Regret

22 13 3
                                        

Beberapa hari berlalu dan Angel masih belum juga tersadar, dia masih terbaring di kasurnya dengan menggunakan banyak alat untuk membantunya bernafas.

Kondisinya memang sudah membaik tapi entah kenapa dia belum juga sadar. Setiap hari aku selalu pergi ke kamarnya hanya untuk memastikan dia sudah terbagun atau belum.

Aku selalu menceritakan keseharian ku yang membosankan tanpa hadirnya. Aku tidak tahu apakah Angel bisa mendengar ku atau tidak, tapi aku tetap bercerita padanya seperti dulu berharap dia akan bangun dan tersenyum kepadaku.

Bahkan Dr.Albert pun sempat khawatir akan keadaan ku. Aku terlalu memikirkan Angel sampai aku lupa untuk memikirkan diriku sendiri.

Hari ini aku berencana untuk menemani Angel seharian dan masih terus berharap dia membuka matanya dan melihatku agar aku bisa memberi tahu padanya bahwa aku sangat menyesal telah membuat dia seperti ini.

Ketika sampai di ruangannya, aku langsung menggenggam tangannya.

"Hai, bagaimana keadaan mu" ucapku.

Tentu saja Angel tidak akan menjawab satupun pertanyaanku, tapi aku tetap mengajaknya mengobrol.

"Kau tahu, Akhir-akhir ini Dr. Albert sangat menghawatirkan kita berdua, dia bilang aku harus banyak istirahat dan lebih memikirkan kesehatan ku sendiri" ucapku.

"Bagaimana aku bisa memikirkan diri ku sendiri ketika wanita yamg sangat aku cintai sedang terbaring lemas tak berdaya akibat ulahku" lanjutku.

Tak terasa air mata mulai mengalir di pipi ku.

"Seharusnya aku mendengarkan Dr. Albert dan tidak mengajak mu ke danau" ucapku.

"Jika aku tidak mengajak mu pasti sekarang kita masih bisa menghabiskan waktu berdua seperti dulu" lanjutku.

"Aku sangat ingin melihat senyummu lagi Angel" ucapku sambil menghapus air mata di pipiku.

"Ku mohon bangunlah, aku sangat ingin kamu menjawab cerita ku ini" lanjutku.

Tiba-tiba saja Angel menggerakkan tangannya.

Aku pun kaget dan dia pun membuka matanya setelah 5 hari lamanya dia tertidur seperti itu.

Aku segera bergegas memanggil Dr. Albert dan dokter pun segera memeriksa keadaan Angel.

"Syukur lah kamu sudah sadar Angel, bagaimana keadaan mu? Apa kamu kesulitan bernapas atau dada mu sakit?" ucap Dr. Albert.

Angel seperti terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi dia sangat kesulitan untuk bicara.

"Aa-air" ucap Angel.

Aku pun segera memberi nya air dan dia pun meminum nya seperti sangat kehausan. Lalu dia melanjutkan perkataannya.

"Dadaku sangat sesak" ucap Angel.

Dr. Albert langsung menaikan tekanan udara pada alat pembantu pernafasannya.

"Bagaimana sekarang? Apa masih sesak?"tanya dokter.

Angel hanya menggelengkan kepalanya. Angel lalu menjulurkan tangannya kepadaku dan aku pun langsung menggenggam tangannya.

"Angel baru saja sadar, jika kamu ingin mengatakan sesuatu tunggulah sampai dia lebih stabil lagi" ucap dokter kepadaku.

Aku pun mengangguk.

"Hey Angel" ucapku sambil tersenyum.

"Tidur mu sangat nyenyak sampai-sampai kamu tertidur selama 5 hari" lanjut ku.

Dia hanya tersenyum kepadaku.

"Aku bisa mendengar suaramu" ucap Angel.

"ketika aku tak sadarkan diri, aku bisa mendengar semua suaramu" lanjutnya.

"Benarkah?" tanyaku.

"Aku mendengar semuanya. tangisan mu, permintaan maaf mu" ucap angel.

"Kamu tidak usah khawatir, aku baik-baik saja dan semua ini bukan salah mu, kamu menyuruh aku tetap diam agar esnya tidal pecah tapi aku terus bergerak karena panik" ucapnya.

"Jadi aku seperti ini karena salah ku sendiri dan bukan salah mu" ucap Angel.

Aku hanya terdiam mendengar kata-katanya. Dan aku pun mencium keningnya.

"Kamu harus banyak istirahat dan tidak usah banyak bicara ya" ucapku.

Everything's AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang