❁ཻུ۪۪⸙͎ Cendala

1.8K 350 18
                                    

"HOI GOJOU KEMARI KAU!"

"HAHA!"

Potret Utahime yang berlari mengejar Gojou melewati lorong sekolah adalah pemandangan biasa yang dilihat oleh para siswa selama hampir satu tahun ini. Keusilan Gojou dan ketegasan Utahime, dua hal yang sangat berbeda. Jabatan tangan mereka yang dilakukan waktu dahulu malah membawa mereka ke hubungan layaknya minyak dan air.

Di mana pun Gojou berulah, di situlah Utahime yang kena getahnya. Gadis yang selalu dikuncir dua longgar itu selalu saja kehabisan stok kesabaran terhadap sikap Gojou yang usil dan seenaknya. Di sisi lain ia juga sama sekali tidak menyangka jika hubungannya dengan Gojou akan berkembang seperti ini. Dari awalnya dua entitas asing tak saling mengenal kini malah sedekat nadi tapi bagai kucing dan tikus. Benar-benar mengherankan.

Lalu, ketika Utahime tanpa sengaja beberapa kali menguping percakapan para siswi entah itu adik kelas, seangkatan, hingga kakak kelas yang memuji-muji Gojou, perasaan asing tiba-tiba menyergap dirinya.

"Gojou-senpai keren sekali, ya, bisa mendapatkan medali emas Olimpiade Matematika sekaligus kompetisi memanah dalam sehari. Sudah begitu tampan pula!"

"Tadi aku lihat kelasnya Gojou-kun tanding sepak bola saat pelajaran olahraga. Ternyata dia jago juga bermainnya. Apa aku gebet saja dia, ya?"

"Gojou itu sumpah, ya, kayak karakter webtoon yang keluar ke dunia nyata. Pintar, berbakat, tampan, tajir, dan yang terpenting adalah sifatnya yang seenaknya dan usil. Cute bad boy!"

"Jujur saja, aku benar-benar iri pada Utahime-senpai yang akrab sekali sama Gojou-senpai, bahkan sering dijahilin juga! Dari perempuan satu sekolahan ini, cuma Utahime-senpai yang suka dijahilin dan bisa mengobrol sama Gojou-senpai lebih dari 15 menit. Tapi, tapi, aku memang selayaknya iri, sih, soalnya mereka, kan, udah saling kenal dari SD! Duh, iri dengkiku ..."

Utahime mengembuskan napas pelan saat ia lagi-lagi mendengar percakapan siswi yang membicarakan Gojou dan ujung-ujungnya dirinya dijadikan bahan gosip karena kedekatan mereka yang satu sekolahan sudah pada tahu. Maka dari itu Utahime pun memutuskan untuk keluar dari bilik toilet. Bersikap biasa saja seolah tak mendengar apa-apa. Ke wastafel untuk mencuci tangan lalu melepas seulas senyum sambil berujar, "Senang bisa menjadi bahan obrolan kalian."

Yang terjadi selanjutnya adalah para siswi itu membeku karena kehadiran Utahime yang tak terduga. Lalu, Utahime berjalan keluar sambil memasang tampang datar. Kaki melangkah dengan pikiran yang melanglang buana. Gadis yang dikuncir dua menjuntai di masing-masing belikat itu merenungi kembali pembicaraan-pembicaraan para gadis tadi. Gojou dengan segala kesempurnaannya.

Jika dipikir-pikir, Gojou Satoru memanglah sosok pangeran sesungguhnya di dunia nyata ini. Pemuda itu benar-benar berbakat di bidang apa saja. Ia pun jadi teringat tiket resital suatu lembaga musik yang ia dapatkan dua bulan lalu dari Gojou.

"Ini, ada hadiah spesial untukmu. Tiket resital yayasan musik milik kolega ayahku dan aku akan menjadi salah satu pemain musik yang tampil di sana. Kau harus menonton diriku, Arima Kousei dari dunia nyata, haha!"

Saat menonton Gojou, Utahime benar-benar terpukau. Pemuda itu benar-benar pianis yang andal, kemampuannya tidak main-main. Perlu diingat bahwa Gojou satu-satunya pemain  musik berusia 16 tahun yang tampil di acara resital itu, sisanya para profesional.

Langkah kini menggiringnya lewat lorong dekat lapangan rumput. Di tengah-tengah lapangan, anak-anak klub panahan sedang beraktivitas dan ada Gojou di antara jajarannya. Surai putih yang terayun pelan oleh angin, iris biru cerah yang menaruh fokus, wajah menawan terkena pias senja dan postur tubuh saat menarik anak panah. Memesona.

"OI UTAHIME! KAU KELIHATAN SANGAT PENDEK DARI SINI!" Gojou berseru sambil melambai-lambaikan tangan ke arah Utahime setelah menembakkan anak panah. Cengiran tengil menghiasi wajah sang pemuda membuat Utahime berkedut kesal. Jarak tengah lapangan dengan lorong yang dilewati Utahime memang jauh sehingga wajar jika Gojou berkata demikian. Maka jari tengah ditunjukkan kepada Gojou sebagai simbol tanda kesal sebelum akhirnya menghilang dibalik lorong. Samar-samar Utahime bisa mendengar tawa Gojou yang menggelegar di lapangan.

Otak pun memutar lagi segala hal tentang Gojou dan perasaan asing yang menyergap hatinya akan hubungannya dengan Gojou. Kesempurnaan dan segala kelebihan yang dimiliki Gojou Satoru lalu dirinya yang biasa saja. Keahliannya sebagai penari merupakan bonus.

Kini Utahime mulai meraba perasaan asing di hatinya, yaitu ... tidak pantas. Utahime merasa dirinya tidak pantas untuk akrab dengan Gojou Satoru. Jika dipikir-pikir lagi di sekolahan ini banyak gadis yang lebih dari dirinya. Lebih cantik, lebih berbakat, lebih pintar, dan tentunya cocok jika akrab dengan Gojou. Hubungan dengan kasta setara dan tentunya tidak akan ada yang menjelek-jelekkan satu pihak. Rasa irinya pun lebih beralasan dibanding dirinya. Ia dan Gojou memang pertama kali kenal ketika sekolah dasar. Akan tetapi hanya sekali pertemuan tanpa interaksi lebih lanjut, hanya mengenal sebatas nama. Hal seperti itu sangat tidak pantas untuk membuat orang lain iri.

Satu tarikan napas lalu embusan pelan sembari tangan lentik merapikan isi tas. Perasaan yang sudah lama tak ia rasakan kini benar-benar melingkupi hatinya, semakin menguat dan mengendap.

Cendala

Scars To Your Beautiful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang