E P I S O D E - T U J U H

22 15 2
                                    

"Pak, kenapa harus mereka berdua? Ily anak saya itu jenius lho."

"Mereka sudah berhasil lulus tes, karena itu saya pilih mereka mengikuti Olimpiade ini. Mereka juga tak kalah jenius seperti Ily."

Tak sengaja Ell lewat ruang kepala sekolah yang pintunya terbuka, ia menguping. Tak sopan memang, tapi ia penasaran.

Pembicaraan Pak Lingga dan Pak Trisna mengarah pada Ell dan Alif.

Pak Lingga si guru fisika itu menghela napas pasrah, kemudian berpamitan dari sana, segera Ell berlarian mencari persembunyian.

Briliant Aulia kerap disapa Ily adalah anak dari Pak Lingga. Cewek itu dikenal jenius, sekelas dengan Ell. Sayangnya, cewek itu cukup pendiam, tapi untungnya masih banyak yang menemani.

Pikiran Ell melayang, benar juga, padahal Briliant alias Ily ikut tes, tapi kenapa Ell dan Alif yang lulus?

Saat berjalan sendirian–kebiasaan Ell–cewek yang sudah memakai putih abu-abu itu sayup-sayup indra pendengarnya menangkap suara orang berkata kasar.

Ell mengintip, di sudut taman dua cowok sedang baku hantam. Keduanya tak ada yang mau mengalah.

"Nanya ke Pak Trisna!! Nggak guna lo nyerang gue... " Cowok itu memberi jeda. "Lo makin keliatan sampah."

Bug!

Pukulan keras lagi-lagi didaratkan oleh Darren Einstein pada Alif. Cowok itu tak tinggal diam, ia juga menyerang tengkuk dan perut Darren sampai mengerang.

"Bang—!"

"STOP!" Ell hadir di antara mereka tepat saat Darren akan menghadiahkan pukulan di wajah Alif, namun salah sasaran.

Tiba-tiba saja kepala cewek yang wajahnya sudah menumbuhkan lebam merah gradasi biru itu terasa pusing di kepala bagian depan dan tengah. Napasnya tersengal-sengal karena menahan perih di setiap inci muka.

Perlahan, Ell yang berusaha melerai, ia lunglai. Setelahnya tak sadarkan diri.

****

"Akhirnya lo sadar."

"Berita menggemparkan woi! Cewek yang terkenal judes digotong sama cowok setampan secuek Alif!"

Karena suara Ulfa yang heboh, Ell kembali tersadar.

"Gotong gotong! Lo pikir mayit?" Vita mengomentari.

"Lah emang bener kan, kalo gue ngomong Ell digendong ala Brydlestyle ntar dia baper, kan repot," ujar Ulfa ada benarnya.

Apa tadi? Digendong ala Brydlestyle? Astaghfirullah! Awas saja nanti kalau Ell ketemu Alif, bakal ia habisi! Seenaknya menggendong anak orang.

"Ke mana dia sekarang?!" Ell ngegas. Bahunya naik turun menunjukkan kemarahan.

"Eeheh, santai santai, jangan erosi," ujar Ulfa melerai.

"Erosi apa sih? Erosi tuh pengikisan permukaan bumi yang melibatkan permukaan bumi kayak air mengalir es atau—"

"SSTT! Diem! Susah ya becanda sama orang pinter." Ulfa memotong ceramah Vita. Ia melanjutkan, "Dia lagi di BK sama Darren."

"Jangan marah dulu Ell, bersyukur dulu," ucap Ulfa santai.

"Gue celaka lo nyuruh bersyukur?" Alis cewek yang kini emosi itu bertaut heran.

"Ada alasannya, pertama lo nggak amnesia. Kedua lo digendong cowok dingin-dingin gimana gitu!"

"Astaghfirullah." Vita si kalem mengelus dada, menghela napas pasrah.

"Emang Alif masuk kulkas?" beo Vita.

"Kayaknya sih, makanya dingin gitu," sambung Ulfa sembari melirik ke atas, berpikir keras. Ell frustasi menghadapi sahabatnya yang rada geser otaknya.

"Dih, sukanya kok sama anti-sosial, cuek, dingin. Ntar kalo pas berjuang ga dianggap, nangeees. Galaau. Gue sih ogah," ujar Ell yang kini posisi berdiri.

Meskipun Alif dikenal tertutup, tapi karena tampannya; kulit kuning langsat, tahi lalat kecil di atas mulut, rambut selalu hitam rapi dan masih banyak lagi—membuat kaum hawa lumayan banyak yang mengagumi apalagi setelah dirinya pernah dipaksa menjadi imam sholat waktu MPLS.

Dikenal pendiam, tapi tak memberikan kesan cupu, justru kesan angkuh yang menggoda.

"Tuh cowok emang imam-able, di kelas seringnya tidur, tapi masih aja pinter," puji Ulfa dengan melirik ke atas–dramatis. Berkali-kali cewek itu menginvasi rambut sebahunya.

"Dasarnya pinter dari orok ya susah," komen si kalem cewek berjilbab itu.

Tak jadi pergi, Ell berbalik bertanya, "Darimana lo tau?"

"Lahh, cowok gue kan sekelas sama dia. Doi gue juga sering nyontek ke dia. Baik banget, sayangnya jutek," jawab Ulfa mengpede.

"Dih, sering nyontek kok dibanggain."

"Daripada lo, bukan doi resmi dipamerin."

Kena mental ga tuh, Ell?

"Habis ini kena marah lo Ell. Berani banget bolos kelas waktu pelajaran Bu Ajeng," peringat Ulfa.

"Gue niatnya tadi cuma ke toilet."

"Panggilan alam ya? Makanya lama."

"Jujur aja nih, kalo ga kepepet gue nggak mau memenuhi panggilan alam di toilet sekolah. Gue cuma pengen jalan-jalan, bosen di kelas," jawab Ell jujur.

"Pinter-pinter calon tukang bolos ya lo."

Vita cuma diam menyaksikan, ia tak pandai debat seperti kedua sahabatnya ini.

Ell segera bangkit dari sana, mencari sosok yang sudah lancang menggendong dirinya. Pastikan setelah ini Alif tau rasa!

"Ell! Lo belum sembuh!" Vita teriak memperingati.

"Yang sakit muka gue! Bukan kaki!"

"Tapi lo tadi habis kena tempeleng, takutnya tepar lagi."

"Biarin, penting gue puas maki-maki Alif!!"

"Lebai banget sih, bukannya baper malah marah-marah. Santai aja nggak bakal hamil gara-gara digendong," komen Ulfa.

"Ini masalah batasan sama cowo buat diri gue, lo nggak bakal ngerti!"

•__•
Ily baca; Aili

akhirnya update:p
Lagi sibuk ngurus sekolah soalnya. Maklumin ya. Bye! Assalamu'alaikum.

Keluar Zona Aman [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang