Disclaimer! This is a work of fiction.
⭐️⭐️⭐️
"Jeongwoo!"
Jeongwoo menoleh kearah suara yang memanggilnya, ada kedua temannya Jihan dan Jinwoo
"itu supir kamu kan?" tanya Jihan sambil menunjuk kearah seorang laki laki yang dikelilingi 3 orang pakai baju hitam berbadan kekar, mirip bodyguard di film laga
Jeongwoo bingung, iya itu supirnya tapi kenapa Pak Rahmat—supirnya seperti ketakutan begitu?
"eh iya, yaudah deh aku pulang dulu ya. Dah!" pamit Jeongwoo ceria seperti biasa
Sambil terus melambai kearah kedua temannya Jeongwoo jalan kearah mobil pajero hitam itu
"yuk pak, pulang!" ajak Jeongwoo ke Pak Rahmat yang malah pucat pasi
"pak?" ulang Jeongwoo
"i-iya, Mas Jeongwoo masuk ya"
Jeongwoo menyempatkan diri buat tersenyum kearah tiga orang berbadan kekar yang berdiri didekat Pak Rahmat sebelum masuk ke mobil, tapi senyumannya luntur pas dia duduk dimobil dan ketiga orang itu ikut masuk ke mobil dan duduk.
Dua dari mereka menghimpitnya
"l-loh? om ngapain?!" tanya Jeongwoo panik
"jalanin mobilnya." perintah orang yang duduk disamping Pak Rahmat
Mobil mulai bergerak dan Jeongwoo makin panik, apa dia di culik?!
"pak om om ini siapa?! kenapa ikut sama kita?!" Jeongwoo mulai ketakutan karena Pak Rahmat pun hanya diam
"diam kamu." ancam salah satu dari mereka
Jeongwoo rasanya ingin menangis
"suruh telfon. sekarang."
Jeongwoo menahan nafasnya saat orang disampingnya merangkul bahunya
"lo tau dimana mama dan papa lo?" Jeongwoo mengeleng kaku
"papa lo korupsi! dan perusahaan nya terlilit hutang sama bos gue, hutangnya segede gunung. dan sekarang lo harus kasih tau dimana mama dan papa lo"
Rasanya jantung Jeongwoo pindah ke lambung, seperti disambar petir di siang bolong ia tidak tau harus merespon apa. Tiba - tiba orang disampingnya menyerahkan telfon kepadanya dengan kasar,
"telfon, cepet!" perintah nya
Mau tidak mau Jeongwoo mendiall nomor mama nya, ia juga tidak tau harus berbuat apa dan sedang takut setengah mati berharap mama nya mengangkat telfon nya,
"m-mama.." ucap Jeongwoo saat melihat panggilan nya tersambung
"iya sayang?"
Jeongwoo baru sadar ini adalah jebakan, mereka menyuruhnya untuk menelfon Rosé—mama nya agar mengetahui dimana mereka nya lalu mereka akan ditangkap, dalam hati ia berdoa agar mama nya tidak menjawab pertanyaan nya.
"tanya lagi dimana." perintah orang disampingnya tanpa suara
"mama dimana?"
"mama dirumah dek, lagi nunggu papa pulang. Kenapa?"
Tanpa aba - aba telfon itu direbut dengan kasar, Jeongwoo hanya bisa pasrah saat ketiga orang itu memerintahkan supirnya mengantarkan mereka ke rumah, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah membocorkan keberadaan orang tua nya.
Tak terasa mereka pun sampai didepan rumah Jeongwoo, kedua orang itu segera turun dari mobil sementara satu orang menunggu di mobil sambil menatap anak SMP itu dengan intens,