prolog: Our Legend

56 18 15
                                    

Prolog: Our Legend

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prolog: Our Legend.

***

Tahun 1987.

Seharusnya malam itu penuh dengan cahaya bintang serta bulan dan bukannya badai besar dengan serbuan angin yang menerpa lautan sekarang. Langit mulai menggelap, kilatan petir terlihat jelas di kedua pasang mata.

Namun, ini tidak membuat gundah satu perahu kayu yang diisi oleh beberapa nelayan dan yang pergi melaut ketika malam. Malah itu semakin membuat mereka bersemangat karna berhasil menangkap sesuatu yang sama sekali kita tidak akan pernah menyangka jika mereka itu ternyata nyata.

"Bagaimana dengan makhluk itu, Daniel?" Tanya seorang lelaki dibawah rintikkan hujan yang tidak begitu deras. Hanya saja, lelaki itu mati-matian bertahan pada tali tambang; yang diikatkan di pinggiran, karna badai yang menghantarkan angin yang begitu besar.

"Dia ada di dalam ruangan itu, Eve!" Daniel menunjukkan sebuah ruangan yang ada di ujung kapal, diatas roda kemudi, dengan susah payah.

"B-baiklah! Peringatkan yang lain untuk tetap bertahan. Berdoa saja, semoga badai cepat berhenti," Tutur Eve yang mencoba melangkah maju, namun tertatih-tatih karna angin datang dari arah berlawanan. Bahkan suara Daniel tadi juga tidak terdengar begitu fasih karna suaranya seperti terbang terbawa angin, menyisakan gelombang suara Samar-samar.

Angin malam bertiup kencang tidak karuan. Membuat mereka harus berpikir dia kali jika tidak memegang benda padat tetap apapun, maka akan terbang terbawa angin. Gelombang yang begitu besar membuat seluruh badan perahu tergonjang-ganjing diatas permukaan laut. Jarak pandang terlalu minim karna pengaruh badai dan awan yang menghitam dengan sambaran kilatnya, hanya lampu dari perahu saja yang menjadi pegangan utama untuk bisa melihat arah jalan. Tapi, terasa itu hanya sebuah sia-sia.

Banyak dari nelayan yang mengeluh dan ketakutan. Mereka takut jika perahu tidak akan sampai ketepi dermaga karna akan berakhir dihempas keras ombak besar. Mereka tidak akan bertemu dengan keluarga masing-masing jika hal tersebut sampai terjadi.

"Tuan Eve, apa lebih baik jika kita melepaskan putri duyung itu? Alam murka karna kita mengambil salah satu ketentuannya. Seperti peringatan tuan," Ujar seorang pria tua dengan baju hujan kuning. Kening lelaki itu berkerut hingga menambah garis keriputnya. Namun, lelaki itu merasa sedikit takut dan tegang. Bagaimanapun, mereka sedang berhadapan dengan kuasa alam yang dasyat.

"Bicara apa kau, tuan Hila? Jika kita berhasil menunjukan bahwa mereka itu nyata, maka akan banyak kolektor atau semacamnya yang akan membeli. Kita bisa menjualnya. Itu keuntungan yang besar!" Eve memekik geram. Namun, suaranya masih terdengar samar-samar karna terbawa angin.

Narelle: Cinta Antara 2 Makhluk Yang Berbeda Dunia. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang