Dua (Jeno)

67 2 0
                                    

NINGEN SHIKKAKU

“Apa kau tau penulis Dazai Osamu?”

“Pernah dengar tapi gak terlalu tau. Memangnya kenapa?”

“Gak ada apa-apa sih. Cuma nanya doang. He he.”

Tak lama kemudian terdengar suara pukulan dan keluh kesakitan yang lumayan nyaring, dan hal itu cukup membuat mereka berdua mendapat teguran dari penjaga perpustakaan. 

Keheningan menyelimuti, mereka fokus membaca buku masing-masing. Sampai lima menit kemudian pemuda Na kembali bertanya.

“Nanti kalau udah dewasa mau kerja jadi apa?”

“...”

“Jeno~”

“Tahun ini umumu berapa tahun?”

“Hampir 23. Kan umur kita sama, kenapa nanya?”

“Apa buatmu umur segitu belum dewasa?”

“Iya juga ya. Pantes kalau pulang selalu ditanyain punya pacar apa enggak. Heung~ kok kita udah tua ya.”

Pemuda Lee kembali memfokuskan diri membaca bukunya, mengabaikan temannya yang masih merengek dan mulai bergumam tidak jelas.

Setengah jam berlalu, Jeno melihat arloji di pergelangan tangannya yang telah menunjukkan pukul empat sore.

“Ayo pergi. Perpustakaannya bentar lagi tutup.”

“Ayo! Kok tutupnya lama banget ya, udah bosen dari tadi.”

Pantas Jaemin mengganggunya tadi, pemuda itu bosan. HARUS SABAR. Hanya itu yang bisa Jeno lakukan dengan segala tingkah temannya itu.

“Hotpot yuk?” Ajak Jaemin sambil menarik tangannya dengan semangat, jelas tidak menyisakan tempat bagi Jeno untuk menolak. Memangnya dia bisa menolak ajakan seorang Na Jaemin?

Dan di sinilah mereka, kedai hotpot di persimpangan jalan arah rumah mereka masing-masing dan sudah menjadi langganan.

“Gak terasa ini udah tahun terakhir kuliah kita. Nanti pasti bakalan lebih sulit lagi buat ketemu, bakal sepi deh hidupku. Hiks hiks.”

Lagi, Jeno hanya bisa bersabar dengan kelakuan temannya yang kini mulai berpura-pura menangis sambil mengatakan betapa kesepian dirinya tanpa pemuda Lee nanti. Ia hanya fokus dengan makanan di hadapannya dan menunggu pemuda itu berhenti.

Setelah beberapa saat akhirnya Jaemin berhenti dan ikut fokus dengan makanannya. Barulah Jeno berbicara, “Kan masih ada smartphone. Meskipun beda, masih bisa saling menghubungi. Masih bisa temenan.”

Mendengar pemuda Lee mengatakan hal itu, Jaemin tersenyum. Mereka menghabiskan hotpot mereka dengan saling menceritakan kisah lucu teman-teman mereka yang lain sampai akhirnya mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.



 
Hari wisuda telah tiba. Orang-orang terlihat bahagia di hari ini, bukan hanya mahasiswa, tapi juga keluarga mereka. Setelah sesi berfoto dengan keluarga dan teman-temannya yang lain, Jeno mencari Na Jaemin karena hanya pemuda itu yang belum berfoto bersamanya. Setelah lama mencari, akhirnya Jeno menemukan Jaemin yang sedang duduk di bawah sebuah pohon yang tidak asing. Itu tempat ia berbicara dengan pemuda Na untuk pertama kalinya.

Jeno kemudian ikut duduk di samping Jaemin tanpa kata. Mereka melihat orang-orang yang masih sibuk mengabadikan momen bahagia. Keheningan terasa menenangkan diantara mereka berdua.

Ningen Shikkaku, salah satu buku dari Dazai Osamu dan merupakan karya terakhir sebelum beliau meninggal. Aku benar-benar menyukai buku itu, rasanya aku mengerti sekali perasaan tokoh utamanya. Aku harap kau mau membacanya dan memberitahuku pendapatmu tentangnya ketika kita bertemu kembali nanti.”

Jeno mengalihkan perhatiannya pada pemuda di sampingnya yang masih menatap kerumunan orang dengan senyuman di wajahnya.

“Selamat atas wisudanya Dokter Lee.”

Jaemin kini menghadap dirinya, pemuda Na tersenyum padanya. Itu adalah senyuman yang sama yang membuat pemuda Lee memberanikan diri menyapa pertama kali dan mengulurkan tangan meminta pertemanan. Senyuman sehangat dan secerah mentari yang selalu berhasil membuat dirinya terpesona lagi dan lagi.

Jaemin Story Collection ~ JaeminXAllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang