Seola terbangun dengan kepala pusing (lagi-lagi). Ia membutuhkan beberapa saat sebelum paham apa yang terjadi. Ia melihat sekeliling kemudian ingat semalam terakhir dirinya dan Bona minum sambil ngobrol sampai Ia mabuk, lalu tertidur.
Tapi Bona tak ada di sana, apakah sudah bangun duluan? Atau sedang di kamar mandi? Di dapur?
Seola memutuskan bangun dan mencari Bona. Begitu keluar kamar didapatinya Bona duduk di sofa ruang tengah, minum air mineral sambil bengong.
'Hei... Udah bangun?' tanya Seola sambil mengambil sebotol air mineral dan duduk di sebelah Bona.
'Aku nggak bisa tidur...' jawab Bona.
'Kenapa?'
'Karena kamu...'
'Eh, aku kenapa? Ngorok? Atau ga bisa diem tidurnya nendang-nendang gitu?'
'Bukan...' jawab Bona singkat, bingung mau menjelaskan.
'Kamu beneran nggak inget kamu semalem ngapain?' tanya Bona lagi memastikan. Seola hanya menggeleng dengan wajah polos.
'Yaudah kalo gitu lupain aja... Pesen sarapan yuk...' Bona tersenyum lega, biarlah kejadian semalam hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Setelah sarapan, mereka berkeliling di mall yang tepat berada di bawah apartemen Seola. Nonton, jalan-jalan dan akhirnya beli isi kulkas Seola yang kosong.
'Hati boleh kosong, kulkas jangan' kata Bona menggoda Seola sambil mendorong troli belanjaan.
'Yeeee... Kayak kamu punya pacar aja...' balas Seola.
'Aku kalo mau sih tinggal angkat telpon, banyak yang dateng...' sombong Bona.
'Waaah, enaknya... Beruntung deh cowo-cowo itu...' iri Seola.
'Kenapa beruntung?' Bona berhenti di depan rak sereal.
'Ya beruntung bisa deket sama cewe cakep dan baik kayak kamu...' jawab Seola.
'Berarti kamu juga beruntung dong, bisa sedeket ini sama aku...' Bona menunjuk posisi mereka yang sebelahan.
'Maksud aku bukan deket yang gini...' kesal Seola.
'Hahahaha, iya aku ngerti... Kamu kalo cemberut gemesin deh...' Bona langsung panik setelah menyadari salah bicara. Ups.
'Yaudah kamu mau belanja apa lagi? Ini kan buat di apartemen kamu, masa daritadi aku yang milihin?' kata Bona menunjuk isi troli.
'Nggak tau...' Seola garuk-garuk kepala.
'Biasanya kalo dirumah kan semuanya udah disiapin Eomma, kalo nggak disiapin mantan aku...' Seola berhenti bicara, kenapa tiba-tiba Ia teringat Jiho.
'Huff... Keren, cakep, berwibawa ternyata anak Eomma...' ledek Bona.
'Emang kamu nggak? Kan orangtua kamu...'
'Aku udah tinggal sendirian di New York sejak kelas 3 SMA sampe selesai kuliah... Masak sendiri, nyuci sendiri walau make mesin cuci, tidur sendiri, ma...'
'Iya... Iya maaf...' kata Seola merasa tak enak ke Bona.
'Yaudah pulang yuk, aku masakin. Biar kamu tau gimana kehebatanku... Hahahaha...' Bona menarik tangan Seola ke kasir.
__
'Nah bentar lagi mateng... Tolong ambilin mangkuk besar dong...' pinta Bona.
'Di mana? tanya Seola.
'Ya mana aku tauuuu, ini kan apartemenmu...' Bona pegen jitak Seola.
'Oh iya juga ya... hehe... Ah, ini dia...' Seola mengambilkan mangkuk besar dan meletakkannya di sebelah kompor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Feeling
FanfictionSeola mulai bisa menata kembali hidupnya pasca berpisah dari Jiho, mantannya. Pelan-pelan ia menata hidupnya kembali dan memutuskan mandiri, tinggal di apartement serta mengirim kembali lamaran-lamaran kerja ke berbagai perusahaan. Hanya butuh waktu...