Betrayer 1

1K 204 206
                                    

Voment ya^^

Semburat cahaya senja menemani laju audi Je A menuju apartemennya. Hari ini sang presdir sengaja mempermudah pekerjaan yang biasanya sangat menguras emosi jiwa dan raga karena sebuah undangan dari sang pemilik perusahaan yang teknisnya adalah ayah pria itu dan seseorang yang juga dia panggil ayah.

Menjadi sekertaris pribadi pilihan untuk seorang Byun Baek itu terasa sulit dan gampang di waktu bersamaan. Sulit karena padatnya jadwal dan rumitnya hal yang harus dia urusi, juga terasa gampang karena ada kesempatan baginya untuk bisa sering menatapi pria itu lebih lama dan meringankan pekerjaannya.

Lantunan melodi klasik yang mengalun di mobil itu menemani pemikiran Je A yang melalang terbang tak menentu. Undangan makan malam itu juga diperuntukan padanya. Ini jelas berhubungan dengan pekerjaan. Tapi yang menjadi dominan dalam pikirannya adalah adanya Narae yang dipastikan kehadirannya.

Melihat Narae selalu membuatnya menjadi insecure. Wanita yang kecantikannya diakui oleh manusia nyaris di seluruh dunia itu selalu berhasil membuatnya merasa kecil. Dan kehadiran Baek di sampingnya semakin memperparah perasaan tak beradab lainnya di dadanya.

Ya, sebuah dengki yang tidak seharusnya dia pihara karena bisa bersanding dengan seorang Byun Baek yang dicintainya. Kenyataan terlalu sering mengolok keadaan mereka dan membuat banyak tanya kenapa menjadi tak berguna.

Kenapa harus Narae yang menikah dengan Baek?

Kenapa harus Narae yang dia khianati sedangkan wanita itu percaya penuh bahwa dia adalah seseorang yang bisa membantunya menjaga suaminya?

Kenapa dia harus mencintai sahabatnya Baek, bukan Xiao Lu yang seharusnya lebih pantas dia harapkan?

Kenapa takdir tidak pernah berpihak padanya dan tidak pernah puas menyiksa batinnya?

Dia menyanyangi Narae seperti saudaranya sendiri, tapi terlalu sulit baginya mengambil keputusan untuk mundur meski tidak ada masa depan pasti untuk hubungannya dengan Baek.

Cengkraman tangan Je A di kemudi semakin erat. Setiap kali memikirkan kebrengsekan apa yang dia dan Baek lakukan, itu tidak membuatnya merasa tenang. Tapi mengingat bahwa dirinya dan Baek memang terikat perasaan tanpa paksaan, dia selalu merasa semua adalah benar.

Bunyi dering ponsel menarik atensi Je A pada benda pipih itu. Dipakainya air pods di atas dasboard dan menerima panggilan dari satu nama yang dispesialkannya.

"Kau datang kan?"

Je A bisa merasakan desir hebat di hatinya saat mendengar suara rendah dan berat itu. Sebuah suara yang selalu dia rindukan meski sering dia dengar. Sebuah suara yang selalu berhasil mengingatkannya pada satu senyuman indah milik seseorang yang membuatnya terjatuh sejatuh-jatuhnya dan rela melakukan kebodohan besar.

"Hmm. Aku tidak punya alasan untuk tidak jika ayahmu yang memberi perintah." Je A berdecak, "Aku masih butuh pekerjaan."

Suara rendah itu melantunkan tawa kecil yang membuat Je A mengukir senyum tipis.

"Jangan memakai lipstik berlebihan, nanti aku kelepasan." Kata Baek memperingatkan.

"Ya!" Je A melotot meski Baek tidak melihatnya, "Bisa-bisanya kau membual begitu. Apa di otakmu hanya ada hal-hal kotor?!"

"Tidak ada yang bisa menggagalkan otakku berpikir kotor jika kau di dekatku." Baek mengulum senyum di seberang, "Kau terlalu menggoda untuk diabaikan, sweetheart."

"Cuih! Istrimu lebih menggoda, tuan muda." Ejek Je A diakhiri hela napas berat, "Lain kali suruh dia memberi tanda di tempat lainnya, lehermu seperti digigit buaya tahu! Kalau klien tahu, kau bisa dapat masalah."

Betrayer - Ebook Project (BBH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang