Terkadang kita harus rela melepas orang yang kita cintai. Bukan karena sudah tidak mencintai, hanya saja ia berhak bahagia atas pilihannya sendiri - Billy Anderson.
##
Malam ini badan Bella sudah merasa cukup sehat. Ia memutuskan untuk keluar dari balkon kamarnya mencari udara sejuk pada malam hari. Bella duduk di temani secangkir susu coklat dan kue brownis buatan Zara, ibunya. Mulai kemarin Zara bekerja membuat kue rumahan untuk biaya tambahan. Kue yang dibuat pun sangat enak. Para tetangga mulai ketagihan akan kelezatan kue buatan Zara dan memesan untuk acara hajatan di rumahnya.
Bella meneguk susu coklat sembari menatap langit malam yang dihiasi bulan dan bintang. Lalu mata Bella menyapu jalanan depan rumahnya. Ia melihat Bryan sedang menatapnya dari bawah sana. Bryan sedang berdiri mengenakan kaos hitam dan celana selutut, selalu tampan.
"BELLA! GUE NAIK KE KAMAR LO YA?!" teriak Bryan dari jalan depan rumahnya.
"MAU NGAPAIN?!" jawab Bella dengan berteriak juga.
Tanpa aba-aba Bryan berlari menuju halaman rumah Bella. Di sana terdapat tangga melingkar menuju balkon kamar Bella. Memang sengaja di buat tangga disana atas permintaan Bella sendiri.
Bryan berjalan menaiki tangga lalu duduk di sebelah Bella. Dengan tidak sopan, Bryan mengambil kue brownis di piring tanpa memintanya pada Bella terlebih dahulu.
"Dasar nggak ada akhlak!" cibir Bella.
Bryan mengunyah kue brownis itu sambil cengengesan merasa tak berdosa. Ia lalu mengulurkan telapak tangannya menyentuh dahi Bella. "masih panas" ujarnya.
Bella menepis pelan tangan Bryan. "udah mendingan kok" ujar Bella. "Lo ngapain kesini? Nanti kak Via marah" Bella menatap lurus ke depan.
"Ck, kenapa kemarin nangis pas di acara tunangan gue? Lo pasti cemburu ya?" ledek Bryan. Masih sempat-sempatnya bercanda.
"Dih, ge-er lo!"
Bryan menangkup wajah Bella agar bisa menatapnya. Ia menatap lekat wajah cantik Bella. "Bella.. " ujar Bryan dengan nada lembutnya. "Maafin gue ya, lo pasti kecewa banget sama gue" Bryan menghela nafasnya berat.
"Selama ini lo nggak menganggap gue sahabat kan?" Bella menatap mata Bryan. Tanpa sadar air matanya meluruh. "Kenapa Bryan.. Kenapa lo nggak cerita tentang pertunangan lo sama kak Via?"
Bryan menyeka air mata Bella. Ia tidak berbicara apa pun. Membiarkan sahabatnya itu melampiaskan rasa kecewanya.
"Selamat ya Bryan.. Lo pasti bahagia bisa bertunangan sama kak Via. Dia cantik, populer, banyak yang suka. Kalian cocok"
Bryan menghela nafas kasar. Ia kembali menangkup wajah Bella seraya mengusap lembut rambut Bella.
"Asal lo tahu Bell, gue itu tersiksa dengan pertunangan ini. Gue nggak pernah cinta sama Via!" tegas Bryan.
"Kalau lo nggak cinta kenapa lo bisa tunangan sama dia?"
"Perjodohan" jawab Bryan. Kali ini ia memalingkan wajahnya dari Bella. Ia menatap jalanan yang kosong.
"Maksud lo?" Bella masih tidak paham dengan ucapan Bryan.
"Mama gue sama mamanya Via dulu sahabatan. Dan mereka pernah janji kalau punya anak laki-laki sama perempuan bakal mereka jodohkan" Bryan meneguk ludahnya.
Bella masih mencerna kata-kata Bryan barusan. "Jadi, lo terima perjodohan itu?"
"Terpaksa, karena saat itu mama gue udah hutang budi sama Via. Dia dulu mendonorkan darahnya buat mama gue. Kalau nggak ada Via, mungkin nyawa mama nggak akan tertolong karena saat itu kondisi mama gue kritis" Bryan masih menatap jalanan kosong di bawah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abella
Teen FictionKisah cinta segi lima di jajaran siswa SMA Rajawali. Bryan si goodboy, Bella si gadis cantik yang anggun, Billy si badboy yang terkenal di sekolahnya, Linda si cewek populer di sekolah, dan Via si cewek manis dan manja. Seperti apa kisah mereka? M...