"Jadi kamu pindahan dari SMAN 1?" tanya ibu kepala sekolah sambil mengecek berkas milik Arsya dengan teliti.
"Iya bu, benar." jawab Arsya gugup.
Kini Arsya dan pak Wahyu tengah berada di ruang kepala sekolah SMA Jaya. Mereka tengah mengurus berkas pindahan Arsya di sekolah itu.
"Baik, berkasnya kami terima. Selamat datang Arka Renjana, kamu diterima di sekolah ini." Ibu kepsek tersenyum lembut dan meminta Arsya-- Arka untuk berjabat tangan.
Arsya pun membalas jabat tangan itu, "Terimakasih banyak bu." Seraya tersenyum.
"Kamu bisa mengisi formulir ini dulu, disana juga tertera jumlah harga buku pelajaran. Untuk seragam sekolah, kamu cukup mengisi ukuran untuk baju olahraga dan batik."
"Baik, ibu."
Setelah semua selesai, mereka pamit dan kembali ke kost tempat Arsya akan menjalani hidup baru.
•
"Nah nona, karena semuanya telah disiapkan. Saya izin kembali ke kediaman nyonya. Anda bisa menghubungi saya jika membutuhkan sesuatu." Pak Wahyu berpamitan.
"Iya pak, terimakasih banyak atas bantuannya. Hati-hati dijalan ya." Arsya tersenyum sambil melambaikan tangan.
Pak Wahyu membalasnya dengan senyuman. Ia lalu menoleh kearah bu Wirna, "Titip tuan muda ya."
"Serahkan saja padaku!" balas Bu Wirna dengan semangat.
Setelah kepergian mobil itu, Arsya menatap sendu. Ia kemudian bangkit dan menguatkan tekadnya bulat-bulat.
Ayo, Arsya! Kamu pasti bisa!
"Nak Arka, apa kamu mau makan sesuatu? Aku akan menyiapkannya." Tawar wanita itu.
"Terima kasih, bu. Saya akan kembali ke kamar saja dan beristirahat." Arka membungkuk pamit, Bu Wirna mengiyakan.
Setelah sampai, Arka menutup pintu dan menguncinya. Ia menarik nafas dalam-dalam.
Untuk saat ini, semua persiapan untuk mulai bersekolah esok sudah matang. Arka membanting tubuhnya di ranjang. Ia berharap semua akan baik-baik saja kedepannya. Beberapa menit kemudian ia menutup matanya dan tertidur.
•
"Pak Wahyu! Cepat kesini!"
Titah seorang wanita paruh baya. Atmosfer disekitarnya begitu buruk. Sensasi amarah sangat terasa.
Kemudian datanglah Pak Wahyu. "Iya, nyonya. Ada apa? Kenapa anda mencari saya?" Gelagatnya penuh dengan kepanikan.
"Saya tahu apa yang bapak tutupi. Jangan kalian pikir saya bodoh. Kenapa anda membantu Arsya pergi dari sini?" Nyonya Ayudia melipat kedua tangannya.
"Ma-maafkan saya ... Tolong. Anda bisa menghukum saya. Tapi jangan ke nona muda." Pak Wahyu bertekuk lutut di hadapan wanita itu. Ia memohon sepenuh hati.
"Kenapa aku harus membiarkan anak itu? Apa ada keuntungan yang aku dapat?" Nada suara Ayudia terdengar angkuh. Ia menatap dingin pria tua di hadapannya.
"I-ini baik untuk nona muda. Ia bisa belajar menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab. Se-selain itu, nona juga berhak mendapat rasa bebasnya sebagai pelajar biasa." Pak Wahyu menunduk, suaranya tadi bergetar.
"Lalu? Apa bapak tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi?" Ayudia mengintimidasi.
"Terjadi pada siapa?" Pria tua itu mendongak dan menatap Ayudia.
"Hm, banyak." Wanita itu memainkan jemari lentiknya. "Pada Arsya, pada anda sendiri, atau ... keluarga anda?" Senyum licik terukir di wajah Ayudia.
Pak Wahyu diam tak bergeming. Ia terlalu syok dengan apa yang baru saja didengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince(ss)
Teen FictionArka Renjana, seorang siswa baru yang tanpa kemauannya mendapat gelar sebagai 'The Prince' memiliki rahasia besar. "Lo cowok tulen gak sih?" "I-itu ..." Bisakah Arka terus menutupinya? • • #Rank 13 in Friends (3/10/22)