tiga

1.3K 105 7
                                    

MELAWAN LUPA-!

WARING!!
CERITA YAOI/HOMO/GAY/COWOK x COWOK/BELOK DLL.

Chapter 03.

Kamu bagaikan candu dalam hidupku

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

"Dari mana saja Mark?" Sang Bunda menyambut dengan tatapan tajamnya.

"Ah itu.. anu Bun" Mark gelalapan, dia takut salah bicara di depan Bundanya.

"Anu anu.. jawab yang tegas"

"Nginep di rumah temen Bun, semalem kan badai. Mark gak berani pulang" bela Mark

"Alasan aja, mangkanya lain kali kalau mau keluar izin dulu sama orang tua! Papa sama Bunda khawatir sama kamu, pergi gak izin di telpon juga gak di angkat"

"Semalem kan badai Bunda, jadi hp Mark ya Mark matiin Mark beneran minta maaf dah Bun... serius" Mark memohon ke pada sang Bunda yang masih berdiri menantang di depan Mark.

"Lain kali kamu harus izin dulu, kasih tau papa sama bunda, kamu anak bunda satu-satunya, dan bunda gak mau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu"

"Iya bunda, maaf"

"Ya udah sekarang kamu cepet mandi terus berangkat sekolah"

Mark tersenyum lalu memeluk sang Bunda erat.

"Makasih Bunda, Mark udah mandi tadi di rumah temen tinggal ganti baju aja"

Bunda Mark tersenyum, mengusap rambut sang anak sayang.

"Oh ya, nanti izinkan Haechan ya sayang. Tadi ayahnya kesini, nitip surat buat wali kelas Haechan"

"Haechan kenapa Bun?" Mark otomatis melepas pelukannya, menatap sang Bunda heran

"Haechan sakit nak, Bunda mau kesana tapi kata ayah Haechan gak perlu takut demam Haechan menular katanya. Padahal Bunda pengen banget ketemu sama Haechan" satu helaan nafas keluar dari bibir tipis sang Bunda.

'Haechan sakit?'

Entah mengapa tiba-tiba fikiran Mark langsung tidak karuan, sedikit khawatir dan juga.. aneh? Kesehatan seseorang memang tidak bisa di prediksi, tapi jika ini Haechan maka lain ceritanya. Jangankan demam, minggu lalu Haechan terserempet mobil sampe bikin dia pincang pun tetap masuk sekolah. Haechan selalu berkata akan prinsip hidupnya, selagi bisa dia bernafas dia akan tetap sekolah apapun yang terjadi. Jadi apakah demam yang Haechan alami sekarang sangat parah?

"Mark? Mikirin apa? gak mau sekolah hm?" Sang Bunda berkata sambil tersenyum, iya sih si Bunda tersenyum tapi itu loh.. kedua bola matanya melotot galak ke arah Mark.

Mark nyengir, dia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Hehehe iya bun lupa"

Lalu setelahnya Mark berjalan cepat menuju kamarnya.

.
.
.
.

"Kak Mark"

"Oh hai Mina" Mark tersenyum tipis saat Mina menghadang dirinya di depan kelas.

Mina menundukkan kepalanya dengan kedua pipi yang bersemu.

"Makasih buat kemarin"

Mark tertawa gemas, dia mengusap kepala Mina lembut.

"Gak usah di pikirin, lain kali hati-hati kalau bawa motor yah biar gak nabrak pagar orang lagi seperti kemaren"

"Kak Mark ih!! Jangan di bahas malu"

Mark tertawa kencang.

"Semalam badai kak, kakak langsung pulang  ke rumah kan?" Mina bertanya, karna seingatnya Mark pulang sebelum badai datang.

"Semalem gua tidur di rumahnya Jeno" jawab Mark membuat Mina mengangguk-angguk lucu.

"Eh udah dulu ya Min, gua mau ke kantor guru.. bye"




Sinar matahari membuat Haechan mengerjap-ngerjapkan matanya. Sedikit menggeliat sebelum akhirnya dia memaksakan tubuhnya untuk berjalan ke kamar mandi.

"Ah sayang, kamu sudah bangun?" Tanya Lee Shin selaku ayah kandung dari Haechan.

Haechan tersenyum dia berjalan tertatih menuju sofa di mana ayahnya berada.

"Haechan kangen~" ucap Haechan manja.

Lee Shin terkekeh lalu membawa tubuh sang anak dalam dekapannya.

"Ayah juga kangen" ucap Lee Shin membuat Haechan tersenyum cerah.

Sang ayah tersenyum hangat.
"Kamu belum makan kan sayang? Mau ayah ambilkan makanan?"

"Suapi~" ucap Haechan manja

Lee Shin tertawa membuat wajahnya semakin terlihat tampan.

"Ayah gak kerja?" Tanya Haechan saat ayahnya kembali dengan sepiring nasi penuh dengan lauk-pauk lengkap dengan sayurannya.

"Ayah mau menghabiskan waktu bersama anak ayah satu-satunya yang paling manis ini, hari ini Haechan gak usah masuk yah? Masih sakit kan? Ayah sudah izin ke kepala sekolah kamu, udah nitipin surat juga ke ibunya Mark buat di kasih ke wali kelasmu"

Haechan mengangguk dengan mulut yang penuh makanan. Membuat sang ayah terkekeh melihat betapa imutnya anak semata wayangnya itu.

Lee Park Shin meletakkan piring di atas meja tanpa melepaskan tatapannya pada wajah sang anak.

"Huh? Ayah~ kenapa di taruh? Aku kan hanya makan sesuap tadi!" Protes Haechan

Lee Shin menarik tangan Haechan  agar duduk di atas pangkuannya sambil menatap lembut kedua bola mata sang anak. Haechan menelan ludahnya, dia sudah bisa menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ayah.. ahh"
Haechan mendesah saat sang ayah menghisap leher nya.

"Chan-ah, ayah rindu"

Selanjutnya hanya terdengar suara desahan dari Haechan, kejadian semalam kembali terulang. Haechan tidak dapat menolak, dia menggeram dalam hati. Semenjak kedua orang tuanya resmi berpisah, sang ayah menjadi frustasi. Dia selalu bergumam bahwa dia tidak ingin kehilangan siapapun lagi dalam hidupnya. Dan puncaknya ketika suatu hari ayahnya pulang dengan keadaan mabuk dan berakhir menyetubuhi sang anak.

Dalam desahannya tuan Lee Shin bergumam bahwa dia telah menandai Haechan dan tidak akan pernah membiarkan Haechan pergi dari dalam hidupnya.

"A-ahh.. ahh nghh ayahh"
Haechan kembali mendesah saat Park Shin menghisap puting kirinya.
Sedangkan tangan kanannya sudah bermain dalam lubang hangat milik Haechan.

Haechan bimbang, di satu sisi dia ingin berteriak jika apa yang dia dan sang ayah lakukan itu salah. Tapi di sisi lainnya tubuhnya sangat merindukan sentuhan lembut dari sang ayah.
Haechan menangis saat sang ayah menyodok lubangnya dengan kuat. Rasanya perih dan memabukkan.
Dalam hati Haechan berharap semoga tuhan cepat mengeluarkannya dalam lingkaran hitam ini.





T.B.C

Smile On my Face [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang