Prolog

14.4K 878 17
                                    


"Siapa ayahnya?"

Sasmita Rinjani Sanjaya, gadis muda cantik berusia 17 tahun tengah hamil tiga bulan. Gadis tersebut sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi.

Mata bulatnya mengerjap.

"Sasa tidak tahu."

Kayu besar di tangan Sanjaya hampir melayang, jika saja Genta tidak menahannya.

"Perlu kuhancurkan kepalamu biar kau ingat?!"

"Dia sudah meninggal." santai, itulah nada yang tersirat dalam jawaban gadis itu.

Sanjaya melemparkan kayu dan membuat Sasa berteriak keras. Kedua tangannya menutup mata.

Pergaulan bebas yang dianut sang putri menyebabkan maruahnya dipertaruhkan. Sanjaya tidak ingin menanggung resiko yang jelas akan memperburuk nama besarnya. Lagi pula Sasa masih sangat muda, akan seperti apa masa depan putrinya nanti?

"Kalau begitu, bawa Papa ke rumah orang tuanya!"

"Sasa tidak tahu rumahnya."

"Kesabaran Papa sudah habis, Sasa!" Sanjaya berdesis. Merah padam mukanya melihat tingkah anak semata wayangnya.

"Kamu berzina, tidak ingat ibumu di kubur?!"

Sasa menunduk. Matanya melihat ke perut yang sudah terlihat buncit. Lucu juga aneh, itu yang dirasakan Sasa.

Lagi pula kenapa harus marah? Ia sudah berkata jujur. Dia sendiri bingung, kenapa Bastian pergi setelah mengatakan jika dirinya hamil? Siapa yang akan menjadi bapak anak ini? Masih berada dalam kandungan, anak itu sudah  tidak memiliki bapak.

Tiga bulan Sasa menyimpan sendiri. Bukan takut mengatakan pada papanya. Tapi, belum memiliki waktu yang tepat.

Namun pagi ini, ia melihat Sanjaya sudah selesai sarapan dan sedang membaca koran sementara menunggu pak Kim menyiapkan mobil. Sasa langsung mengatakan tanpa basa-basi.

"Akan Sasa pikirkan kalau Papa tidak tahu jawabannya." Sasa ingin meninggalkan ruang keluarga yang cukup besar itu.

Kedua wanita yang selama ini membantu keseharian Sasa tidak bisa berbuat apa-apa. Jika Sanjaya sudah marah, mereka tidak bisa meredakan amarah tuan besar itu.

"Apa yang akan kamu pikirkan?"

"Apa saja," jawab Sasa sudah berbalik. "Sasa akan ke rumah sakit untuk menggugurkannya." tidak ada beban saat Sasa mengatakan kalimat tersebut.

Langkah Sasa terhenti saat mendengar seseorang berteriak nama Sanjaya.

"Kita akan mencari jalan keluar." dia Genta Guinandra, orang kepercayaan Sanjaya.

"Kenapa tidak kau bunuh saja Papa, hah?!"

"Sasa salah. Papa tenang saja. Sasa akan menyelesaikannya."

"Apa yang akan kamu selesaikan? Kamu sudah berzina itu sebuah dosa. Sekarang, kamu ingin melakukan dosa untuk yang kedua kali?" Sanjaya mengusap kasar wajahnya.

Sasa, satu-satunya putri yang ditinggalkan istrinya. Dia bukti cinta kasihnya bersama Nirwana.

"Sekarang kamu menyesal?" Sanjaya menatap tajam ke arah putrinya.

"Tidak. Karena Papa marah, Sasa ingin menggugurkannya."

Inikah kesalahannya karena terlalu percaya pada putrinya? Walaupun dirinya yakin jika Sasa tidak mungkin melakukan hal keji itu tanpa rayuan. Tapi, kenapa tidak ada raut bersalah atau menyesal di wajah putrinya?

"Kamu tahu salah, tapi kamu tidak menyesal?"

"Sasa sayang sama Bastian."

Detak jantung Sanjaya seakan berhenti. Ucapan Sasa menghancurkan dirinya. Sanjaya sadar, jika putrinya masih sangat polos. Jika benar laki-laki bejat itu sudah mati, kepada siapa ia meminta pertanggungjawaban?

Apa yang akan dilakukan Sanjaya sekarang? Tak pernah dibayangkan, akan ada kejadian sebesar ini. Sanjaya mencari letak salahnya.

"Masuk. Jangan berani keluar dari kamar tanpa sepengetahuan Papa!"

Sanjaya akan memberi tugas pada Genta. Ia akan menemukan laki-laki yang bernama Bastian atau keluarganya. Sanjaya tidak bisa percaya pada Sasa. Bisa saja Sasa menyembunyikan fakta yang sebenarnya.

Aib Hamil Di luar nikah (Tamat Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang