Terungkap

11 2 1
                                    

Jangan pergi saat tahu kelemahanku, tetaplah bersamaku sebagai kekuatanku - Billy Anderson

##

Hari hari terus berlalu, keadaan ekonomi keluarga Bella semakin menurun setelah kepergian ayahnya. Apalagi sekarang ibunya sering sakit. Ia dan adiknya juga butuh biaya agar bisa sekolah. Bella berpikir keras, dari mana ia akan menghasilkan uang?

"Oh iya! Bryan kan punya kafe, siapa tau butuh karyawan" Bella berbicara pada dirinya sendiri.

Bella beranjak dari kamarnya untuk menemui ibunya, ternyata ibunya sedang menonton tv.

"Uhuk.. Uhuk.." suara batuk Zara, ibunya Bella.

Bella memberanikan diri untuk duduk di sofa sebelah ibunya."Ma.. Bella boleh kerja nggak?"

Ibunya menoleh lalu menggeleng dengan cepat. "Nggak boleh, kamu ini harus sekolah Bel. Biar mama aja yang cari kerja.. Uhuk.. "

"Tapi mama sedang sakit.. Mama istirahat di rumah aja. Lagian Bella kerjanya pulang sekolah kok" Bella menggenggam tangan ibunya, memohon agar diizinkan bekerja.

Zara terdiam, lalu meneteskan air matanya. Bella yang menyadari itu segera menghapus air mata ibunya.

"Mama kenapa nangis?" tanya Bella khawatir.

"Mama sangat bersyukur punya anak seperti kamu dan Kinan. Kalian hebat, karena kalian lah mama bisa kuat" Zara mengelus pipi Bella.

"Jadi mama ngizinin aku kerja?" tanya Bella dan dijawab anggukan oleh ibunya. Bella memeluk Zara dengan perasaan senang dan terharu.

###

Pagi ini Bella berada di roof top sekolah bersama Bryan.

"Ada apa lo ngajak gue kesini?" tanya Bryan dengan wajah cool dengan kedua tangan masuk ke saku celananya.

"Bryan gue minta tolong sama lo. Kali ini please bantuin gue" ujar Bella memohon.

"Bantu apaan?"

"Izinin gue kerja di kafe lo ya ya ya?" Bella memegang lengan Bryan memohon.

"Maksudnya lo mau kerja? Terus gimana dengan sekolah lo Bella?"

"Kan aku bisa ambil jam kerja pulang sekolah, kayak Bayu" ujar Bella.

Bryan menelusuri wajah Bella, ia merasa prihatin dengan keadaan sahabatnya saat ini.

"Iya deh, tapi lo harus tetap fokus sekolah" ujar Bryan menerima Bella bekerja di kafe miliknya.

"Yeay! Lo emang sahabat gue yang paling gue sayang!" Bella memeluk Bryan sekilas.

Sore ini ada latihan cheers namun Bella izin tidak berangkat latihan. Karena hari ini ia akan bekerja di kafe milik Bryan.

"Lo mau kemana? Seenaknya aja lo pergi!" ujar Linda menahan lengan Bella. "Kita ini sebentar lagi ada lomba, kalau lo terus terusan izin nggak jelas kayak gini gue bakal keluarin lo dari cheers!" ancam Linda.

"Maaf kak, tapi hari ini aku nggak bisa ikut latihan. Besok janji, aku bakal ikut latihan" ujar Bella menahan sakit di lengannya akibat cengkraman Linda yang terlalu kuat.

"Lo apa apaan sih?!" Diandra menepis cengkraman Linda pada Bella. "Bukan karena lo ketua disini, lo bisa seenaknya sama temen gue!"

"Kuman yang satu ini emang bener bener ya, ingat jabatan lo lebih rendah dari gue disini! Lo itu cuma wakil gue, nggak usah sok ngatur!" bentak Linda pada Diandra.

"Gue bukan kayak lo yang gila jabatan dan popularitas!" Diandra menunjuk tajam seniornya itu. Diandra tidak suka pada orang yang berlaku jahat pada dirinya dan sahabatnya. Tidak peduli bahwa itu seniornya sekalipun.

AbellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang