4. Bully?

34 6 1
                                    

*
*
*

Febby yang baru saja sampai di dalam kelasnya, langsung disambut dengan hangat oleh sahabatnya --Alea Syafanni.

"Allo, Febby ...!" teriak Alea dan langsung memeluk sahabat satu-satunya itu.

"Gue kangen sama lo. Tau gak," cecar Alea sembari merangkul Febby, membawanya ke tempat duduk.

Febby terkekeh, "ada-ada aja. Baru sehari juga kita gak ketemu," ucap Febby sambil mengeluarkan satu-persatu buku pelajarannya.

"Hehehhe, sehari itu bagai satu bulan bagi aku," sahut Alea dengan lebay.

"Iya, sehari bagai satu bulan. Kalo gak ketemu sama Kak Raka," canda Febby.

"Eh! Tau aja lo," ucap Alea sembari tertawa.

Alea memang menyimpan perasaan pada kakaknya Febby, Raka. Sejak pertama kali Febby memperkenalkan Alea kepada Raka, mungkin sekitar satu tahun yang lalu. Tetapi, Raka sepertinya tidak peka akan perasaan temannya Febby ini. Miris sekali.

"Feb, seragam lo kenapa? Kok merah-merah gini? Ini juga kenapa Feb? Bibir lo kok luka?" tanya Alea bingung. Sebab, kemarin hari sabtu Febby masih mulus-mulus aja.

"Eumm, ini gara-gara---"

Triinggg!

Ucapan Febby terpotong karena suara bel sekolah yang telah berbunyi. Lantas seluruh anak-anak dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera.

"Lo upacara gak Feb?" tanya Alea. Ia khawatir pada keadaan sahabatnya ini.

"Upacara kok."

"Ya udah. Ayo, cepetan ...!" ucap Alea sambil menarik tangan Febby.

"Ntar kita di hukum lagi sama Pak Thoriq, guru killer gila itu," lanjut Alea sambil bergidik ngeri.

"Eh, iya bentar-bentar."

"Kalo enggak kamu deluan aja deh," sambung Febby sambil mencari-cari sesuatu di dalam tasnya.

"Aduh, ini obatnya kemana? Ya ampun," risau Febby dalam hati.

"Ah! Akhirnya ketemu," girang Febby.

Dengan cepat-cepat ia langsung mengambil botol minumnya, yang terletak di atas meja.

Baru saja hendak meminum obat tersebut, Alea sudah langsung menariknya.

"Kelamaan lo ah!"

Febby yang terkejut pun lantas meletakkan botol minumnya dengan asal.

Sekarang posisi mereka sudah berada di lapangan, dengan sinar matahari yang menyengat ke kulit. Upacara baru saja di laksanakan sepuluh menit yang lalu.

"Huffh ... untung aja tadi obatnya gak jatoh," batin Febby sambil mengingat kembali kejadian di mana ia di tarik oleh Alea.

Tiba-tiba sakit kepala menyerangnya. Tubuhnya kembali menggigil, padahal suasana di situ sangat panas.
Wajah Febby pun sudah pucat pasi. Darah kembali mengalir dari hidungnya, dengan sekuat tenaga Febby menahan dirinya agar tidak sampai jatuh pingsan.

"Kamu harus kuat Feb!"  batin Febby menyemangati dirinya sendiri.

Perlahan namun pasti, tubuh Febby oleng dan terjatuh di tengah keramaian.

Bruk!

Sontak hampir  seluruh anggota upacara, mengalihkan pandangan ke satu arah, Febby. Ia telah jatuh pingsan dengan darah yang terus mengalir dari hidungnya. Inilah akibatnya jika ia telat meminum obat.

5 Months {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang