Chapter 2

8.8K 960 45
                                    

Lantunan suara kotak musik itu terdengar, di antara lorong yang cukup besar dengan beberapa lukisan yang menggantung begitu membanggakan, begitu lebar dengan figur abstrak di dalam nya, berwarna gelap, sangat mencengkam diantara lorong gelap dan h...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantunan suara kotak musik itu terdengar, di antara lorong yang cukup besar dengan beberapa lukisan yang menggantung begitu membanggakan, begitu lebar dengan figur abstrak di dalam nya, berwarna gelap, sangat mencengkam diantara lorong gelap dan hanya satu lampu yang menyala, setelah lorong ini— Tak terlalu bersinar, tetapi cukup untuk menerangi di luar lampu taman yang tampak nya bersinar, menyelusup masuk ke dalam jendela.

Iringan itu terdengar semakin kencang ketika waktu terus berjalan tanpa mengenal henti, tanpa mengenal kata tunggu memperlihatkan kuasa nya, bagaimana sang waktu begitu menuntut untuknya juga terus bergerak, tanpa mengenal henti dan jeda apapun yang terjadi hingga suara detik jam pun kini terdengar, bersatu dengan suara musik box yang memiliki dentingan cukup kuat bersamaan dengan suara langkah kaki yang juga terdengar.

Suara sepatu itu memantul bagai gaung di dalam lorong, mengambil langkah demi langkah dari arah yang bahkan tak terlihat adanya penerangan di sana, bersatu dengan suara detik jam begitu seirama hingga tampak sosok pria yang menggunakan jas berwarna gelap begitu berantakan di antara lorong mewah miliknya dan suara langkah itu terhenti, meninggalkan detik dan juga dentingan kotak musik kali ini.

Tatapannya terlihat tajam walaupun dalam kekosongan dengan helaian rambut berwarna cokelat yang tampak lepek karena berkeringat dan juga noda pada lengan kemeja yang kini terlihat ketika jemarinya keluar dari saku celana setelah mencari kehangatan. Di luar hujan begitu deras, tetapi suara itu tak terdengar di antara lorong nya hingga hanya lantunan musim box itu yang menggema, menyapa nya ketika ia baru saja kembali.

Iris cokelat nya tak teralihkan, dari pergerakan besi dihadapannya yang terus berputar menghasilkan suara yang menggaung di antara nya hingga lengannya pun terulur, menutup kotak musik hingga hanya suara detik jam yang kini tertinggal membuat nya terdiam cukup lama sebelum iris nya melirik ke arah yang baru saja ia lewati sebelum pandangannya terangkat, pada sebuah jam dinding di ujung lorong, di atas pintu masuk ruangan yang menunjukkan pukul dua malam membuatnya kembali terdiam.

Kaki nya kini memilih untuk melangkahkan ke arah ruangan yang berada di ujung lorong dengan tirai yang bergerak, tertiup oleh angin hingga indera pendengarannya kini menangkap suara rintik hujan yang cukup deras membuat nya kembali terpaku selama beberapa detik sebelum ia menurunkan jendela, menutupnya rapat hingga tersisa suara samar hujan dengan jejak nya.

Kakinya pun kini melangkah mundur, memilih untuk duduk di atas single sofa yang begitu nyaman berwarna hitam membuka jas beserta dasi yang rasanya mencekik leher dan menyimpan nya sembarang dengan tubuh yang kini bersandar dan menatap rintik hujan, rasanya hari ini merupakan hari yang begitu panjang membuatnya memejamkan mata.

Namun, helaan napasnya kini kembali terdengar, tubuhnya perlahan bangkit dan dengan cepat mengambil sebuah tongkat baseball dan menyeretnya ke arah lain ketika bayangan seseorang terlintas pada kaca begitu ceroboh hendak menusuknya hingga seringai pun terlihat di wajah ketika pria itu memilih untuk bersembunyi diantara rak buku seperti binatang yang begitu ketakutan.

BETELGEUSE [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang