•Bagian 2•

10.5K 1.1K 95
                                    

BxB | Mature content
.
Don't Like, Don't Read😊

Don't Like, Don't Read😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yak!! Berhenti!!"

Lagi. Pagi yang harusnya menyenangkan jadi terasa begitu menyebalkan ketika suara teriakan yang berasal dari belakang memanggilnya.

Hari ini Jaemin lewat koridor belakang yang—sangat amat sepi. Biasanya jalan tempuh ini akan dilewati beberapa siswa nakal yang ingin membolos. Tapi biasanya mereka akan datang pada saat bell istirahat berbunyi.

Jaemin terpaksa menghentikan langkahnya, membenarkan letak kacamatanya dan sedikit menunduk.

Haechan melangkah cepat, kemudian menarik lengannya hingga Jaemin tertarik dan terpaksa punggung lebarnya membentur dinding dengan tubuh mungil Haechan yang mengukungnya.

"Aku tahu kau sedang ingin menghindar dari ku, jerk!"

Haechan meletakkan satu tangannya di samping bahu Jaemin dengan yang satu lagi di biarkan guna sesekali akan memukul kepala si culun.

Sedangkan yang bersangkutan diam menunduk di posisinya. Menerima segala perlakuan itu.

"Kau takut, ya? Aku siram lagi seperti kemarin? Eoh?"

Jaemin menggeleng, sebelum kemudian ia mengangkat kepalanya dan menatap Haechan yang ternyata tengah menatapnya tajam.

Lalu detik berikutnya, posisi berubah ketika Jaemin mendorong sedikit bahu Haechan, melangkah maju dan berbalik kemudian mendorong lagi bahu si manis hingga punggung sang empu menabrak dinding.

Haechan meringis, "Aish. Yak!! Apa-apaan kau ini?! Berani sekali kau pada—"

"Sstt~~" Jaemin meletakkan satu jarinya pada belah bibir milik Haechan. Sebuah senyum mengerikan tercetak jelas dengan kilatan mata yang mulai menajam.

Haechan bisa melihat itu dari balik lensa kacamata pemuda didepannya. Tubuhnya diam mematung tanpa sepatah katapun lagi yang keluar setelah melihat ekspresi Jaemin yang berubah 180° dalam beberapa detik ini.

Wajah Jaemin semakin mendekat, tak lupa ia menahan tubuhnya dengan satu tangan yang meninju dinding tepat di samping kepala Haechan.

"Aku tidak sedang menghindar dari mu, Lee." Jaemin. Pemuda manis didepannya memasang raut takut karena menyadari wajah keduanya begitu dekat.

Bahkan keduanya bisa merasakan hembusan nafas masing-masing yang menerpa wajah mereka.

Jaemin tertawa, "Manis sekali jika sedang ketakutan seperti ini." Ujarnya.

Haechan membulatkan matanya, tangan kurang ajar milik Jaemin telah berhasil menyentuh wajahnya tanpa permisi. Mengakibatkan sekujur tubuhnya bergetar entah untuk alasan apa.

Telapak tangannya yang besar perlahan menelusuri pipi tembam nya, mengelusnya lembut tanpa henti hingga akhirnya turun menuju dagu. Mengapitnya dengan kedua jari kemudian sedikit mengangkatnya sampai mata keduanya benar-benar bertatapan langsung.

"Kapan gangguan ini akan berhenti?" Tanya Jaemin namun Haechan diam.

Agaknya, pemuda manis itu kehabisan kata-kata setelah mendapat perlakuan lembut dari pemuda culun didepannya. Selain protesan yang baru beberapa detik terlewat, tak ada lagi kata yang keluar bahkan untuk sebuah kalimat umpatan.

Jaemin yang melihat keterdiaman Haechan pun memasang senyum misterius, kedua jarinya masih setia memegang dagu Haechan. Sampai sesuatu terjadi ketika keduanya malah memilih diam setelahnya.

Wajah Jaemin semakin dekat, sehingga yang lebih tinggi menyatukan bibir keduanya tanpa aba- aba, dan tentu itu membuat Haechan terkejut—namun tak dapat berucap banyak.

Kedua tangannya yang baru saja terangkat—bermaksud ingin memberontak, di tahan oleh kedua tangan Jaemin yang bebas. Diangkatnya pergelangan tangan Haechan hingga seolah terlentang menempel pada dinding sementara bibir keduanya masih menyatu.

Tak ada perlawanan lagi, tubuh dan tangannya terkunci. Saat itu Haechan hanya bisa pasrah ketika bibirnya disesap bahkan dijilat sensual oleh oknum yang tak lain adalah nerd di kelasnya—Na Jaemin.

Pemuda yang selama ini ia ganggu ketenangannya.

Pemuda yang selama ini hanya diam ketika ia malah melakukan banyak hal yang mampu membuat semua orang menertawai seorang Na Jaemin.

Hingga detik berikutnya, Haechan merasa gigi-gigi Jaemin menyentuh bibir bawahnya yang mana malah membuatnya membuka mulut lebar-lebar. Dan tangannya yang semula menempel di dinding, di letakkan di bahu lebar si culun sampai ia sendiri bisa merasakan benda tak bertulang masuk ke rongga mulutnya dan menggelitik langit-langit mulutnya.

Kedua tangan Jaemin berada di pinggang Haechan, memeluknya karena sadar tak ada perlawanan dari yang bersangkutan. Jadi dengan bebas ia melakukan itu.

Lama keduanya dalam posisi seperti ini, hingga saat dimana Haechan merasa kegiatan ini menghabiskan sisa nafasnya sampai membuatnya memukul dada bidang Jaemin bermaksud menyuruh pemuda itu melepas pangutan sekarang juga.

"Heumhh~ahh,..."

Bruk

"B-brengsek!! Be-beraninya kau!!"

Bokong Jaemin berakhir mencium lantai. Haechan baru saja memukulnya hingga terjatuh karena anak itu baru saja sadar apa yang keduanya lakukan.

Pukulannya tak sakit, hanya saja Jaemin terkejut dengan aksi bar-bar Haechan setelah keduanya baru saja berciuman.

Haechan menendang tulang kering Jaemin sebelum ia benar-benar pergi meninggalkannya yang masih terduduk di lantai.

Jaemin menoleh, menatap kepergian Haechan dengan pandangan yang sulit di artikan, begitu

juga dengan senyum penuh artinya.

"Aku semakin tak bisa menyembunyikannya..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hide🔞 • JAEMHYUCK✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang