*Di Lokasi Shooting*
"Oppa.." panggil Yura dengan suara yang lembut.
"Ne? Ada apa?" jawab Jong Hyun dengan sigap, memutar badannya menghadap Yura.
Yura terlihat pucat. Suaranya memang terdengar lebih lembut dari biasanya. Namun seperti seseorang yang menahan kegelisahan.
Yura menundukkan kepalanya. "Ah Young, ada apa?" tanya lagi, Jong Hyun, dengan penuh kelembutan, "kau sakit?".
"Tidak, aku tidak sakit, oppa. Aku hanya resah", jawabnya sambil mendongakkan kepalanya menghadap Jong Hyun. Jong Hyun dapat melihat raut keresahan dan kegelisahan pada tatapan Yura.
Jong Hyun menghampirinya, membelai halus puncak kepala Yura, "mengapa kau merasa resah? Semuanya akan baik-baik saja, percayalah padaku" ujar nya dengan penuh ketenangan, membuat Yura sedikit merasa lega.
***
Shooting pun dimulai di rumah kedua pasangan yang kerap dipanggil "JJongah Couple". Para kru dan staff berusaha menyemangati Yura yang terlihat lemas lalu memulai proses shooting.
Pasangan itu sedang bersantai-santai sambil duduk disofa empuk. Jong Hyun merangkul Yura untuk bersandar pada lengannya. Menutupi seluruh tubuh dengan selimutnya.
Sunyi mengisi waktu mereka, tak ada satupun yang mengeluarkan kata-kata. Mereka hanya menikmati posisi dan keadaan, sampai pada akhirnya mereka mendengar suara ketukan pintu dari luar.
"Oppa, bisa kau bukakan pintunya?" kata Yura dengan senyum yang sedikit dipaksakan, ia masih merasa gelisah, perasaannya bercampur aduk entah mengapa.
Jong Hyun bangun dari sofa empuknya, "tentu saja". Ia berjalan ke pintu dan membukanya, ia menemukan amplop berwarna biru, lalu meletakkanya diatas meja.
Yura memandangi amplop itu, "kurasa, ini pertama kalinya kita mendapatkan amplop berwarna biru", katanya sambil terus memandangi amplop itu.
Jong Hyun mengambilnya, "ya, aku pun merasa begitu. Apa kau mau membukanya?" Ujarnya sambil menawarkan Yura untuk membukanya.
Yura terdiam, ia terus memandangi amplop itu. Lalu tak lama ia berkata, "kali ini aku tak mau membuka amplop itu, aku tak mau" jawabnya dengan wajah menandakan ia sedih sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Jong Hyun mendesah pelan, "baiklah, biar aku yang membukanya".
Jong Hyun pun ikut merasa resah. Ia tak tahu mengapa Yura bertingkah seaneh ini. Yura yang ia tahu adalah Yura yang selalu ceria dan bertingkah seperti anak kecil. Namun tidak untuk hari ini dan Jong Hyun pun tak tau mengapa.
Perlahan selembar kertas tebal dikeluarkan dari amplop biru itu, Yura masih tak mau melihatnya. Jong Hyun membacanya perlahan, berulangkali, lalu mengalihkan pandangannya menghadap Yura. Lemas, kecewa, sedih. Itu yang Jong Hyun rasakan.
"Kau mau membacanya?" Tanya Jong Hyun, lembut, tak mau menambah kegelisahan Yura setelah membaca surat itu.
Yura memandangnya lembut, lalu tersenyum "tolong bacakan untukku, oppa".
Jong Hyun mengepal tangannya keras, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia pun membalas senyuman Yura. "Baiklah"."365 hari sudah berakhir. Kenangan indah selalu teringat di jiwa. Selamat 1 tahun bersama kami, pasangan Hong Jong Hyun dan Yura. Hari ini adalah episode terakhir kalian. Buatlah hari terakhir kalian menjadi spesial."
Yura masih dengan posisi yang sama, menutup wajahnya dengan selimut, namun Jong Hyun bisa melihat guncangan pada badan Yura. Yura gemetar, namun tak bersuara.
Perlahan, Jong Hyun menarik Yura dari selimutnya. Yura masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Jong Hyun langsung memeluknya dengan erat, ia sadar bahwa Yura menangis.
"Menangislah, menangislah sepuasmu, Ah Young. Setelah itu, mari kita tertawa kembali bersama, untuk yang terakhir kalinya", ujar Jong Hyun sambil memeluk Yura erat. Membelai puncak kepala Yura dengan hangat.
Yura melepaskan pelukannya sambil tersenyum lebar menatap Jong Hyun.
"Hei, kata siapa aku menangis? Aku baik-baik saja" kata Yura sambil menepuk-nepuk halus bahu Jong Hyun. Namun Jong Hyun tahu bahwa Yura menangis tadi, Jong Hyun membalas senyuman Yura, lalu berkata, "baiklah kalau begitu, sekarang, mari kita membuat kenangan yang tak terlupakan".***
Siang itu pasangan JJongah berjalan keluar gedung (rumah) MBC dengan pakaian pengantin. Mereka telah bersepakat untuk mengenakan pakaian pengantin di hari terakhirnya.
Yura tampil cantik dengan gaun pendek se paha berwarna putih dan berbentuk seperti kemben, dihiasi kain panjang yang menyambung dari pinggang sampai melewati kakinya, seperti ekor, dengan rajutan tembus pandang. Rambutnya diikat penuh dan dihiasi mahkota bunga-bunga. Sepatu merah muda dengan hak 6cm membuat kaki mungilnya terlihat semakin indah.
Sedangkan Hong Jong Hyun menggunakan kemeja putih yang dibaluti tuxedo dan celana bahan berwarna merah muda, serta sepatu pantofel berwarna putih, membuat ia terlihat semakin menawan.Mereka tak tahu kemana arah tujuannya, sepanjang perjalanan mereka hanya berdiam diri. Lalu, Yura mulai membuka topik pembicaraan.
"Oppa, apa yang ingin kau lakukan hari ini?" Tanya Yura sambil melihat kearah Jong Hyun, namun tatapannya kosong.
Jong Hyun mendesah pelan, "aku pun tak tahu.. Bagaimana dengan engkau?". Yura menengadahkan kepalanya menatap langit, lalu ia tersenyum memandang Jong Hyun.
"oppa, pernahkah sesekali kau merasa ingin melakukan sesuatu yang berkesan bersama orang yang kau cintai?" tanyanya.
Jong Hyun menopangkan dagunya dan berbicara sambil berimajinasi, "ya, tentu pernah", jawabnya.
Yura menarik lengannya dan mengambil dua lembar kertas kosong dari tas mungilnya. "tulislah hal-hal yang kau ingin lakukan sebelum orang yang kau cintai tak ada lagi di sisimu" ujarnya dihiasi senyum yang memaksakan diri. Ia terlihat sangat rapuh.
Jong Hyun menatapnya lekat, memegang kedua tangan Yura, menyatukan jari jemarinya kepada Yura. Tatapannya kosong, berkaca-kaca.
"Baiklah, aku tau apa yang ku mau".
YOU ARE READING
We Can't Deny
Teen FictionYura: Aku tak bisa melepaskannya, tapi aku harus. Jong Hyun: Aku tak bisa jauh darinya, tapi aku harus. Episode terakhir variety show itu pun tiba (re: WGM). Rasa sedih, kecewa, kehilangan.. Segala emosi itu bercampur aduk dalam fikiran dan batin sa...