"Baiklah, aku tau apa yang ku mau".
***
Keduanya menulis keinginannya masing-masing di meja yang berbeda. Yura terlihat menulis banyak sekali keinginan yang ia ingin lakukan bersama Jong Hyun, seakan tak mau melewatkan kesempatan emas dengan sia-sia. Yura tersenyum memandang secarik kertas berisi coretan akan keinginan besarnya.
Sedangkan Jong Hyun, ia memandang kedepan, tatapannya kosong. Ia tampak seperti orang yang sedang putus asa. Ia tak tahu apa yang dia inginkan. Semua terasa asing baginya dan sangat menyakitkan. Lalu ia memandangi kertasnya cukup lama, sampai akhirnya ia mulai berani mengungkapkan keinginannya dari dalam lubuk hatinya.
Yura menghampiri Jong Hyun dan langsung memeluknya dari belakang, "Oppa!", panggilnya, sambil menopangkan dagunya di pundak Jong Hyun.
Senyum. Selalu, Jong Hyun mengeluarkan senyum yang sangat indah pada Yura. Ia tampak lebih bersemangat daripada sebelumnya. Jong Hyun terlihat sangat tegar.
"Kau sudah selesai?" tanyanya pada Yura. Yura mengangguk seperti anak kecil.
"Tentu. Oppa, apa yang kau tulis di kertas itu?" tanyanya sambil melirik kertas yang sudah dilipat-lipat kecil oleh suaminya itu.
Jong Hyun menyembunyikannya didalam dompetnya. "Kau tak boleh tahu itu. Ayo kita berangkat, lakukan dulu semua yang kau inginkan, lalu aku akan mengunjukkan milikku" jawabnya, lalu merangkul Yura ke dekapannya yang hangat. Yura terlihat sangat bahagia dan sedih, tentunya.
"Come on, oppa. Kita pasti bisa."***
Mereka turun dari mobik hyundai merahnya. Ternyata tempat pertama yang dipilih Yura adalah studio photobox. Photobox itu terlihat berkelas dengan aksen antik dan background yang tak biasa kita temukan. Mereka memiliki 2 warna background tanpa motif (polos). Hanya hitam dan putih.
Yura menghampiri sang penjaga photobox itu, "Annyeong. Maaf, apakah disini hanya memiliki 2 background saja?" tanyanya.
Si penjaga menjawab dengan ramah, "ya, kami hanya memiliki 2 macam warna untuk background dan photobox ini hanya boleh digunakan untuk orang yang berpasangan. Photo dengan background hitam disimpan oleh pria dan background putih untuk wanita" jelasnya panjang lebar, namun Yura tambah bingung.
Jong Hyun bertanya, "apa maksudnya? wanita dengan warna putih dan pria dengan warna hitam?". Si penjaga langsung menggiring pasangan itu menuju photobox.
"Fotolah terlebih dahulu, lalu kau akan tahu jawabannya".Keduanya masuk kedalam kotak kecil itu. Mereka saling memandang satu sama lain lalu tertawa. Tak tahu harus apa.
"Ah Young-ah, ciumlah pipiku".***
"Ah Young-ah, ciumlah pipiku".
Kata-kata itu membuat pipi Yura memerah, jantungnya berdegup sangat cepat, dunia serasa berhenti berputar.
"Ah Young-ah. Kau sedang sakit?" tanya Jong Hyun lalu menempelkan telapak tangannya di dahi Yura. Yura langsung menghindar sambil menggelengkan kepalanya.
"Anieyo, oppa. Baiklah, aku akan menciummu" jawabnya dengan tegas. Dengan mengumpulkan segala keberaniannya, ia mencium pipi Jong Hyun.
Entah apa yang terjadi, Jong Hyun merasakan kehangatan dan kenyamanan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasa seperti sedang melayang. Ia terlalu bahagia.
"Tak sesulit yang kau bayangkan, bukan?" ujarnya menatap Yura dengan senyum manisnya. Yura hanya tersenyum dan tersipu malu. Ia menutup wajahnya.
Giliran Yura meminta Jong Hyun untuk melakukan pose untuknya. Yura memanggilnya lembut. "Oppa, kau hanya perlu menatap mataku, lekat" katanya sambil menatap mata Jong Hyun.
Jong Hyun langsung membelokan badannya menghadap Yura. Ia menarik nafas panjang.
Ia menatap Yura dengan lekat. Matanya seakan berbicara, mencurahkan isi hati dan pikirannya.'Jong Hyun tak ingin melepaskannya, Jong Hyun merasa nyaman bersamanya, Jong Hyun mencintainya'.
YOU ARE READING
We Can't Deny
Teen FictionYura: Aku tak bisa melepaskannya, tapi aku harus. Jong Hyun: Aku tak bisa jauh darinya, tapi aku harus. Episode terakhir variety show itu pun tiba (re: WGM). Rasa sedih, kecewa, kehilangan.. Segala emosi itu bercampur aduk dalam fikiran dan batin sa...