"Kutebak Malfoy telah mengajak Parkinson itu berkencan".
Ron berujar dengan seringai tipis kelewat semangat, yakin betul bahwa tebakannya akan benar 100 persen tanpa meleset dari target. Sedangkan Hermione yang ada disebelahnya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kekasihnya itu.
"Malfoy mengajak berkencan atau tidak, itu bukan urusanmu. Lagi pula mengapa kau sibuk sekali mengurusi para Slytherin?". Mata Hermione memicing, dan Ron hanya menunjukkan cengirannya
"Aku hanya menebak. Harry, menurutmu mereka akan berkencan dimana besok? Harry?". Ron menepuk bahu teman didepannya yang hanya diam sedari tadi, ketika bahu itu berjengit Harry memutar kepalanya dan tersenyum kikuk
"Apa yang kau katakan barusan?".
Ron menggelengkan kepalannya kecil "Aku bilang, menurutmu Malfoy dan Parkinson akan berkencan dimana besok?". Harry menoleh kesamping lalu kembali menatap kedepan jalan
"Aku tidak tahu, mungkin ke suatu tempat yang romantis." Suara Harry memelan, lalu Ron merangkul bahunya diikuti Hermione yang berjalan disebelahnya.
"Memang Malfoy bisa romantis?".
"Diam lah Ron".
Kemudian Ron mencebik kecil saat mendengar titah dari Hermione yang mulai muak karena celotehnya, Harry meringis melihat tingkah kedua temannya.
Pemuda Gryffindor itu sedang dalam suasana hati yang kacau, entah kenapa dia seperti kehilangan mood dalam segala hal, saat melihat Pansy memeluk Draco dan mengatakam hal hal ambigu yang diyakini Harry dan kedua temannya bahwa Pangeran Slytherin itu baru saja mengajak Pansy berkencan, hal itu membuat Harry gundah, kalut dalam perasaan yang tidak diketahuinya.
Saat mereka sudah sampai di lukisan nyonya gemuk, Hermione selaku Head Girl mengucapkan kode asrama mereka lalu masuk kedalam ruang rekreasi Gryffindor.
Harry menyuruh keduanya untuk menunggu disofa, kebetulan ruang rekreasi itu sedang sepi dan hanya ada beberapa murid tahun ke 4 dan ke 6 yang bersantai. Harry naik ke asramanya dan membuka pintu kamar miliknya dan juga Ron.
Ia menggeledah kopernya, mencari Perkamen yang tadi diminta oleh kedua temannya, saat menemukannya Harry menatap Perkamen itu sejenak kemudian menghela napas.
"Apa Perkamen ini masih berguna?". Cicitnya, mengabaikan perasaan aneh yang melingkupi dadanya Harry segera turun untuk menemui Hermione dan Ron yang sedang berbincang santai disofa.
"Nah Harry, kemarikan Perkamenmu." Hermione tersenyum dan menyodorkan telapak tangan terbuka menatap Perkamen ditangan Harry dan wajah gugup Harry bergantian "Harry? Ayo berikan. Aku ingin lihat siapa orang yang kau suka itu".
Harry menatap Perkamennya sebentar kemudian menghela napasnya "Berjanjilah untuk tidak berteriak."
Kedua pasangan kekasih itu awalnya mengernyit bingung namun kemudian mengiyakan dalam diam, Harry meremas lengan kirinya dan kemudian menyodorkan dengan ragu Perkamen itu kearah Hermione yang sigap ditangkap.
Harry menutup mata panik.
Ron ikut membaca isi Perkamen itu, lalu kedua mata dari pasangan Gryffindor itu membola, kedua mulut mereka terbuka siap berteriak sebelum Harry duluan merentangkan kedua tangan dengan wajah panik.
"TIDAK! Kumohon jangan teriak, pelan okey? Tenanglah." Harry duduk disofa depan mereka berdua yang menatap Harry tidak percaya.
"Tenang? Bagaimana bisa tenang saat-" Hermione tercekat, ia mengecilkan volume suaranya menjadi berbisik "saat yang didalam Perkamen ini menunjukkan ciri-ciri Malfoy!".
KAMU SEDANG MEMBACA
The Esplain-X | DRARRY [END]
FanfictionCOMPLETED AND REVISION STAGE Ini tahun ke 8 Harry bersekolah di Hogwarts setelah perang usai, dan sampai kini Harry dan Draco masih menganggap mereka saling bermusuhan. ** Kabar bahwa Severus Snape telah membuat ramuan baru yang dirahasiakan membuat...