RARA STORY : 44

2.1K 211 132
                                    

Pencet Bintang pojok kanan bawah sama komennya gak bayar kok gais❤

⚠This chapter contains violence, blood, trauma. Please be wise in reading⚠

Selamat membaca🖤🖤

••••

6 tahun sebelumnya...

"Bunda, Ara pulang!"

"Bunda, lihat Ara bawa sesuatu."

"Bunda kemana sih?!"

"Ara pulang!"

"Bunda di dapur sayang."

Dengan langkah pendek Rara berjalan menuju dapur yang letaknya berdekatan, semenjak kedua orang tua bercerai hak asuh Rara jatuh di tangan Liana. Liana bertekat untuk mengurus Rara sepenuh hati dengan uang hasil kerja kerasnya ditambah uang bulanan yang Dimas berikan, bagaimana pun Dimas mempunyai hak untuk memberi nafkah keduanya.

"Di sekolah Ara ulangan lho bunda, terus liat ini nilai Ara sempurna. Bunda bangga sama Ara?"

Liana berjongkok menyamakan tingginya dengan anaknya, Rara mengambil tangan Liana dan mengencupnya. Sudut bibir membentuk lengkuk, anaknya tumbuh semakin dewasa. Dia berhasil.

"Kamu bawa apa, sayang?"

Rara tersenyum lalu mengangkat gambaran miliknya. "Di sekolah Ara ulangan seni, liat deh bunda hasilnya sempurna. Bunda bangga sama Ara?" ucapnya penuh harap.

"Bangga dong sayang, pinternya anak bunda. " Liana tersenyum"Coba bunda liat sini,"  dengan semangat Rara menunjukannya kepada Liana, namun senyum wanita itu hilang dalam sekejap.

"Ini siapa aja, kok banyak banget?" tanya Liana.

Rara mengangguk. "Ini ayah, bunda sama Ara, nah karena ayah udah engga bisa sama kita lagi aku gambar aja deh keluarga baru ayah, ini mama Ane sama Tasya. Kalo pake jaket biru itu om Dika, bunda suka?"

"Suka sayang, gambaran kamu bagus." puji Liana.

"Tapi bunda keliatan sedih, bunda bohong ya, gambaran Ara pasti jelek, tapi Ara janji bakal berusaha lebih keras lagi." 

Liana mengusap pipi Rara dan tersenyum lebar seakan menunjukan bahwa dirinya baik-baik saja walaupun kenyataan berbanding terbalik. "Bunda enggak sedih, liat bunda senyum gini. Kamu mau martabak bunda buatin khusus untuk kamu." ucap Liana.

"MAU! Ara mau, bunda!"  Rara berjingkrak senang.

Liana tertawa melihat tingkahnya. "Yaudah bunda selesain dulu, kamu ganti baju udah bau keringet." perintah Liana.

"Ihh aku enggak bau, bunda!" sergah Rara. Anak itu mengelembungkan kedua pipinya membuat Liana tidak tahan untuk mencubitnya.

Liana tertawa. "Iya sayang, sana ganti baju nanti bunda panggil kalau sudah jadi."

"OKE! Bunda sini deketan," Liana terkejut ketika Rara mencium pipinya.

RARA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang