Kucing & ikan

12 3 0
                                    


"Selamat pagi, Raza."

"Pagi."

Raza sudah terbiasa dengan kemunculan Havan yang tiba tiba. Terhitung sudah sekitar 2 bulan Havan menemani Raza yang selalu sendirian.

Raza tidak peduli dan tidak ingin tahu apa motif Havan. Karena jawaban nya selalu sama;diam membeku, seolah tak mendengar Raza bertanya.

"Hari ini masih tidak sarapan?"

"Aku kan gak bisa sarapan."

Entah karena sudah lama berteman atau apa, tapi Havan sudah bisa merasakan perbedaan Raza dihari pertama dan yang sekarang. Raza tidak se-jutek ketika pertama kali bertemu Havan.

"Kamu bisa melakukan banyak hal ya, Raz."

Havan menatap wajah Raza yang sedang bekerja,
"Kekurangan mu cuma satu."

"Apa?"

"Tidak bisa ku miliki."

"Apa ada kesempatan untuk-ku memiliki mu, Raz?"

Raza tidak menjawab, hanya melanjutkan pekerjaannya. Tapi Havan tahu, raut wajah Raza berubah.

"Raza, apa kucing bisa berteman dengan ikan?"

"Kalau ikan nya mau mati, ya silahkan."

"Kata ikan nya tidak apa apa, asalkan punya teman."

"Apa hidup nya seputus asa itu?"

"Iya."

"Sama saja, kucing nya juga berakhir sendirian. Lagi."

"Menderita karena keserakahan-nya sendiri, ya?"

"Siapa bilang menderita?"

"Kan, kamu bilang kucing nya juga akan berakhir sendirian."

"Bagaimana kalau kucing dari awal memang tidak ingin ditemani? Bagaimana kalau dia memakan ikan justru karena ingin sendirian lagi?"

Havan termenung, jawaban Raza yang diluar ekspetasinya selalu berhasil membuat ia terpukau. Raza dan isi kepalanya, sangat cantik.

"Untuk memberi bahagia pun, kita harus tahu tempat, Van."

"Maksud mu, aku harus tahu tempat ku?"

"Kalau kamu merasa yasudah, aku hanya mencoba untuk menjawab pertanyaanmu."

"Raz, apa tanaman juga bisa menangis?"

"Raz, kenapa pelangi selalu butuh hujan untuk datang?"

"Pertanyaanmu membosankan."

"Kalau begitu, coba kamu yang tanya aku."

"Van, kapan kamu akan pergi?"

"Ketika aku bisa melihat mu tertawa, karena aku."

KepalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang