Rekam Kedua TE-X

8.5K 1.1K 15
                                    

Langkah Harry terdengar ketika melewati koridor Hogwarts yang lumayan sepi, ia sesekali merenggangkan tubuhnya dan menghindari tatapan orang-orang yang ditujukan untuk dirinya.

Untuk saat ini siapa yang tidak mengenal Harry Potter? Pemuda yang bertahan hidup dan pemuda yang hidup kembali.

Menyandang gelar yang menurut semua orang hebat, tapi Harry selalu menggerutu ketika menemukan dirinya bersama seseorang yang mendekatinya hanya karena keingintahuan mereka atas apa yang telah Harry lakukan satu tahun lalu dalam melawan Voldemort.

Perang telah usai, dan Harry berharap mereka segera melupakannya, juga kedua orang tua Draco yang dipenjara di Azkaban, dan jangan lupakan Draco yang sampai kini masih ada yang berani melemparinya kutukan penyengat secara diam-diam guna menjahili atau bahkan membalas dendam kecil-kecilan.

"Kukira kau akan menginap di asrama kekasihmu, Potter." Langkah Harry terhenti, ia kenal betul suara datar milik siapa itu, ia berbalik dan tentu saja wajah tanpa ekspresi milik Draco yang ia dapat, tapi Harry tau bahwa Draco tengah meremehkannya lewat kata-kata dan nada datarnya, tidak seperti dulu yang terang-terangan mencemooh Harry.

Draco berjalan mendekat pada Harry, kini mereka hanya berjarak 2 langkah. Harry memicingkan matanya lalu mendegus kesal.

"Kau Delusi, Malfoy? Omonganmu melantur sepertinya, khas orang bodoh." Sinis Harry, ia menyeringai kecil ketika mendapati wajah kesal Draco.

Draco mendekat satu langkah lagi, mengangkat satu alisnya "Aku mendapatimu bercumbu dengan Diggory di taman tadi, menjijikan".

Harry mengernyit menatap mata abu-abu milik Draco "Bercumbu apa maksudmu?".

Drcao mendecak keras "Kurasa kau cukup pintar untuk mengerti apa artinya bercumbu".

Harry memandang tidak percaya Draco, bagaimana pria ini bisa bicara seperti itu sedangkan ia dan Cedric tidak melakukan apa-apa selain mengobrol?

"Aku tidak". Sanggah Harry wajahnya tampak kesal karena dituduh demikian "aku dan Cedric hanya mengobrol dan- tunggu, kau mengintipku, Malfoy?". Mata Harry memicing kearah Draco yang kini berpaling panik

"Aku cukup sibuk hanya untuk mengintipmu bermesraan dengan kekasihmu". Ujar Draco, ia menatap Harry tajam "sudahlah, buang-buang waktu bicara denganmu".

Harry mengaga, wajahnya kesal bukan main "Apa?! Kau-". Sudah tampak ingin melanjutkan namun teriakan dari wanita berambut hitam yang memanggil nama Draco membuatnya bungkam.

"DRAKE!".

Wanita itu berlari dan ketika sampai ia memukul bahu Draco cukup keras membuat Draco protes karena lengannya masih sakit, wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah Pansy, tertawa keras setelahnya.

Pansy menaikkan tangannya untuk merapikan helai rambut platinum milik Draco yang turun menutupi mata pria itu.

"Blaise dan Theo mencarimu bodoh, mengapa kau ada disini?". Ujarnya.

Semua perlakuan dan pembicaraan itu tidak lepas dari penglihatan Harry, ia hanya diam mematung.

"Aku sedang berbicara dengan Pott, Potter? Hey!". Saat Draco ingin menyebutkan namanya dan menoleh kearah Harry berada tadi, pria itu sudah berbalik untuk pergi dengan langkah dibentak, mungkin tanpa sadar. Draco mengernyit dalam.

Pansy menatap kepergian Harry aneh lalu menyenggol tangan Draco membuat pria itu mendesis lalu mengumpat, Pansy mengabaikannya.

"Tidak tau, kau kira aku kekasihnya yang mengurusi segala sesuatu tentangnya, dia terburu-buru mungkin". Ujar Draco, ia mengusap lengannya

Pansy meliriknya penuh goda, dan Draco menyadari tatapan itu, ia menggerling sinis membuat Pansy terkekeh.

"Kukira kau berencana menjadi kekasihnya". Ujar Pansy

Draco memutar bolamatanya malas "Omong kosong". Lalu pria itu pergi meninggalkan Pansy disana yang langsung berteriak minta ditunggu

"Draco sialan Malfoy! Tunggu aku!".

-o0o-

Pintu rekreasi Gryffindor ditutup kencang, membuat seluruh orang yang ada disana menatap kearah Harry. Tidak terkecuali kedua sahabatnya.

Harry berjalan gontai kesana dan membaringkan tubuhnya di karpet bulu dan mendegus, Ron juga Hermione menatapnya bingung.

"Harry." Panggil Hermione, Harry berdeham menjawab panggilan sahabatnya itu.

"Kau kenapa? Tampak kesal, seperti-".

"Banteng lepas". Kemudian Hermione memukul kepala kekasihnya karena berujar demikian setelah memotong ucapannya.

Harry menghela napas dan bangun untuk duduk, ia menggaruk rambutnya. Sejujurnya ia sendiri juga tidak tau apa sebab dari kekesalannya hari ini, apakah karena Pansy memotong pembicaraannya dengan Draco?

"Sekarang kau melamun". Harry segera menyadarkan dirinya ketika suara Ron mengintrupsi lamunanya.

"Aku tidak apa-apa."Ujar Harry, ia tersenyum canggung dan Hermione memincing curiga.

"Kau sungguhan?" Ujar Ron lagi, Harry mengangguk mantap, ia menghindari tatapan Hermione

Ron mengangguk "Baiklah".

"Ini sudah hampir malam, aku tidak ada alasan untuk keluar jadi mungkin akan tidur cepat." Ujar Hermione, Ron menyandarkan punggungnya pada bawahan sofa

"Aku akan bermain catur dengan Harry." Harry mengangguk setuju, lagi pula ia juga tidak punya kegiatan lain.

Hermione segera beranjak menuju asrama wanita dan pergi ke kamar miliknya.

Ron bermain catur dengan Harry, mereka sekali-kali berbincang kecil dan terkekeh, membicarakan dan memperolok orang lain lalu tertawa setelahnya adalah hobi Harry dan Ron sekarang.

"Oh ya, Harry," Ron membereskan peralatan catur sihir mereka kemudian duduk menatap Harry yang menunggunya berbicara "aku dengar Snape membuat ramuan baru".

Harry mengernyit "Ramuan apa?".

Ron tampak bergidik "Esplain-X, kami hanya diberi bocoran namanya dan tidak diberitahu apa guna dan fungsinya". Ujarnya, Harry mengangguk

"Dan besok adalah pengumuman ramuan baru itu, aku penasaran apa kegunaannya. Dan kudengar beberapa siswa yang dipilih boleh mencobanya." Mata Harry berpendar antusias, ia menyeringai kecil

"Sungguhan?" Anggukan Ron jawabannya, kemudian Harry merenggangkan tubuhnya.

"Aku mengantuk". Ujarnya, Ron ikut menguap dan berdiri disusul Harry, mereka kembali ke asrama masing masing

-o0o-

To Be Continued

The Esplain-X | DRARRY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang