Sinar mentari pagi menyambut para insan yang kembali beraktivitas meski belum puas melepas penat.
Sebagian besar dari mereka merasa tidak rela dengan hari yang berjalan begitu cepat.
Jiwa dan raga belum penuh beristirahat. Namun realita sudah mendobrak paksa untuk menjalaninya.
Seperti para penghuni SMA Jaya.
Mereka yang belum rela akan menjalani hari baru, kian mengeluh. Terlihat dari wajahnya yang lesu dan dari mulut mereka yang misuh.
Ada yang berjalan santai, ada pula yang terburu-buru. Tak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi.
SMA Jaya terdiri dari tiga lantai dengan dua gedung. Terdapat satu lapangan outdoor besar di belakang gedung A dan satu kolam renang outdoor di belakang gedung B.
Ada dua kantin indoor di lantai satu dan tiga serta toilet di setiap lantai. Tak jarang para murid membeli makan di pedagang kaki lima yang berada di gerbang belakang sekolah. Menurut mereka, jajanan ini lebih memuaskan daripada makanan kantin.
Jurusan IPA berada di gedung A, sementara IPS ada di gedung B.
Para murid berhamburan masuk ke dalam kelas mereka. Di iringi dengan kedatangan para guru yang masuk ke semua kelas sesuai jadwal mengajarnya.
XI IPS 2 adalah kelas dimana Arsya mulai berperan sebagai anak lelaki yang menjadi siswa baru.
Semua murid di kelas itu telah duduk rapi. Begitu pun dengan Bu Sita selaku guru Sejarah yang sudah mempersilahkan Arsya masuk dan memperkenalkan diri.
Jantungnya berdegup kencang karena mendapat tatapan dari para penghuni kelas. Ia bisa bertaruh, mereka memberinya tatapan dengan arti yang berbeda-beda.
"Namaku Arka Renjana, pindahan dari SMAN 1. Kalian bisa memanggilku Arka. Salam kenal semua. Semoga kita bisa menjadi teman."
Kalimat perkenalan yang dilontarkan Arka membuat sebagian besar wajah siswi sumringah. Tiga diantaranya bahkan berteriak senang. Arka mungkin harus membiasakan diri untuk kedepannya.
"Baiklah, Arka. Silahkan kamu duduk di kursi kosong sebelah Pratama." Ucap Bu Sita.
Arka membungkuk hormat, "Terima kasih bu." Kemudian menuju kursi yang di maksud.
Begitu sampai, siswa bernama Pratama itu tersenyum dan memberi gesture yang mengizinkan Arka untuk duduk disebelahnya. Arka pun manut sambil tersenyum juga.
"Anak-anak, ayo kita mulai kelasnya. Silahkan buka buku paket kalian. Arka, sudah dapat bukunya kan?"
"I-iya bu. Tadi sudah saya ambil."
"Baiklah, ayo kita mulai belajar."
•
Bel istirahat pun berbunyi nyaring. Beberapa murid berhamburan menuju kantin. Sebagian lagi menghampiri Arka.
"Halo Arka! Aku Lucy."
"Gue Mona. Salken ya!"
"Bro, nama gue Anton. Semoga kita jadi brother ya!"
"Eh ganteng! Coba mata genitnya dong."
Lontaran pertanyaan yang datang pada Arka membuatnya bingung dan merasa pusing. Ia bahkan merasa belum sanggup mengeluarkan suara.
"Hei hei! Tunggu!" Siswa yang duduk di sebelah Arka bangkit dari kursinya. Kedua tangannya terangkat guna menginstruksikan agar mereka tenang.
"Gue adalah best bro nya Arka." Ia menoleh pada sosok yang terlihat kebingungan itu. "Jangan panggil Pratama, itu nama keluarga gue. Panggil Satya biar kayak Satya baja hitam."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince(ss)
Teen FictionArka Renjana, seorang siswa baru yang tanpa kemauannya mendapat gelar sebagai 'The Prince' memiliki rahasia besar. "Lo cowok tulen gak sih?" "I-itu ..." Bisakah Arka terus menutupinya? • • #Rank 13 in Friends (3/10/22)