"Tuan muda, tidak bisakah kamu melepaskan aku?"
"Tidak."
Shi Mei menghela nafas. Xue Meng menggandeng lengannya sepanjang perjalanan. Membuat ia tidak bisa lari. Yah, walaupun dia bisa, dua Hanxue itu tidak mungkin hanya berdiam diri disana menjadi pajangan.
"Tuan muda, apa yang kamu inginkan?" Shi Mei bertanya. Ia tidak mengerti apa tujuan Xue Meng membawanya menemui Mo Ran dan shizun mereka.
Xue Meng, "Aku merindukan tim kita. Kebetulan aku menangkapmu, kenapa kita tidak melakukan reuni?"
Shi Mei tentu saja ingin melakukan hal itu sejak lama. Andai dia bisa ...
Melihat Shi Mei diam, Xue Meng secara alami sadar alasan ketidak nyamanan yang lainnya dan tidak mendesaknya lagi. Ia hanya menggandeng Shi Mei dan pergi ke beberapa toko untuk membeli makanan ringan.
Kedua Hanxue yang sedaritadi mengikuti di belakang, "..."
Mei Hanxue tidak bisa menahan cemberut saat mengawasi Xue Meng yang memasuki salah satu toko kue dengan Shi Mei, "Shi Mei itu ... Sangat beruntung!"
'Mei Hanxue' yang menjaga wajahnya tetap lurus juga tidak bisa merasa bahagia melihat miliknya menggandeng orang lain kesana kemari. Tapi ia masih berkata, "Kamu terlalu banyak makan cuka."
Mei Hanxue memutar matanya, "Ge, jangan menasehatiku. Lihat dirimu sendiri, bola matamu hampir melompat keluar saat menatap MengMeng, kau kira aku tidak tahu?"
'Mei Hanxue', "... Aku benar-benar ingin memukulmu."
----
"Mo-gege punya pedang lain?"
Luo Binghe dan Mo Ran sudah mengakhiri duel mereka beberapa saat yang lalu dengan hasil seri. Mereka sedang menikmati suasana hutan bambu yang damai saat ini. Berbaring bersebelahan di rumput hijau yang lembut dan membiarkan angin sejuk melewati mereka.
Mo Ran mengangguk kecil, "Ya, tapi aku tidak menggunakannya lagi."
Luo Binghe menoleh sedikit, "Oh? Lalu dimana itu? Aku tidak melihat ada pedang yang dipajang di rumah?"
Mo Ran, "Dia memakainya."
Luo Binghe mengerutkan keningnya, "Dia? Siapa dia?"
Mo Ran akhirnya menceritakan tentang keadaan tubuhnya dan tentu saja Taxian-jun. Luo Binghe di sebelahnya, mendengarkan dengan serius dan sesekali menanggapi dengan perubahan ekspresinya yang terlihat jelas.
Setelah itu, Luo Binghe mengangguk mengerti. Ia berkata, "Jadi, setiap tiga hari sekali ... Mo-gege yang lain akan mengambil alih tubuhmu sehari?"
Mo Ran, "Benar."
Luo Binghe, "Taxian-jun dia ..."
Mendengar ucapan menggantung, Mo Ran bertanya, "Ada apa Luo-shidi?"
Luo Binghe berkata dengan muram, "Tidak ada. Sifat Taxian-jun ini agak mirip dengan diriku yang lain ..."
Mo Ran terkejut. Ia bangun dari posisi berbaringnya dan menatap Luo Binghe dengan penasaran, "Giliranmu untuk bercerita."
Luo Binghe tertawa sedikit. Ia ikut bangun dan mulai bercerita tentang 'Luo Binghe', dirinya dari dunia yang lain. Orang yang memicu Xin Mo untuk merobek celah dunia pertama kali. Luo Binghe bercerita dengan sedikit nada tidak senang. Tepat saat ia menceritakan bagian dimana 'Luo Binghe' itu hampir membawa shizunnya, wajahnya sudah sepenuhnya gelap. Aura membunuhnya yang kuat sama sekali tidak bisa disembunyikan.
Wajah Luo Binghe semakin jelek saat ia mengetahui bahwa shizunnya di dunia lain telah dibunuh oleh dirinya yang lain di dunia itu. Luo Binghe benar-benar membenci orang ini. Mo Ran sangat menyadari kebencian Luo Binghe. Dia merasa mereka memiliki takdir yang mirip-- sangat mirip.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Coincidence [END]
RandomPedang Luo Binghe, Xin Mo merobek celah antar dunia lagi. Sebelumnya, celah itu membawa 'Luo Binghe' dari cerita asli yang hampir mengacaukan dunia tempat Shen Qingqiu yang telah bertransmigrasi berada. Kali ini, celah itu malah membawa Shen Qingqiu...