Prolog

585 58 69
                                    

***

Di tengah ribuan orang berkumpul, seorang gadis tampak tengah kebingungan mencari caping bambu miliknya, yang menjadi properti MPLS tahun ini.

Seingatnya, ia menyimpan semua properti di dalam tas jinjing, yang sebelumnya sudah ia persiapkan dari rumah, tetapi mengapa tiba-tiba hilang?

"Aduh! Di mana, sih? Semalem kayanya gue taruh di sini, deh," gumamnya kebingungan, gugup, dan takut.

Aba-aba berbaris, kian menjadi tambahan dalam rasa gugupnya. Oh tidak! Jangan sampai, dirinya menjadi salah satu tokoh yang dihukum, di depan ribuan siswa baru ini.

"Baik! Silahkan, semua properti dikenakan. Karena sebentar lagi akan ada pengecekan kelengkapan properti!" teriak seorang lelaki ber-jas maroon-yang merupakan jas kebanggaan OSIS, di depan mikrofon.

Keringat dingin bercucuran di kening gadis itu. Tampaknya tak ada harapan lagi baginya. Sudahlah, pasrah saja.

Dirinya tampak menonjol, dengan kepala yang tanpa dihinggapi oleh caping bambu.

Seorang perempuan bertampang galak, berjalan menghampirinya. Hukuman sudah pasti akan ia terima.

"Ke mana, caping lo?" tanya seorang anggota OSIS yang ber-name tag 'Ayu Prameswari' dengan nada sinis.

"Ta-"

"Ketinggalan? Nggak bawa? Ilang? Jatoh? Terbang? Atau apa? Alesan nggak masuk akal! Sana maju ke depan!" potongnya cepat. Nada yang digunakan oleh gadis itu, terdengar seperti tengah kesal.

"I-iya, Kak," jawabnya cepat. Bagaimanapun, Kiara memang melakukan kesalahan, jadi wajar jika dirinya menerima hukuman.

***

Di sampingnya hanya ada seorang lelaki dengan tinggi, yang melebihi tinggi badannya. Tak ada orang lain lagi yang berdiri di depan, selain mereka berdua.

Malu? Sudah pasti. Bayangkan saja, di hari yang seharusnya tercatat sebagai sejarah paling mengesankan di hidupnya, justru berkebalikan menjadi hal terburuk dan paling memalukan di hidup Kiara.

Matanya sedikit melirik ke arah lelaki di sampingnya. Raut wajah yang begitu santai, tanpa beban. Ke mana rasa malunya? Oh, mungkin lelaki memang tak punya rasa malu. Upss!

Pandangannya tetap lurus, tak berpindah barang sedikitpun. Sepertinya sedang mengawasi seseorang dari depan sini. Lupakan!

Parasnya yang sempurna, membuat dunia Kiara seketika berhenti bergerak. Sebuah, ide terlintas di kepalanya. Untuk menarik perhatian lelaki itu.

'Ingat, Kiara. Lo harus hati-hati, jangan bar-bar. Daripada lo tambah hukuman,' batinnya was-was.

"Pstt!" panggil Kiara sangat pelan.

Lelaki itu tidak menoleh, entah itu dia tidak mendengar suara Kiara, atau memang dia sengaja tidak mau menoleh.

Kiara tidak kehabisan akal. Dirinya sudah sangat penasaran.

"Hei! Nengok dong!" panggil Kiara lagi seraya menyenggol pelan lengan lelaki itu.

Merasa tak nyaman dengan tingkah Kiara, ia sedikit menggeser tubuhnya menjauhi Kiara. Kiara yang sadar akan hal itu pun, tak tinggal diam. Dia turut menggeser tubuhnya agar kembali berdekatan dengan lelaki itu.

Dia tidak akan menyerah sebelum melihat wajah lelaki di sampingnya ini. Persetan dengan hukuman yang nantinya akan ditambahkan untuknya.

"Sssttt! Hei!" Kiara sedikit menguatkan suaranya, dengan tujuan agar suaranya didengar oleh lelaki itu. Akan tetapi, nihil. Lelaki itu masih enggan untuk menoleh ke arahnya.

Satu ide lagi, bersarang indah dalam otaknya. Mungkin cara ini, akan sedikit membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Aduh!" Cubitan keras yang ia torehkan, berhasil membuat lelaki itu, menoleh kesal ke arahnya.

Biarpun kesal, yang penting Kiara berhasil melihat wajah rupawan lelaki itu. Oh, jangan lupakan untuk melihat name tag-nya.

Ingin tau juga? Baiklah, siapkan pena dan kertas, dan catat baik-baik. Elvan Reza Adhitama. Sudah? Bantu ingatkan, jika nanti Kiara lupa.

"Ngapain, sih?! Lo pikir, nggak sakit, apa?!" sentaknya kesal.

Tak ada tanggapan yang keluar dari bibirnya. Hatinya merasa terkagum-kagum. Sangat tampan! Bahkan, mata Kiara sampai tidak berkedip, tatapannya terpaku pada wajah lelaki di depannya.

Elvan mengerutkan keningnya, bingung. Merasa kesal karena terabaikan.

"Woy! Gila?!" tanyanya menyadarkan Kiara dari lamunannya.

"H-hah?" jawabnya terbata-bata.

Elvan membuang pandangannya geram. Menurutnya, perempuan di sampingnya ini, terlihat aneh sekali.

"Heh!" panggil Kiara, sebelum lelaki itu kembali ke sikap awalnya.

"Apa? Mau minta makan? Laper?" sebal lelaki itu.

"Bukan, lah. Duit gue, masih banyak. Tapi, e-eum ... a-anu, i-itu ...."

"Kalo ngomong, tuh yang bener! Kalo gagap, mending diem aja! Berisik!" tukas lelaki itu.

Kiara memanyunkan bibirnya. "Padahal gue cuman pengen kenalan, loh," gumamnya pelan.

Elvan yang mendengar itu, langsung menoleh dan sedikit menurunkan pandangannya, untuk menyamakan pandangannya dengan Kiara. Ia menaikkan sebelah alisnya. Samar yang ia dengar, gadis itu bilang ingin berkenalan?

Kiara mengulurkan tangannya. "Gue Kiara. Kiara Putri Azzahra." Senyuman manis ia bubuhkan di akhir kalimat.

"Hmm," balas Elvan cuek.

Uluran tangannya, sama sekali tidak ditanggapi oleh Elvan. Balasan pun hanya sesingkat itu. Huh! Sombong sekali, lelaki ini.

Senyum di wajahnya tidak luntur sedikitpun. "Elvan," panggil Kiara sekali lagi.

Elvan menghela nafas kasar. "Apa lagi, Kiara?" jawabnya geram, tetapi seperti dihalus-haluskan.

"Lo percaya gak, sama adanya cinta pandangan pertama?" tanya Kiara dengan memandangi wajah Elvan serius.

Elvan mengerutkan keningnya, lalu menaikkan sebelah alisnya, sebagai pengganti kata tanya.

"Percaya, 'kan?! Wajib percaya!"

"Hah?"

"Lo pengen tau alesannya?" tanya Kiara antusias.

Tidak mau berlama-lama meladeni perempuan di sampingnya ini, Elvan lebih baik menurutinya saja.

"Kenapa?"

"Karena, hari ini ... gue jatuh cinta, pandangan pertama, sama lo!"

***
TBC!

Penasaran, nggak, sama siapa aja yang nulis cerita ini? Cus! Kepoin akun mereka:)

Admin Pembimbing : nanaaeee_

Leader : imxxhyz
Member :
LusiOkaviani
rarratiraa
RinrinFebbys
iaherlin
Peachiesgurl_
Ristanlt15

Kiara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang