-2- first time

5.9K 289 14
                                    

Nih gue up ✌️.
.
.


No edit
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Terlihat seorang anak laki-laki sedang menyusun lego mainannya. Dia duduk di lantai ruang tamu dengan beralaskan karpet bulu bewarna abu abu.

"Ayah, belikan aku lego lagi" kata   anak lelaki berumur 6 tahun. Dengan tangan tengah menyusun legonya, ia menatap sang ayah seraya tersenyum.

Sang ayah berlutut di depan putranya. Lalu menatapnya dengan tersenyum.

"Rey sudah punya banyak mainan. Jangan beli lagi, oke?" Kata sang ayah dengan suara lembutnya. Lalu mengusap rambut pendek putranya sebelum dia bangkit menuju dapur untuk menyesap kopi paginya.

"Selamat pagi sayang" sapa Limario kepada istrinya. Kemudian lelaki itu memeluk wanita itu dari belakang. Melingkarkan tangannya kepinggang istrinya.

"Selamat pagi juga" jawab Jennie lalu berbalik dan mengecup sekilas bibir suaminya.

"Kau memasak apa pagi ini hm?" Tanya Limario, dia melepaskan pelukannya dan mulai duduk di kursi meja makannya.

"Menu masakan ada didepan matamu. Kenapa masih bertanya?" Jawab Jennie seraya terkekeh.

"Hehehe" limario terkekeh pelan.

Jennie menggelengkan kepalanya. Lalu beranjak pergi dari dapur. "Aku akan memanggil Rey dulu. Tunggu sebentar ya?" Limario mengangguk. Lalu kembali menyesap kopi hangatnya.

"Rey sayang. Ayo  sarapan dulu, nanti dilanjutkan lagi" ucap Jennie, Rey mendongak kearah bundanya, lalu tersenyum.

"Ayo bund, Rey juga udah laper" lalu beranjak menarik tangan bundanya menuju ruang makan.

"Bunda, ayah tidak mau membelikan aku lego lagi" ucap Rey, setelah duduk di kursi khusus untuknya. Limario mengangkat sebelah alisnya.

"Bukan tidak boleh sayang. Rey kan sudah punya banyak mainan. Rey harus mengurangi membeli mainan" jawab Jennie seraya merapihkan poni sang putra. Rey mengerucutkan bibirnya namun dia mengangguk patuh.

"Rey besok sekolah dasar pertama kali, senang tidak?" Tanya Limario, besok adalah hari pertama Rey sekolah di sekolah dasarnya. Padahal sepertinya baru saja kemarin Rey dia timang-timang, sekarang sudah masuk sekolah dasar saja.

"Senang ayah, Rey besok punya teman baru" serunya semangat. Membuat Jennie terkekeh gemas.

"Yasudah, mari kita sarapan. Rey makan yang banyak agar cepat besar," kata Jennie lalu menyiapkan nasi, sayuran dan lauk di mangkok Rey.

"Aku tidak?" Timpal Limario, dia tidak cemburu kok, cuma ingin manja saja.

"Ini buat ayah. Yang banyak ya biar semangat kerjanya" jawab Jennie menyiapkan makanan untuk suaminya.

"Ayah, besok siapa yang mengantarkan aku ke sekolah?" Tanya Rey menatap ayahnya yang akan menyendokan makanannya kemulutnya. Mendengar pertanyaan Rey membuatnya kembali meletakan sendoknya lalu menatap sang anak.

"Ayah dan bunda yang mengantarkanmu". Ini momen penting bagi kedua orang tuanya, jadi mereka berencana mengantarkan Rey yang bersekolah di hari pertamanya. setelah menjawab lelaki itu mengambil sendoknya untuk ia suapkan lagi kemulutnya.

"Yey, benarkah ayah?" Seru bocah itu semangat. Limario meletakan kembali sendoknya, lalu mengusap rambut Rey, sebelum menjawab pertanyaan putrnya.

"Iya ayah janji, sekarang Rey makan ya, habiskan jangan sampai ada yang tersisa" ucapnya. Rey mengangguk lucu untuk menimpali ayahnya.

"Aku sayang ayah dan bunda" kata bocah itu.

"Ayah dan bunda sayang kamu juga"  Jennie menjawab pertanyaan Rey. Ia merasa kasian kepada suaminya yang sendoknya sama sekali belum menyentuh mulutnya.

Kemudian mereka menyantap sarapan mereka dengan sesekali menjawab pertanyaan penasaran putranya.

.
.
.

Keesokan harinya, mereka bersiap-siap mengantarkan Rey ke sekolah hari pertamanya,

"Sayang?, Ambilkan tas Rey di kamarnya"  ujar Jennie menatap Limario. Jennie lalu berjongkok membantu Rey memasang sepatunya.

Sedangkan Limario naik kelantai atas menuju kamar Rey untuk mengambil tas Rey. Setelah mengambil ia menuruni tangga.

"Buku, pensil sudah ada" kata Limario melihat isi tasnya, lalu kembali menutup tas tersebut.

"Ayo berangkat" Jennie berucap, lalu berjalan keluar rumah seraya menuntun Rey. Sedangkan Limario mengikutinya di belakang lalu mengunci rumahnya.

Jennie mendudukan Rey di kursi khusus anak di belakang. Lalu duduk di samping kemudi depan.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di halaman sekolah anaknya. Jennie memilihkan sekolah dengan kualitas terbaik dan tentu dengan fasilitas lengkap didalamnya. Dia ingin Rey nyaman disana.

"Sudah sampai, ayo Rey turun" kata Jennie, melepaskan seat belt Rey lalu menuntunnya turun.

Mereka berjalan pelan menuju kelas Rey. Sedangkan Rey meloncat-loncat senang di dalam genggaman kedua orang tuanya.

Setelah sampai di depan kelas. Limario menunduk seraya memegang kedua sisi bahu Rey.

"Rey sekolah yang rajin ya, jangan nakal, nurut sama guru kamu" kata Limario.

"Iya ayah, Rey janji ga akan nakal di sekolah. Tapi ayah kabulin permintaan Rey kan?, Ayah juga harus janji sama Rey " ujar Rey. Membuat Limario terkekeh lalu mengusap poni putranya sebelum bangkit berdiri.

"Iya, nanti kalau Rey tidak nakal di sekolah, ayah bakal kasih Rey adek" jawab Limario. Rey memang meminta adik kepada orang tuanya, karena melihat anak kecil membuatnya ingin punya juga.

"Yey, yasudah Rey masuk kelas ya, bye bunda ayah" ucap Rey melambaikan tamgannya keudara lalu masuk kekelas.

Setelah itu mereka berdua  berjalan  menuju mobilnya.

"Ayo buatkan Rey adek" kata Lim semangat. Jennie terkekeh namun tangannya menampar pelan lengan kiri suaminya.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PERJODOHAN - JENLISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang