Empat

1.3K 107 7
                                    

MELAWAN LUPA-!

WARING!!
CERITA YAOI/HOMO/GAY/COWOK x COWOK/BELOK DLL.

Chapter 04.

BODOH; adalah ketika Kau torehkan luka, namun ku balas dengan kasih sayang.

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

"Gua denger kemarin Lucas nembak lu, apa itu bener?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Mark membuat Haechan menghentikan kunyahan keripik singkong di mulutnya.

"Iya"

"Lalu? Lu nerima?" Tanya Mark lagi tanpa menoleh ke arah Haechan, dirinya tengah sibuk dengan Game yang ada di ponselnya.

"Engak kak, kakak tenang aja.. aku gak nerima kak Lucas kok, jadi kakak gak perlu cemburu gitu" goda Haechan

"Dih najis, btw makasih udah bawain gua makanan tadi gua bener-bener gak tau kalau bakalan di tinggal sama tuh kedua orang yang bucin nya tiada akhir" ucap Mark kesal

"Hust! Orang tua kakak itu loh"

"Lah bodo amat, siapa suruh ninggalin anak sendirian cuma gara-gara anniversary nikahan mereka, udah tau anaknya gak bisa masak gak di sisain uang lagi"

Haechan tertawa kencang.
"Ya udah sih kak, gak usah bawel toh udah aku kirimin makanan kan? Udah kenyang juga kan?"

"Iya sih, itu beneran elu yang masak?"

"Iyalah kakak fikir siapa?"

"Gak lu masukin hal yang aneh-aneh kan?" Mark mem-pause gamenya menatap Haechan curiga

"Aku kasih taburan Cinta di dalamnya" Haechan tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-gigi kecilnya yang berjejer rapi.

"Najis"

"Gimana rasanya kak? Enak kan?"

"Lumayan lah, meskipun lebih enak masakan punya Mina" ucap Mark sambil meneruskan permainannya yang sempat tertunda

"O-oh okey! Nanti aku belajar lagi biar bisa ngalahin masakan punya Mina" Haechan tersenyum ceria meskipun dalam hati dia kecewa dan terluka.

'Gak papa kok, gak papa aku cuma perlu berusaha sedikit lagi biar kak Mark mau melirik ke arahku' inner Haechan semangat.

Keduanya lalu sibuk bermain, bertengkar, berdebat dan sedikit tertawa hingga jam menunjukkan hampir tengah malam

"Anjir udah jam segini, minggir lu! Gua mau pulang"

"Yah kak, kenapa gak tidur bareng sama aku aja sih?" Haechan mengerucutkan bibirnya kesal

"Ogah, gua gak bisa tidur kalau gak di kasur gua sendiri"

Haechan tak menyahut dia tetap diam tanpa menoleh ke arah Mark.

Mark yang melihatnya tersenyum kecil lalu berjalan mendekati Haechan, mengusap kepalanya sebelum menjitaknya pelan

"Gak usah sok mellow gitu lu, besok gua jemput kita berangkat sekolah bareng"

Haechan langsung mendongak, menatap Mark dengan binar indah di kedua bola matanya.

"Eung!!" Haechan mengangguk mantap membuat Mark kembali mengusap kepalanya.

Haechan tersenyum, lalu mengantarkan Mark sampai pintu dapan rumahnya.

"Hati-hati di jalan kaakk!!"  Haechan berteriak sembari melambaikan tangannya ke arah Mark.

"Berisik anjir! Rumah gua sebelahan sama rumah lu aso!"

Haechan tertawa kencang mendengar makian dari Mark, dia senang setelah sebulan lebih akhirnya dia bisa juga berangkat bersama dengan Mark.

Haechan memukul kepalanya karna terus menerus memikirkan tetangganya itu.

Dia menggeleng sebelum akhirnya menutup pintu rumahnya dan menguncinya, Namun saat Haechan membalikkan badan tepat di depannya ada sang ayah yang berdiri angkuh dengan aura kelam di sekitarnya.

"A-ayah" Haechan melirik takut ke pada ayahnya.

"Siapa itu Lucas?"

Haechan mematung di tempatnya.

"A-ayah" Haechan mulai memasang wajah memelas agar ayahnya bisa melepaskannya kali ini.

"Jawab Lee Haechan! Siapa itu Lucas? Punya hubungan apa kamu sama dia hah?!"

"Kak Lucas itu t-temen Kak Mark yah" Jawab Haechan Jujur

"Ada hubungan apa kamu sama dia? Oh, udah berani mau jadi pelacur lagi ya kamu? Sini!"

"Ayah.. Haechan mohon dengarkan penjelasan Haechan dulu" Haechan kini menangis, dia benar-benar paham akan kebiasaan buruk ayahnya.

"Kurang ajar ya kamu! Udah gak mau nurut sama ayah! Ayah bilang kesini Lee Donghyuck!"

Haechan menangis keras, jika sang ayah telah menyebutkan nama aslinya. Itu berarti sang ayah benar-benar marah padanya.

Dengan perlahan Haechan mendekati Lee Shin.

"Apa ayah bilang! Jangan pernah godain siapapun!" Lee Shin menjambak rambut Haechan agar sang anak menatap ke arahnya.

"H-haechan gak pernah godain siapapun yah"

"Oh, udah berani jawab kamu yah!" Lee Shin melepas jambakannya dan menarik Haechan ke dalam kamarnya.

"Ayah lepasin Haechan"

"DIAM!"

"Yah.." Haechan meneguk ludahnya saat Lee Shin membuka baju atasnya.

PLAK!

satu tamparan mengenai pipi Haechan

"Ayah bilang diam ya diam!" Lee Shin tidak berteriak, namun dia menekan setiap kata yang keluar dari bibirnya.

Bugh..

"Pelacur murahan!"

Bugh..

"Mau jadi seperti ibumu yang tidak berguna itu iya?"

Plak..

"Anak gak tau berterima kasih! Mau mati hah?!"

Pukulan demi pukulan, tamparan demi tamparan Haechan terima, juga makian ayahnya yang benar-benar membuatnya tak berdaya.

Ini adalah ketiga kalinya Lee Shin memperlakukan Haechan layaknya samsak meninjunya, menendangnya, memukulnya dan semua hal yang tak ingin Haechan ingat. Lee Shin selalu marah jika mengetahui ada lelaki atau wanita yang mendekati anaknya.

Tapi Haechan bisa apa? Dia masih ingin hidup, dia tidak bisa lepas dari sang ayah karna dia juga butuh uang yang di berikan Lee Shin untuk menunjang kehidupannya. Andai, andai dia lebih memilih bersama sang Ibu, apakah Haechan akan mendapatkan kehidupan yang lebih layak?

Darah segar mengalir dari hidung dan mulutnya, memar di jidat dan pipinya pun terasa sangat menyiksa.

Hingga akhirnya Haechan pingsan karna tubuhnya tak sanggup lagi menahan semuanya.

T.B.C

Smile On my Face [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang