E P I S O D E - E M P A T

55 18 7
                                    

Diam-diam Ell tersenyum, se-beringas  Alif tapi tak melupakan kewajiban sebagai seorang muslim. Alif Haidar Rasyid, definisi cowok unik menurut Ell.

"MasyaAllah...," ucap Ell takjub. Ell melihat jam hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, setengah lima sudah mepet sekali ashar habis.

Ell menghampiri Alif yang lagi wudhu, cowok berkulit kuning langsat yang manis itu menyugar rambutnya terkena air wudhu.

Seketika jantung Ell berdegup kencang karena melihat definisi cowok ganteng menurut dia: setelah wudhu dan masih ada sisa airnya.

"Ngapain lo?" Ell tersadar akan suara Alif yang ngegas, buru-buru cewek berkulit agak sawo matang itu tersenyum lebar. Sabar Ell, jangan bikin Alif emosi.

"Mau wudhu."

Ell memberikan jalan pada Alif, tapi saat Ell akan melewatinya, sikut Alif menyentuh tangan Ell. Terdiam tak ada nyali untuk bicara, Ell memasang muka sok nggak tau, sedangkan Alif berdecak kesal. "Salah tempat lo, ini tempat wudhu cowok!" tegas Alif.

"Dih biarin, mumpung nggak ada orang lain."

"Terus gue setan?"

"Bukan gue yang ngomong loh, lo sendiri!"

Setelah menunggu Alif selesai berwudhu lagi karena batal, Ell ganti tempat wudhu ke tempat cewek. Bisa bahaya kalo tiba-tiba ada cowok.

Wudhu cepat-cepat dan bergegas ke dalam musholla, Ell mencegah Alif yang sudah takbir atul ihram.

"Apaan, sih?" tegur Alif. Sedari tadi Ell tak berhenti merecoki, biasanya para cewek khususnya takut melihat tampang garang Alif atau menghina Alif karena sombong. Ell? Ah dia malah cari gara-gara.

"Jama'ah, kuy." Sambil memasang mukena bahan parasut warna abu dengan santai, Ell tersenyum lebar pada Alif. Kalau saja bukan karena ingin mendapat maaf dari Alif, Ell tak akan mau sok akrab gini. Namun demi tidak kualat, tak ada dendam, Ell mengalah. Mungkin..., menggoda Alif adalah hiburan sekarang.

"Nggak."

"Ya Allah, lo nggak pernah tau ya? Kalo sholat sendiri tuh pahalanya satu derajat, kalo jama'ah dua puluh tujuh derajat! Noh bayangin, selisihnya gede banget!" Ell mengambil napas setelah bicara. "Jama'ah, ya. Ayo ayo ayo."

"Kalo ada yang ngira aneh-aneh?"

"Noh, CCTV-nya. Tinggal ngasih tau kan kita jamaah. Yaudah kuy, jama'ah."

"Maksa banget, sih, lo?" ketus cowok yang memiliki titik tahi lalat kecil di atas mulutnya. Rasanya Alif ingin membuang jauh-jauh manusia cerewet seperti Ell, dunianya yang tenang kini menjadi emosi.

"Loh, diajak kebaikan kok nolak? Yaudah terserah, nanti kalau pas di padang mahsyar ditanya 'Ell kenapa nggak jama'ah?', jawab aja 'Maafkan hamba ya Allah, Alif yang tidak mau'–"

Kalimat Ell panjang lebar yang membuat Alif capek, terhenti ketika Alif memasang sajadah tepat di antara depan Ell dan di belakang Alif. Lalu cowok itu berdiri, menatap Ell yang mulutnya masih sedikit melongo.

"Jama'ah, kan? Yaudah ayo."

Ya Allah! Jujur saja Ell deg-degan banget, cowok bernama Alif Haidar Rasyid sudah mengobrak-abrik ketenangan jantungnya. Oh ralat, ini juga salah Ell yang kenapa maksa sekali! Ah padahal Ell kan cuma becanda.

Lalu Alif mengumandangkan iqamah, alunan suaranya berdesir di tiap inci aliran darahnya. Ell terkesiap sejenak, pikirannya yang penuh imajinasi itu membayangkan apa yang akan terjadi sepuluh tahun ke depan..., dia yang berjama'ah dengan sang suami atau sudah disholati—ditimbun oleh bumi.

Keluar Zona Aman [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang