"Aku tak akan meninggalkanmu".
Bisikan Jong Hyun membuat Yura meneteskan air matanya. Ia merasa jantungnya berhenti berdetak. Ia yakin, ia sadar. Ia mulai mencintai Jong Hyun.
Jong Hyun sadar apa maksud Yura mengajaknya menonton film itu. Ya, cerita di film itu sama persis dengan cerita mereka berdua.
Pada intinya, pria yang sangat dingin dan sulit untuk didekati itu membuat sang wanita kebingungan untuk mencari cara bagaimana caranya si pria bisa merasa nyaman bersamanya. Si gadis sangat menyukai sang pria. Perlahan gadis itu mulai mendekati walaupun pada awalnya tak mendapatkan respon yang positif. Namun seiring berjalannya waktu, sang pria perlahan mulai merasa nyaman berada disisinya, ia hanya tak tahu bagaimana mengungkapkannya. Ia hanya bisa bersikap baik pada gadis itu. Kenyamanan dan kebahagian mulai terasa indah, namun apa daya, mereka harus berpisah, dan tak bisa bersama lagi.Jong Hyun terus mendekap Yura yang masih menangis tanpa suara. Hanya terasa badannya berguncang hebat. Ia menangis terus menerus. Jong Hyun pun merasa sangat sedih. Namun ia tak mau Yura melihat kesedihannya.
"Sudah cukup. Jangan menangis lagi. Aku akan tetap disisimu kapanpun kau membutuhkan seseorang" ujar Jong Hyun, lalu mulai melepas pelukannya.
Ia menyeka air mata yang berlinangan di pipi Yura. Lalu mengecup dahi istrinya. Aksinya membuat Yura tambah menangis. Yura terlihat sangat rapuh, bahkan hancur.
Jong Hyun menyeka kembali pipi Yura, "sudahlah, tak baik menangis terus, kita harus berbahagia hari ini" ujarnya membuat Yura merasa sedikit tenang.
Yura mengangguk pelan. Ia masih merasa ingin menangis, namun ia menahannya. "Menangis tak akan merubah kenyataan", pikirnya.Jong Hyun melihat jam ditangannya. Pukul 11 malam. Satu jam lagi waktu mereka segera berakhir. Ia tak mau melewatkan kesempatannya.
"Princess, lebih baik kita makan sebelum perutmu ini mulai berteriak kelaparan. Sudah jam 11 malam" ujarnya pada Yura. Yura pun ikut melihat jam pada handphonenya.
Yura menyeka pipinya. Ia hanya mengangguk-ngangguk seperti anak kecil, membuat Jong Hyun merasa sedih. Jong Hyun langsung menarik tangannya dan mengajaknya keluar dari teater. Tangannya terus merangkul pinggang istrinya yang sangat kecil.***
Sampailah mereka di sebuah kafe bernuansa romantis. Kafe itu tampaknya dipesan oleh Jong Hyun sehingga tak ada satupun orang yang bisa masuk.
"Ini bukan pertama kalinya aku kesini, tapi mengapa nuansanya terlihat berbeda, ya?" kata Yura, lalu memeluk lengan Jong Hyun.
Jong Hyun tersenyum manis. Ia menarik Yura kedekapannya. Ia sangat berharap Yura menyukai kejutan yang ia buat.
"Kau terlalu banyak berkomentar. Lebih baik kita masuk. Aku tahu kau sudah kelaparan. Masuklah duluan. Aku perlu ke toilet" jawabnya lalu meninggalkan Yura sendirian.Yura berjalan menuju pintu kafe itu.
Suatu hal yang sangat diluar ekspektasinya. Ia disambut dengan lilin lilin kecil disetiap kanan kirinya. Ia berjalan sambil diiringi lilin-lilin itu.
Lilin-lilin itu membuatnya berjalan kesisi kanan kafe. Disana terdapat foto-foto dirinya dan suaminya. Fotonya waktu kecil dan foto Jong Hyun waktu kecil sampai keduanya dewasa. Dibawah kumpulan foto itu terdapat kalimat yang ditempel di tembok itu.
"The old times. Kau dan aku, sebelum dipersatukan, dan tak terbayang akan dipersatukan"
Yura tersenyum lebar. Ia sangat senang bisa mengenang masa lalunya dan juga bisa mengenali masa lalu suaminya.
Ia kembali berjalan mengikuti petunjuk arah lilin yang membuatnya berbelok ke sisi kanan.
Disana terdapat tembok lain yang berisikan foto mereka. Foto pertama adalah foto waktu Jong Hyun mencari Yura di gedung SBS dan foto Yura yang membalas SMS Jong Hyun. Lalu tanda panah mengarahkan pandangannya.
Foto pertama kali mereka langsung bertatap muka dan saling memperkenalkan diri satu sama lain. Yura tertawa sambil meneteskan air matanya. Ia merasa sangat terharu dan sedih melihat kenangan itu.
Lagi, sebuah panah mengalihkan pandangannya.
Foto pernikahan mereka yang secara tiba-tiba. Yura menyentuh foto itu, mengelusnya. Ia kembali tersenyum melihatnya.
Ia membaca kalimat kedua di tembok kedua.
"Tak kusangka kita dipersatukan. Tak kusangka itu adalah dirimu. Bertemu dan langsung menikah. Itulah yang terjadi. Wedding Express."
Yura tertawa terbahak-bahak membaca tulisan 'Wedding Express'.Ia kembali berjalan mengikuti arah lilin-lilin itu. Membuatnya berhenti tepat ditengah ruang kafe. Terdapat pilar yang penuh berisikan foto dirinya dan suaminya selama masa pernikahan.
"Kau membuatku berubah. Kau membuatku bahagia."
Kalimat itu membuat Yura meneteskan air matanya tanpa henti. Ia menangis tanpa sedikitpun ekspresi diwajahnya. Ia sangat sakit sampai tak tahu harus bagaimana.
Yura memeluk pilar itu. Menangis. Lalu berdiri kembali sambil menutup wajahnya. Ia terlihat sangat hancur. Lalu mulai menenangkan dirinya sendiri.Lagi. Ia berjalan mengikuti arah lilin itu. Membuatnya berhenti di ruang outdoor kafe itu.
Jong Hyun tepat ditengah tengah sana. Berdiri tegap dengan senyum yang khas.
Yura terbelalak melihatnya. Ia ingin sekali memeluk Jong Hyun. Sangat ingin.
"Oppa, gomawo", katanya, sambil berjalan cukup lambat kearah Jong Hyun.
Jong Hyun mengangguk pelan. Ia merentangkan tangannya. Refleks, Yura langsung berlari dan memeluknya erat. Tangisannya meluap. Semuanya.
Jong Hyun membalas pelukannya. Didekapnya Yura erat. Ia menyembunyikan wajahnya di bahu Yura. Ia ingin menangis, namun terus menahannya. Ia sama sedihnya dengan Yura.
YOU ARE READING
We Can't Deny
Teen FictionYura: Aku tak bisa melepaskannya, tapi aku harus. Jong Hyun: Aku tak bisa jauh darinya, tapi aku harus. Episode terakhir variety show itu pun tiba (re: WGM). Rasa sedih, kecewa, kehilangan.. Segala emosi itu bercampur aduk dalam fikiran dan batin sa...