, pasti lega kan?
Havan bingung harus bersikap seperti apa. Di satu sisi, dia sedih melihat Raza dengan semua sedihnya. Tapi di sisi lain juga, Havan senang karena Raza akhirnya menunjukkan sisi 'manusia' nya.
"Benar, Raza. Mimpi itu, milikmu. Lalu, kenapa kamu membiarkan semua itu untuk dirampas?"
"Begini, perihal mimpi itu tidak ada batas. Waktu, seperti apa mimpi tersebut, berganti atau tidak, semua tentang mimpi tidak ada batasnya, Raz."
Lihat, kan? Baru saja berkata bingung mau melakukan apa, tapi ternyata Havan selalu punya sesuatu untuk Raza. Havan selalu siap untuk Raza.
"Bisa.. seperti itu?"
"Bisa, Raza. Semua bisa. Semua bisa untuk Raza."
"Tidak apa-apa ya? Mungkin untuk hari ini Raza mau menyerah, tidak apa-apa Raza."
"Iya.."
"Besok mau jalan-jalan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/254263498-288-k106446.jpg)