4. Domba & Singa

22 4 0
                                    

Setelah Eskada dan Doktore hilang ditelan portal, tinggalah Durak dan lima orang bawahannya, kelima orang itu berjalan, membentuk barisan tepat di depan portal sedangkan Durak perlahan-lahan melangkah, berdiri di depan kelima bawahannya. Satu persatu ditatapnya kelima anggota terbaiknya itu, kelimanya hanya menganggukan kepala mereka sebagai tanda kesetiannya.

"Rupanya tuanmu itu tidak lebih dari seekor kecoa sampah, pengecut, hmmm"

"Jaga mulutmu, Guzar!" Ucap Durak dengan amat kesalnya.

"Opss, oke, karena kita berasal dari tanah yang sama, mari kita pesta dengan adat kita" Ucap Guzar dengan santainya sambil membuang ludah ke arah kirinya.

Tanpa aba-aba kelima bawahan Durak langsung berlari menyongsong Guzar, sedangkan Guzar sedikit membungkukan badannya, kaki kanannya sedikit dimundurkan, kemudian "bush..." Sekali melompat Guzar berhasil menjatuhkan pukulannya ke rahang salah satu kelima orang itu, terpental melewati Durak, darah segar keluar dari mulut dan hidungnya, tubuhnya terbentur tembok dan rahangnya terlepas dari kepalanya.

Melihat satu temannya tumbang, keempat orang yang lain bertubi-tubi melemparkan pukulan maupun tendangan ke arah Guzar hanya saja gerakan Guzar terlalu cepat sehingga tiada satupun pukulan dan tendangan mereka yang mengenainya. Keempat orang itu sudah kehabisan tenaga karena serangan yang mereka berikan ke Guzar hanya sia-sia, di tengah-tengah napas mereka yang tersengal-sengal kemudian Guzar memundurkan tubuhnya dari keempat orang itu, sejurus kemudian Guzar langsung berlari dengan cepat seperti putaran kipas, keempat orang itu hanya melongo, diliputi ketakutan yang teramat sangat, dengan sekejap keempat orang itu tumbang dengan penuh luka di tubuhnya. Lalu satu orang yang tak sadarkan diri langsung diangkat tubuhnya oleh Guzar, dengan sekali tusukan tangannya, tubuh orang itu langsung tembus, dicabut jantungnya, Guzar memecahkan jantungnya hingga darah mengalir ke tangan dan tubuhnya lalu melempar jasad yang mati itu di hadapan Durak.

"Mengapa kau membawa domba untuk membunuh singa!" Ucap Guzar dengan suaranya yang menggetarkan seisi ruangan.

"Meskipun kau anggap mereka domba tapi mereka adalah domba yang setia kepada gembalanya" Ucap Durak sambil terus menatap tajam ke arah mata Guzar.

"Sekarang tinggal engkau dan aku, mari kita sambut pesta sesungguhnya, haha". Ucap Guzar, namun ucapannya itu tidak membuat Durak bergeming dan mundur sedikitpun.

Durak menundukan kepalanya, kedua tangannya diturunkan ke arah lantai, beberapa detik kemudian tubuhnya gemetar, seketika ia mengangkat wajahnya, matanya bersinar biru, tubuhnya mulai terguncang, bulu-bulu halus itu mulai meninggi dari kulitnya, perlahan-lahan mengembal.

"Akhirnya, aku menunggu saat-saat ini" Ucap Guzar, wajahnya terus menatap Durak yang tubuhnya mulai bereaksi, tidak biasa seperti umumnya manusia.

Bersambung....

Negeri TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang