Bab 2

280 11 0
                                    

Ali POV

Sudah lima hari Raib tidak masuk, aku bosan. Tidak ada orang yang bisa kujahili. Aku bosan di basement, tidak ada yang bisa kukerjakan. Aku tidur di mejaku, mengacuhkan semua keadaan sekitar, sampai.....

"Ra.... Kau datang!!" Suara Seli menjerit terdengar olehku. Aku langsung berdiri. Orang yg dipanggil hanya tersenyum lemah. Aku tak pernah suka saat dia tersenyum seperti itu, walau wajah nya tetap cantik sih... Aku hanya menggeleng kepala sambil mengusir pikiran aneh yang masuk ke kepalaku.

Seli memeluknya erat. Aku tersenyum senang.

"Jadi, kau tinggal bersama tantemu bukan??" Tanya ku langsung tak sabaran. Dia hanya menggeleng kepala.

"Tidak, aku tinggal dirumahku."

"Bukankah itu bahaya, Ra? Apalagi kau hanya sendiri, siapa yang akan melindungimu nanti?"

"Cie, cie...... Tuan muda Ali khawatir ni ye...." Celetuk Seli.

"Hei, nggak boleh aku khawatir dengan sahabatku sendiri?" Ucapku galak walau aku merasa muka dan telingaku memerah.

Raib tetap diam walau digoda Seli. Padahal biasanya dia yang mukanya merah duluan atau marah-marah. Mukanya yang sendu itu tetap terlihat cantik. Dia masih butuh waktu.....

"Berarti kami bisa ke rumahmu dong?"

Aku menyenggol bahu Seli, menggelengkan kepala. Aku yakin Ra masih butuh waktu sendiri sekarang. Tapi anehnya dia menganggukan kepalanya. Aku mengerenyitkan dahiku sedikit, mencari kepastian.

"Kalian memang sahabat terbaikku..." Raib memelukku, upsss maksudku kami. Wajahku merah padam, tidak bisa berkata apa-apa. Raib pun mulai menangis, tapi kali ini aku melihatnya tersenyum bahagia.

Seli POV

Setelah pulang sekolah, kami pergi menuju rumah Raib dengan angkot. Saat sudah sampai, kami turun dari angkot dan membayar. Raib didepan kami dan membuka pintu dan........ rumahnya berantakan. Raib terdiam melongo melihat kekacauan yang ada di dapur. Dan langsung menjerit "Kak Ren!!! Apa yang kau lakukan, hah!!!"

Aku agak terkejut melihat Raib menjerit. Terdengar suara jeritan lainnya. "Ayolah, Ra, aku bosan disini tak ada yang bisa kulakukan, aku lapar! Tidak ada makanan di kulkas!"

Aku melihat seorang laki-laki turun dari tangga. Tampan... Itu kata pertama yang bisa menjelaskan wajahnya. Tidak setampan Ily sih... Aku tertawa kecil. Aku melihat Ali yang tampaknya agak, hmm, kayak mana menjelaskannya, kecewa tapi bingung, atau malah senang? Aku bingung menjelaskan ekspresi wajah Ali.

"Siapa itu, Ra? Pacar loe?"

Aku tertawa mendengarnya, muka Ali merah padam, dan lihat Raib, mukanya lebih parah.

"Bu-bukan kak, ini sahabat aku. Seli dan Ali." Katanya gagap.

"Oh... Kukira pacar loe tadi." Katanya sambil tersenyum jahil.

"Sudahlah, kak. Jangan ganggu Ra lagi. Sini biar kenalan. Ini sepupuku kak Ren, dia tinggal bersamaku sekarang."

"Renald, panggil aja Ren." Kata Ren sambil tersenyum, menggenggam tanganku mencium tanganku, otomatis mukaku memerah. Aku hanya menjawab singkat, malu dengan kelakuannya.

"Ali."

Pada saat dia bersalaman dengan Ali, terlihat mereka saling mencengkram tangan masing-masing. Seperti mereka itu saingan.

"Ra, kalian hanya tinggal berdua?"

Wah, wah, wah, nampak Ali cemburu melihat Raib hanya tinggal berdua bersama sepupunya itu.

"Ti-"

"Kalau iya, kenapa? Cemburu ya? Pacarnya tinggal berdua bersama sepupunya?" Potong Ren cepat.

"Kak..." Ra mulai panik.

Ali dan Ren saling menatap sengit, kalau di anime pasti ada kilatan petir diantara mereka. Raib hanya menggeleng kepala. Dia mulai menarik Ren, sedangkan aku menarik Ali menjauh.

Pintu mulai terbuka, kami langsung melihat siapa orang yang membukanya. Nampak orang yang sangat mirip dengan Ren masuk ke dalam.

"Pas sekali kak Ron datang." Ucap Raib lega.

"Ada apa ini, Ra? Kok dapur berantakan? Dan ini siapa pula? Orang asing?" Katanya sambil menunjuk aku dan Ali.

"Kakak tenang dulu. Seli dan Ali bukan orang asing, mereka sahabatku. Ali... Aku tidak tinggal berdua dengan kak Ren. Kami tinggal bertiga, ini kak Ron, kembaran dari kak Ren. Dan kak Ren, Ali itu bukan pacarku." Kata Raib sambil menunjuk Ali dan Ren. Dia menekankan kata katanya.

"Oh... Ternyata sahabat, ya...." Kata Ren yang mulai menggoda Raib.

Wajah Raib memerah. Tapi godaan Ren dihentikan oleh Ron.

"Ku pikir Ra tidak punya teman, tapi syukurlah." Kata Ron tersenyum. Oh senyumannya itu... Membuat saya meleleh....

"Yap, aku juga agak terkejut. Karena Ra itu anaknya agak pemalu." Lanjut Ren.

Kami pun mulai bercakap-cakap sambil membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Ren. Ternyata Ron keluar untuk membeli persediaan bahan makanan. Dan Ren, dia sangat rajin, walau pun semua kekacauan ini dia yang membuatnya. Sedangkan aku dan Raib memasak untuk makan malam. Aku sudah menelpon mama mengatakan aku menginap di rumah Raib, dan mama setuju, katanya Raib membutuhkan ku. Sedangkan Ali entah apa yang dipikirkannya, ikut menginap, dan tebak apa yang dikatakannya? Dua laki-laki dan dua perempuan, nanti ada hal yang aneh-aneh yang kalian kerjakan. Biar aku yang ikut mengawasi. Huh! Bilang saja dia cemburu, padahal dia sendiri sudah tahu kalau mereka itu hanya sepupu Raib.

Untung saja besok itu libur, jadi bisa bangun siang!!!

Raib POV

Hari ini kacau, sangat kacau. Kak Ren masih terus menggodaku, dan kak Ron orang yang kuharap untuk menolongku, malah ikut-ikutan. Meja makan semakin ramai dengan adanya Seli dan Ali. Aku senang.

Walau lima hari ini aku terus menangis, keputusanku untuk sekolah membuat moodku kembali menjadi baik. Kak Ron dan kak Ren memang sudah berusaha menenangkanku, tapi apalah daya, kenangan orang tua angkatku selalu datang di manapun aku berada.

Dan lihatlah sekarang, Seli sudah tertidur disebelah kananku, akhirnya aku masih bisa tersenyum kembali.
















Hei, hei, hei semua....
Disini Azz datang lagi untuk update. Ide cerita ini sudah kupikirkan sejak lama, tapi baru bisa keluar sekarang.
Kalau ada saran, atau kritik bisa disampaikan. Saya dengan senang hati menerima.... (Walau hati tetap jengkel sih lol)
Disini gunung disana gunung
Ditengah tengahnya ada gurita
Reader bingung ane pun lebih bingung
Yang penting ada cerita

See ya all next chapter.

The light after the darkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang