cuplikan BAB 30

1.9K 60 2
                                    

#SUAMIMU_CANDU_UNTUKKU

Part 30

"Dona, please, dengar penjelasanku dulu!" pinta Damar menghiba. Bahkan saat aku belum mengucap satu kata pun.

"Silahkan!" ucapku tenang. Berusaha meredakan gulungan emosi yang siap menerjang siapa saja. Membunuh kedua manusia ini pun rasanya tidaklah cukup.

"Aku ... aku ... khilaf, Don," ucapnya tak bermutu sama sekali. "Percayalah, kami tidak melakukan apapun!"

"Oh, ya?"

Kudorong tubuh Damar, kemudian melangkah memasuki kamar mereka. Terlihat Tina masih berbaring dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Dia pikir aku tak tahu kalau itu dirinya.

"Dona, please, percaya sama aku! Aku janji, Don, aku janji enggak akan mengulangi lagi! Aku janji!" ucapnya sambil memegang pergelangan tanganku.

"Lepas!" lirihku.

Aku merasa sangat jijik disentuh lelaki ini. Lelaki yang sebelumnya menjadi tempat paling nyaman untukku bercerita, berkeluh kesah serta menangis. Kini semua berganti rasa benci dan jijik tak terkira.

"Dona," ucapnya dengan nada memelas.

"Jangan pernah sentuh aku dengan tangan kotor itu!"

"Don, aku ...."

"Sudah, Dam," potongku.

Aku tak mau bersikap bar-bar. Meski sebenarnya aku sangat ingin. Menyeret wanita yang bersembunyi di bawah selimut itu. Kemudian menghajarnya habis-habisan.

Serta lelaki yang berdiri di sampingku ini. Ingin kutelanjangi mereka dan kuarak keliling kota. Tetapi peristiwa ini cukup bagiku untuk membuka mata. Melihat dengan jelas, siapa lelaki ini sebenarnya.

Tak akan pernah sudi aku berhubungan dengan lelaki murahan seperti dia. Mengobral kata demi kepuasan semata.

"Silahkan lanjutkan! Maaf sudah menganggu," lanjutku tenang meski sebenarnya dadaku seperti ingin meletus.

Segera aku melangkah meninggalkan kamar terkutuk itu.

"Dona, tunggu!" seru Damar. Bahkan terdengar suara langkah kaki mengejarku.

Apakah lelaki itu benar-benar sudah tak punya malu? Dia hanya mengenakan handuk yang melilit perut sampai atas lutut. Lalu dengan percaya diri keluar kamar mengejarku?

"Dona!"

Lelaki itu itu berhasil mengejarku. Berdiri tepat di depanku. Kondisiku memang belum bisa melangkah terlalu cepat. Apalagi lari. Sehingga mudah saja dia mengejarku.

"Minggir, Dam!"

"Enggak, Don! Tolong, ampuni aku!" ucapnya sambil menekuk kedua lututnya di depanku. "Pukul aku, Don! Caci aku! Jangan seperti ini!"

Aku kembali melangkah melewatinya. Aku sudah tak berminat sama sekali dengan lelaki seperti itu. Kalaupun di dunia ini hanya tersisa dia sebagai lelaki, aku tak akan sudi bersamanya.

"Dona!"

Dia mengejarku lagi. Kembali berdiri di depanku.

"Dona, aku mohon!"

"Sudah, Dam. Semua sudah jelas. Silahkan kamu lanjutkan! Bukankah dari dulu kamu tahu? Aku akan mundur kalau kamu berhubungan dengan dia."

"Tapi aku enggak ada hubungan apa-apa sama dia, Don! Aku khilaf. Tolong, percaya sama aku!" kilahnya.

"Please, Dam! Ini sudah malam. Aku mau pulang."

Aku hendak kembali melangkah, tetapi Damar kembali mencekal tanganku.

"Lepaskan, Dam!" lirihku.

Sungguh malam ini rasanya aku tak punya tenaga untuk berbicara keras, apalagi mengumpat kasar. Meskipun sebenarnya aku sangat ingin. Mungkin karena aku begitu shock dengan apa yang baru saja aku lihat.

"Don, tolong, percaya sama aku! Aku enggak punya hubungan apa-apa sama dia."

"Aku enggak peduli, Dam. Sudah, aku mau pulang. Jangan halangi jalanku!"

Akhirnya Damar membiarkanku pergi.

Aku menghela nafas panjang. Dadaku terasa begitu sesak. Lelaki yang kupercaya begitu tulus menyayangiku ternyata buaya.

Tak terasa buliran bening mengalir juga. Mengaburkan pandanganku yang fokus dengan jalanan. Dadaku sangat sakit dihantam kekecewaan.

Kenapa aku begitu mudah terpedaya? Padahal Shakila berulang kali sudah mengingatkanku kalau dia bukan laki-laki baik.

Ya, mana ada laki-laki baik yang masih mencari cinta dari wanita lain lain padahal dia sudah beristri. Mana ada laki-laki baik seperti itu?

"Hahahahaha, bodoh!" Aku menertawai kebodohanku selama ini.

Selengkapnya ada di KBM App ya say..

SUAMIMU CANDU UNTUKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang