✉️ nine

368 89 2
                                    



✉️✉️✉️



Sepulang sekolah, ketiga sahabat kepompong itu benar-benar melaksanakan niatnya untuk membeli ikan cupang. Oleh sebab itu, mereka bertiga (Re: Yoshi, Jihoon, Junkyu) sekarang sudah berada ditoko ikan hias milik Pak Top sambil berdebat manakah ikan cupang yang paling bagus.

“Kalau kata gue sih ini yang paling bagus,” Yoshi menunjuk Aquarium mini berisi ikan cupang yang berada didepannya.

Junkyu menggeleng tidak setuju, “Bagusan yang ini.”

“Eitss mana bisa, paling bagus tuh yang ini,” bantah Jihoon.

“Yaudah kita beli tiga-tiganya aja,” usul Yoshi pada akhirnya.

Junkyu dan Jihoon mengangguk setuju. “Iya gitu aja biar cepet. Tuh liat, Pak Top mukanya sepet banget ngeliatin kita yang debat gara-gara ikan cupang,” ujar Jihoon.

Setelah itu, ketiganya segera menuju kasir dan membayar ikan cupang yang dipilih tadi, itupun sempat debat bentar sama Pak Top gara-gara tiga anak ini minta diskon buat pelajar. Selesai membayar, mereka bertiga pun keluar sambil menenteng kantung ditangan masing-masing.

“Eh, cuy! Itu Lua bukan?”

Junkyu menepuk-nepuk bahu Yoshi dan Jihoon agak heboh sambil menunjuk ke arah samping, tepatnya ke toko tanaman hias milik Bu Dara. Disana ada Lua dan Sei yang baru saja keluar sambil membawa tanaman calendulla.

Tunggu? Apa tadi? Calendulla?

Tiga sahabat kepompong itu otomatis saling melihat satu sama lain. Sekarang siapapun yang berhubungan dengan Calendulla membuat mereka curiga, terlebih Yoshi yang merupakan oknum penerima pesan dari anonim.

“Iya itu Lua sama Sei,” ujar Jihoon sambil sedikit mengernyit, “Tapi kenapa kok bawa-bawa bunga? Bunga calendulla lagi.”

“Ji, lo kemarin juga nyebutin kalau Lua lahirnya Oktober juga kan?”

Jihoon mengangguk, membenarkan pertanyaan Yoshi.

“Duh, nambah beban pikiran aja,” sahut Junkyu kemudian menepuk-nepuk pundak Yoshi, “Kasihan temen kita satu ini makin overthinking, mana masih muda.”

Yoshi mendelik, lalu menyingkarkan tangan Junkyu yang setia menepuk-nepuk pundaknya. “Entar kalau giliran lo kayak gini, gue ketawain.”

Baru saja mereka bertiga berpikiran ingin nyamperin Lua dan Sei, dua cewek itu nyemperin mereka bertiga duluan.

“Wih ketemu disini kita, jangan-jangan jodoh nih,” Lua menyapa sambil menampilkan senyum lebarnya.

Mendengar pertanyaan Lua, Jihoon menaik-turunkan alisnya, meledek, “Sama yang mana nih maksudnya? Sama gue? Atau sama salah satu orang yang ada disamping gue?”

“Hehehe,” Lua cuma ketawa nanggepin Jihoon, “Eh kita duluan, ya.”

“Lua!”

Lua baru akan melangkah pergi ketika Yoshi memanggilnya tiba-tiba. Sei menyenggol lengan Lua sambil menatap jahil temannya itu. Lua mendengus kesal, tetapi langsung senyum waktu natap Yoshi.

“Kenapa, Yosh?”

“Eh, itu, nganu,” Yoshi mengusap rambutnya, merasa canggung, “Lo suka sama bunga calendulla, ya?”

“Eungg lumayan. Emangnya kenapa, Yosh?”

Yoshi menggeleng, “Gapapa Lu, nanya aja hehehe.”

Messages | ft. YoshinoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang