Betrayer 4

399 81 13
                                    

Tatapan Je A terpaku pada layar televisi berukuran 24 inch di hadapannya. Tontonan acara penghargaan tahunan disana sedang menampilkan sosok elegan yang tengah menunjukan seberapa besar talenta yang dimilikinya dengan menggenggam bangga sebuah piala di tangan kanannya. Riuh tepuk tangan meriah yang mengiringi pidato kemenangannya seakan mengejek Je A yang tersenyum kecut di tempatnya.

Bagaimana mungkin dirinya akan menang melawan wanita seperti Narae?

Dari segala aspek jelas Je A kalah telak. Rupa, harta, juga tentang seorang pria, Je A tidak akan pernah bisa melawannya.

Narae seperti berlian yang akan terlihat berkilau dimanapun wanita itu berada. Sejak pertama Baek memperkenalkannya dengan Narae sebagai seorang kekasih, Je A tahu dia harus mundur atas perasaannya pada sang cinta pertama.

Setiap kali Baek menceritakan seberapa berharga Narae, Je A selalu dihantui tanya di kepalanya. Wanita berutung ituㅡkenapa bukan dia?

Pip!

Hilangnya tampilan di televisi secara tiba-tiba hingga menjadi gelap pun menampilkan pantulan sosoknya dan Baek membuat Je A terdiam. Terlalu larut dalam ratap membuat Je A tidak sadar jika Baek sudah masuk di apartemennya dan menatapnya tidak suka.

"Kenapa kau disini?"

"Apa salahnya?"

"Ya! Seharusnya kau menemani Narae, Baek! Dia tentu akan mencarimu setelah pulangㅡ"

"Dia tidak akan pulang! Dia akan memilih bersenang-senang dengan tim produksinya dari pada denganku, A~ya."

Dan sekali lagi, hanya satu kesimpulan yang dapat Je A cerna atas ucapan penuh tekanan frustasi sosok di hadapannya. Jika bukan karena itu, akankah Baek menemuinya kemari?

"A~ya." Baek menggengam tangan Je A erat, "Berhenti seperti ini, ya? Sedari kemarin kau mengabaikanku. Aku bersumpah, ini menyiksaku."

"Jangan berlebihan." Ujar Je A kesal, "Biasanya juga kau mencelaku cerewet dan banyak bicara. Sekarang aku diam, salah juga!"

Baek menghela napas dalam, meraih sisi pipi Je A dan mengusapnya lembut. Dibuatnya nyaman Je A untuk membalas tatapannya.

"Mengomel saja. Daripada kau diami, lebih baik omeli aku saja. Hampa sekali tidak mendengar suaramu berhari-hari. Aku pikir setelah pulang bisa mendapat senyumanmu, tapi malah jadi begini." Ujar Baek merenggut lesu. Diraihnya Je A dalam dekap erat, "Aku minta maaf. Untuk apapun yang membuatmu kesal padaku kemarin, tolong maafkan aku. Sungguh, aku rindu Je Aku."

"Wah, hebat sekali. Aku milikmu, sedangkan kau?" Je A mendesis, mengedikan bahunya agar kepala Baek menyingkir dari sana sembari mencibir sinis, "Milik bersama begitu?"

"Aku milikmu malam ini." Baek mengecup pipi Je A gemas sampai wanita itu menggeram protes, "Byun Baek milik Han Je A malam ini."

"Menyingkir!" Geram Je A penuh emosi. Setelah berhasil terlepas, wanita itu meraih bantal sofa dan menghujani Baek dengan pukulannya, "Kau membuatku semakin emosi saja!"

"Aku mencintaimu juga, Sayang!" Balas Baek kembali menarik Je A dalam pelukan, "Ahh, aku serasa pulang. Nyaman sekali begini."

Je A menghela napas pasrah lalu menyandarkan dagunya di bahu Baek. Dia menghirup aroma parfum tubuh pria itu dalam-dalam dan sebanyak mungkin seolah tidak ada hari esok.

"Sudah makan malam?" Tanya Baek tanpa melepas pelukan.

Je A sontak menggeleng, "Kau?"

"Belum. Aku benar-benar kehilangan selera makan beberapa hari ini karenamu. "

"Serius, bualanmu menjijikan. Kau sudah terlalu tua untuk menebar rayuan murah begitu."

Baek mengurai pelukan lalu menyentil telinga Je A yang memerah, "Tapi reaksimu masih sama seperti dulu. Emm, mau makan malam denganku di luar?"

Betrayer - Ebook Project (BBH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang