Draco masuk kedalam ruang rekreasi milik Slytherin, mengedarkan pandangan mencari sosok wanita berambut hitam panjang sepunggung. Maju beberapa langkah untuk menemukan pandangan jauh lebih luas kemudian ia menemukan seseorang yang dicarinya tengah berada di perapian. Oh benar, asrama Slytherin berada dibawah tanah, itu yang menyebabkan asrama ini begitu dingin.
Pandangannya lurus kearah punggung wanita tersebut, ia melangkahkan kakinya kesana dan ketika sampai ia menggumam sebuah nama.
"Pansy."
Sosoknya menoleh. Mendongak kearahnya.
Draco menatap datar iris mata milik kekasih sahabatnya itu "Kupikir, aku memerlukan peran teman sekarang." Ia mengkedikkan bahunya "untuk saat ini kurasa."
Lalu ia berpaling menjauh menuju kamar asrama pria, dan Pansy bangkit tidak lama setelahnya, menepuk debu imajinasi di kedua pahanya dan menyusul Draco dalam diam.
Draco membuka pintu kamarnya, ia berdiri didepan jendela dan membiarkan Pansy masuk lalu duduk dikasur milik Theo.
"Jadi?" Gadis itu bertanya.
Draco diam sejenak untuk merasakan angin menyapa kulit wajahnya, lalu ia berbalik menatap wanita yang kini menatapnya dengan kening berkerut.
"Aku mengira kau akan bercerita tentang sesuatu, Drake? Sesuatu yang mengganggumu mungkin?" Wanita itu menimpalinya pertanyaan, dan Draco lekas mengangguk kecil.
"Ya," dia menggenggam jemarinya erat, Pansy turut melihat pergerakan tersebut. Draco gugup dalam pandangannya walau wajah pria berambut platinum itu tetap datar, respon tubuhnya jauh berbeda "mungkin sebaiknya kau melihat sesuatu terlebih dahulu".
Pansy tampak ragu, tapi kemudian dia mengangguk.
Draco membalas anggukannya, kemudian ia membungkuk sebentar untuk menarik koper hitam dibawah ranjang miliknya, merapal mantra dan membukanya. Ditariknya Perkamen kosong miliknya dan duduk dikasurnya tepat didepan Pansy.
Draco memberikan Perkamen itu.
Pansy terkekeh "Serius? Apa yang bisa kau tunjukan dari Perkamen kosong ini, Drake? Aku tau kau tidak menyukai siapapun, itu sebabnya-".
"Kau percaya?".
"Apa?" Kening berkerut, Pansy menatap bolak-balik antara Perkamen kosong ditangannya dan wajah datar Draco.
"Kau bercanda?" Ujar Pansy, Draco menggeleng.
"Kau tidak tertawa, kan?" Pansy menggeleng keras "berarti aku sedang tidak melucu".
Pansy menatap dalam-dalam Perkamen itu kemudian ia melirik Draco, sadar akan tatapan Pansy Draco mengangguk singkat membiarkan gadis itu melakukan hal yang ada di otaknya.
Pansy mengarahkan tongkatnya pada Perkamen kosong milik Draco "Finite." Tidak ada yang terjadi.
Draco menghela napasnya, ia menyihir sesuatu disana untuk menjadikannya lilin "Gunakan".
Pansy menatap lilin tersebut "Membakarnya?".
Mata Draco berpendar sengit "Lakukan, dan aku akan mengakui kau bodoh berarus kali lipat dari Neville."
Pansy terkekeh, ia mengambil lilin tersebut, kemudian ditaruhnya Perkamen milik Draco diatas lilin tidak tepat diatasnya, beberapa inci lebih keatas hanya untuk menghangatkan Perkamen itu. Dan benar, secara ajaib tulisan disana muncul.
Pansy menggelengkan kepalanya kearah Draco "Memantrainya? Sebenarnya apa yang kau pikirkan saat melakukan ini?".
Draco menyatukan kedua tangannya dia dalam genggaman, hanya jari yang bertaut longgar satu sama lain "Menyembunyikan fakta bahwa aku menyukai dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Esplain-X | DRARRY [END]
FanfictionCOMPLETED AND REVISION STAGE Ini tahun ke 8 Harry bersekolah di Hogwarts setelah perang usai, dan sampai kini Harry dan Draco masih menganggap mereka saling bermusuhan. ** Kabar bahwa Severus Snape telah membuat ramuan baru yang dirahasiakan membuat...