✉️ fourteen

355 63 9
                                    

✉️✉️✉️


Seorang cewek berambut panjang, kini sedang asyik jongkok dihalaman rumahnya. Dia memandangi tanaman-tanaman hias didepannya dengan riang.

“Sayang-sayangku,” cewek itu memegang salah satu mahkota bunga, “Cantik banget.”

Tanpa disadari oleh cewek itu, ada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi dibelakangnya. Seseorang itu bisa masuk karena tadi kebetulan papasan sama mama si cewek yang lagi jongkok itu.

“Heejin,” panggilnya.

Si cewek yang dipanggil Heejin itupun menoleh, tetapi waktu dia menoleh dan mendapati seseorang yang ngga dia duga bakalan muncul didepannya sekarang, Heejin kaget sampai terjungkal dari posisi jongkoknya.

Seseorang itu mendekati Heejin dengan raut wajah bersalah, mungkin karena ia mengira sudah mengagetkan Heejin. “Maaf ngagetin. Lo ngga apa-apa kan?”

Heejin menggeleng, lalu segera berdiri dan menjauhi Yoshi, “Hehehe ngga apa-apa kok. Hngg lo ngapain kesini, Yosh?”

Benar, seseorang itu adalah Yoshi. Makanya Heejin kaget ada Yoshi dirumahnya, karena itu cowok datang ke rumahnya cuma waktu kerja kelompok atau lebaran aja, atau paling mentok disuruh mamanya buat nganterin kue.

“Ada urusan.”

“Sama?” Heejin mengernyit bingung, agak deg-degan juga.

“Elo,”

Rasannya jantung Heejin sekarang kaya mau merosot. Didalam hatinya Heejin mau teriak aja rasanya, tapi beda diluar, cewek ini nunjukin senyum kalemnya.

“Gue?” beo Heejin, “Urusan sekolah atau apa nih?”

“Urusan hati,” Yoshi menjawab santai, padahal ini cowok juga lagi deg-degan setengah mati.

Heejin mengusap tengkuknya, merasa canggung, kemudian dia nyengir, “Hehehehe, nganu, Yosh, gue ngga jual atau donorin hati. Jadi urusan hati apa yang lo maksud? Hehehe.”

Untung saja Yoshi sabar, kalau engga, pasti ubun-ubun cewek di depannya yang lagi kelihatan banget kalau gugup ini sudah disedot. Dalam batinnya, sebenarnya Yoshi yakin kalau Heejin paham maksud dia tadi, cuma pura-pura ngga tau aja.

“Oke gue ralat. Maksud gue tadi urusan perasaan.”
Melihat Heejin yang diam karena ucapannya barusan, Yoshi memilih melanjutkan apa yang ingin dia katakan. “Halo, calendulla. Akhirnya gue nemuin elo.”

Heejin melotot tidak percaya, “K-kok?” gagapnya.
Yoshi menampilkan senyum manisnya, “Kenapa, Jin? Kaget karena gue tau, ya?”

Rasanya Heejin mau kabur sekarang juga, tapi kakinya kaku banget mau digerakin. Menurut Heejin ini lebih bikin dia deg-degan dibandingkan ketemu setan.

“Lo kayaknya salah orang deh, Yosh,” Heejin mencoba memberikan jawaban sebisanya, “Gue ngga pernah ngirim pesan anonim kok.”

“Oh, mau ngelak nih ceritanya,” goda Yoshi.

“Engga!”

“Engga salah?”

Heejin menggelengkan kepalanya kuat-kuat, “Engga! Nganu, bukan gue itu. Fans elo kan banyak, nah, kayaknya salah satu dari mereka.”

“Heejin, Heejin, ckckck,” Yoshi berdecak, “Orang IP pengirimnya aja dari elo sama Lia. Sebelum ke sini, gue sudah mastiin ke Lia kok.”

“Masih mau ngelak lagi nih?”

Sumpah. Rasanya Heejin mau nampol orang ganteng di depannya ini yang lagi naik-turunin alisnya godain dia. Sekarang Heejin bimbang banget mau nanggepin gimana.

Berdecak sebal, dalam hatinya Heejin terus mengomeli sahabatnya, Lia. Heejin kan belum siap, tapi bisa-bisanya Lia malah ngaku.

Setelah berdebat dengan hatinya, Heejin mengangguk, memilih mengakui kalau memang benar dia si anonim pengirim pesan ke Yoshi setiap hari Selasa.

“Oke, anonim itu memang gue,” Heejin menghela napas, “Terus lo mau apa sekarang? Mau jauhin gue? Nggak apa-apa kok kalau memang gitu. Gue tau, kalau elo pasti ngerasa risih sama pesan-pesan gue.”

“Elo tuh suka ngambil kesimpulan sendiri deh, Jin,” Yoshi maju selangkah, mendekat ke Heejin yang kelihatannya putus asa.

Heejin mendongak, menatap Yoshi yang juga menatapnya, “Bukan gitu. Gue cuma ngomong sesuatu yang kayaknya bakal kejadian ke depannya.”

“Gimana kalau kejadian yang lo pikirin ternyata beda?”

“Beda gimana maksudnya?”

“Gue dulu pernah nyeletuk asal sama Jihoon dan Junkyu, kalau gue nemu siapa anonim itu, gue bakal ngejar dia balik,” Tangan Yoshi menepuk-nepuk puncak kepala Heejin, “Dan sekarang, gue bakal serius ngejar balik.”

Masih dalam posisinya yang seperti patung gara-gara tangan Yoshi nemplok di kepalanya, Heejin menguatkan mentalnya yang terguncang untuk berbicara, “Elo? Ngejar gue balik?”

“Iya, nggak boleh?”

“Hehehe, nganu, itu, hehehehe.”


✉️✉️✉️








“Boleh nggak, Jin?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Boleh nggak, Jin?”

“Boleh nggak, Jin?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hehehehe...”







a.n:
ini note ngga penting, tapi sbsjsnsbshsbshsj aku lagi gemes sama mereka berdua 🥺

Messages | ft. YoshinoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang