part 4

3 1 0
                                    


Hari-hari di lalui hanya dengan biasa tak ada yang menurutnya istimewa sampai tiba-tiba ketika dia pulang ia mendapati mobil kedua orang tuanya terpakir di halaman rumah dan hulya langsung masuk kedalam rumah menghampiri orang tuanya

"Ma.. Pa kalian pulang" Ujar hulya senang menatap kedua orang tuanya yang sedang makan di meja makan

Tapi tak ada respon dari mereka membuat hulya sedikit merasa sedih

"Hulya senang mama dan papa pulang hulya rindu kalian apa kalian rindu hulya" Ucap hulya dengan riangnya tapi lagi dan lagi hanya acuhan yang diterima hulya

Merasa lelah hulya beranjak meninggalkan kedua orang tuanya menuju ke kamar

"Yaallah apa tidak ada sedikit saja rasa sayang mereka padaku" Batin hulya menyeka air matanya yang sudah jatuh sejak tadi

Flashback

Sudah 6 tahun hulya menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren Modern di kotanya

Hari ini tepat hari perpisahan mereka yang lulus tahun ini disertai dengan kedatangan para orang tua untuk melihat putra putri nya mengenakan pakaian kebanggaan mereka

Hulya sejak tadi resah menanti kedatangan kedua orang tuanya
Ia ingin seperti yang lainnya ketika namanya dipanggil nanti orang tuanya lah yang mendampingi nya keatas panggung

"Hulya Azkya Yasmin meraih peringkat pertama dengan nilai mumtaz dan jumlah hafalan 30 juz serta hafalan 1000 hadist"

Hulya meneteskan air matanya meratapi nasip nya yang maju ke atas panggung tanpa didampingi siapapun

"Dimana keluarga kamu hulya? " Tanya ustazah kepada hulya yang hanya menunduk

Hulya hanya menggeleng kan kepalanya
Ustazah tak banyak bertanya karena selama ini pun tak pernah ia melihat hulya dijenguk bahkan hulya sangat jarang pulang

"Ya Allah jika memang tak ada rasa sayang mereka padaku jangan engkau biarkan ada rasa benci dan marah hamba terhadap orang tua hamba" Batin hulya saat ia menerima segala penghargaan yang diberikan oleh pimpinan pesantren

Flashback off

Saat makan malam tiba hulya tidak turun dia memilih mengurung diri di dalam kamar
Tiba-tiba terdengar suara mama nya yang memanggilnya untuk turun ke bawah

"Ada apa ma pa? " Tanya hulya lembut

"Kami ingin kamu menikah dengan anak teman ku" Ujar papa tanpa menatap hulya

"Aku gamau nikah pa dan aku masih kuliah" Ujar hulya menunduk

"Kami tidak menerima penolakan karena dengan pernikahan ini perusahaan ku akan semakin berjaya" Ujar papa tak terbantahkan

"Demi perusahaan papa rela ngorbanin masa depan aku, masa depan anak papa aku gabisa pa aku gamau" Ujar hulya terisak tak menyangka orang tuanya bakal setega ini

"Gak tau diuntung kamu ya udah hidup enak malah gamau bantu kami" Ujar mama sinis

"Bukan aku gak mau bantu kalian tapi aku masih punya perasaan ma pa aku bukan anak kecil lagi yang seenaknya diatur dan aku juga punya pilihan hidupku sendiri" Ujar hulya dan langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya di ruang makan

Hulya menutup pintu dan luruh di lantai
Tak kuasa lagi ia menahan isak tangisnya
Masa depan nya dipertaruhkan hanya demi sebuah perusahaan

Paginya hulya bangun sangat pagi dan segera berangkat ia sengaja berangkat pagi agar tak bertemu dengan kedua orang tuanya

Tujuan hulya hanya satu yaitu ummi maryam entah kenapa beliau lah satu-satunya sandaran nya saat ini

"Assalamu'alaikum ummi" Ucap hulya saat melihat ummi yang baru saja kembali dari mesjid pesantren

"Waalaikumsalam sayang, tumben pagi sekali kemari" Ujar ummi maryam heran mengingat ini masih terlalu pagi bahkan matahari masih belum keluar sepenuhnya

Hulya tak mampu menjawab apapun tapi air matanya menunjukkan ia sedang sangat sedih

Ummi membawa hulya duduk di gazebo halaman belakang dan mengalir lah seluruh cerita yang dialami hulya

Ummi maryam memeluk hulya mencoba menenangkan dan menyuruh hulya ber tabayyun
Tak kuasa ummi maryam melihat kesedihan gadis yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri ini sungguh berat beban yang dialami hulya saat ini

Sore hari hulya kembali ke rumah nya dan disambut tatapan sinis mamanya

"Malam ini keluarga calon suamimu akan datang dan berdandan lah yang cantik juga jangan sampai membuat malu kami" Ujar mama hulya dan pergi meninggalkan hulya yang mematung

Seperti yang dikatakan mamanya malam ini sudah datang keluarga yang katanya calon suami hulya dan mereka makan dengan disertai candaan tanpa disadari itu semua hanya kepalsuan

Hulya malam ini tampil dengan pakaian sederhana dan jilbab menutup dada tak lupa makeup tipis membuat wajahnya semakin terlihat cantik

Hulya malam ini tampil dengan pakaian sederhana dan jilbab menutup dada tak lupa makeup tipis membuat wajahnya semakin terlihat cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampak seorang pria dihadapan hulya menatap nya dengan tatapan menilai entah apa maksud nya

Seusai makan malam mereka berkumpul di ruang keluarga dan suasana terasa hangat tapi tidak dengan hulya yang gusar

"Mana anakmu yang katanya ingin dijodohkan dengan anak ku" Tanya seorang pria paruh baya kepada papa hulya

"Ini dia namanya hulya dia berkuliah di fakultas kedokteran semester 5 sekarang" Ujar papa hulya menampilkan senyum terbaiknya

"Ah tak mau aku pa dijodohkan dengan cewek gini cantik sih tapi malu dibawa ke pesta apalagi berhijab tentu bukan seleraku" Ujar seorang pria yang duduk di hadapan hulya

"Yaa kan bisa dilepas hijabnya dan bilang aja kamu maunya gimana hulya pasti mau kok iya kan pah" Sahut mama hulya membuat semua orang tersenyum senang

"Jika anda tidak suka saya tidak masalah dan jika anda berharap saya melepas hijab saya itu masalah buat saya, hijab ini mahkota saya dan saya bukan wanita murahan yang bakal seenaknya ngikuti mau kamu dan menampakkan aurat saya" Hulya berkata dengan tegas dan segera pergi ke kamar menutup pintu dan menangis sesegukan

Ia sungguh tak menyangka ayah nya bakal membuat nya seperti ini
Ia seakan diperjual belikan dan disamakan dengan wanita murahan

###############################

HulyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang