Betrayer

1.3K 226 173
                                    

Voment yau^^

Bunyi tombol rice cooker yang merubah warna merah menjadi hijau itu membuat Je A memalingkan atensi dari galbijjim di atas kompornya. Lalu sorotnya kembali bergulir mencari objek baru yang kini tengah menguap dan mendekatinya dengan wajah kantuk disana.

Objek berupa pria tampan itu mengambil tempat untuk memeluk wanitanya erat. Dia menariknapas dalam di antara tengkuk pelukannya dan mencuri beberapa kecup tanda meminta perhatian.

"Harum sekali, pasti lezat."

"Benarkah?"

Kepala pria itu mengangguk yakin, "Bolehkah aku menikmatinya?"

Je A menoleh cepat saat merasakan kecupan di tengkuknya semakin dalam. Jejak bibir lembut favoritnya itu menyisahkan rasa hangat yang meremangkan. Gestur tangan di perutnya juga kian menjadi saat merengkuhnya seperti boneka tanpa nyawa.

"Hm? Hmm? Aku ingin memakannya sekarang. Boleh?"

"Ya!!" Je A menjauhkan wajah pria yang tengah menggigit bahunya itu dengan tenaga yang sayangnya sia-sia, "Baek!!"

Pria itu terkekeh parau karena masih di ambang kantuk. Saat mata mereka beradu, bibir kedua bertemu untuk beberapa sekon berlalu.

"Aku serius."

Lirikan galak Je A menyalak, "Tidak lagi, Baek. Aku sudah mandi."

"Aku kecewa kau tahu!" Jawab pria itu pura-pura merajuk. "Kenapa mandinya tidak menungguku?!"

"Aku sudah memasak. Jadi makan ini saja." Kilah Je A mengabaikan perkataan Baek dan kembali mengaduk masakannya yang hampir matang.

Baek kembali menempatkan dagunya di atas bahu Je A dengan nyaman, "Kita bisa pesan, kenapa kau repot seperti ini?!"

Je A mengulas senyum kecil. Melihatnya membuat Baek ikut tersenyum dan mengecup pipi wanita itu.

"Aku suka masak untukmu."

"Manis sekali. Aku jadi semakin cinta." Rayu Baek diakhiri tawa karena mendapat pukulan di lengannya.

"Ayo bantu aku. Siapkan nasi di meja." Je A mematikan kompor dan berbalik mengusap bahu bidang yang polos di hadapannya itu, "Kau bilang akan pulang jam sembilan. Lihatlah jam."

Baek mengikuti arah pandang Je A yang mengerling pada jam digital di atas meja ruang tengah dari tempatnya berdiri. Kedua pasang mata yang meredup itu kembali saling bertemu. Ada selang sekon yang mereka gunakan untuk saling menatap sebelum bibir keduanya kembali bertemu sapa. Lantas Baek menjauh dan menuruti apa mau wanitanya.

Di ruang tengah yang selalu menjadi saksi bisu kisah mereka, Je A dan Baek menikmati makanan yang ada.

"Wah, apa yang tidak kau bisa hmm??" Baek menelan kunyahannya dan menatap Je A takjub, "Kau tahu seleraku."

Je A terkekeh geli, "Lain kali kau harus membayar."

Baek ikut tertawa, "Pakai cintaku, cukup tidak?!"

"Baek, kau menjijikan." Je A menjauhkan wajah Baek yang mendekatinya, "Cepat habiskanㅡ"

Bunyi denting tanda pesan masuk di ponsel Je A membuat ucapannya terhenti. Nama yang tertera pada top up pesan disana praktis membuat Je A spontan menatap Baek yang juga melihatnya. Dibukanya pesan itu.

Suara televisi yang memenuhi ruangan seolah lenyap diganti hening. Melihat isi pesan itu, Je A terdiam menikmati sesak yang menyusupi hati.

Yoon Narae

Tolong bantu aku memilih hadiah untuk Baek, A~ya. Dia sedang merajuk padaku, jadi nanti malam aku pulang agak cepat.

Aku ada dua pilihan gaun malam. Menurutmu cocok yang mana agar membuatnya senang?

Send pict.

Semua makanan yang Je A telan mendadak meronta ingin dikeluarkan. Susah payah dirinya mencoba tenang agar tangannya tidak gemetar.

Baek menggenggam tangan Je A yang mencengkram ponsel silvernya. Luka itu kian terasa menganga dan menimbulkan perih luar biasa saat sorotnya justru terjatuh pada benda perak indah yang melingkar indah di jari manis pria tercintanya itu.

Je A mengulas senyum miring yang susah payah dia ukir, "Kau suka yang mana?"

"A~ya." Panggil Baek sengau, "Jangan dihiraukan."

Tangan Je A melepas genggaman Baek perlahan, "Dia cantik saat memakai hitam. Aku pilih ini untukmu."

Tanpa menunggu Baek membalas pernyataannya, Je A menjawab pesan Narae dan berlagak santai saat kembali menikmati makanan yang tak lagi terasa lezat itu. Dadanya bergejolak, matanya memanas, dan hatinya berkedut seolah ingin meledak. Seharusnya tidak boleh begini karena dia tahu bahwa dia tidak berhak.

Baek dan Je A spontan menatap kelip tanda panggilan masuk dari ponsel lain di atas meja.

Sekali.

Dua kali.

Tiga kali.

Baek tetap diam sampai akhirnya satu pesan kembali masuk.

My Raerae

Jangan marah lagi. Tunggu aku, dad. Kelinci manismu akan pulang.

Je A mengalihkan tatapannya dari layar ponsel itu. Satu bulir air terjun begitu saja melewati pipinya. Dengan cepat, tangan mungilnya menghapua air itu sampai tak terlihat jejaknya. Tungkainya berdiri, membuat Baek mengikutinya dengan pandangan nanar.

"Cepat pulang." Je A berlagak merapikan sisa makanannya sendiri, "Kau harus sampai di rumah sebelum diaㅡ"

"A~ya, jangan begini."

"Baek, kau yang jangan begini." Kata Je A menyanggah, "Waktumu tidak banyak untuk sampai di rumah sebelum jam sembilan."

Baek ikut berdiri dan mengusap pipi Je A, "Aku tidak akan melakukan apapun dengannya."

Je A menepis tangan hangat Baek di pipinya, "Dia istrimu, jangan membuatnya kecewa karena menolak hadiahnya. Kau lihat betapa senang dia melakukannya untukmu? Cepat pulangㅡ"

"Maafkan aku." Potong Baek lirih. "Aku mencintaimu."

Je A menunduk lalu kembali mendongak dengan senyum palsu. Saat merasa air itu tak lagi terbendung, Je A segera memalingkan pandangannya dari Baek.

Aku juga mencintaimu.

***

Bisabisanya gue bikin Je A solimi begini wkwkwkwkkw

Garagara berita musiman nih.

Gilak ngakak.

Gabut aja gaes. Iseng. Cobacoba.

Gimana, masih team BaekA kalo gini ceritanya 🤣🤣🤣

Repost : Jan 7, 22.

Betrayer - Ebook Project (BBH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang