*masih Suisei PoV
Kira-kira 2 hari kemudian, efek dari obat tidur tersebut habis dan akhirnya dia terbangun. Dia pun nampak terkejut melihat tangan dan kakinya diikat. Aku hanya ingin fans fanatik ini tidak kabur ketika melihatku. Kemudian kuambil sebilah pisau yang sudah berkarat. Hmm kurasa dia bisa menjadi penghilang rasa stresku sehabis livestream.
"Akhirnya bangun juga, fansku" ucapku dengan senyum.
Dia nampak ketakutan ketika aku menyapa dengan ramah. Selain itu, dia juga terlihat panik panik ketika pisau itu kudekatkan. Dia terlihat mau berbicara sesuatu tapi tertahan oleh kain di mulutnya.
"Hmmmmphhhh. Hmmmphhhh," teriak dia di balik kain pada mulutnya
"Apa sih? Aku ga tau maksudmu. Tolong ngomong yang jelas dong," jawabku sambil menggoreskan pisau ke dahinya.
"Hmmmmphhh hmmphhhh," teriaknya dengan suara yang lebih keras.
"Kamu memang fans yang hebat ya. Terima kasih atas superchat merahnya dan membership-nya." seruku sambil menusukkan pisau tersebut di perutnya.
"Aghhhhh. Hmmmmmpph," teriaknya dengan sangat keras.
Kurasa teriakannya dia itu seperti orang yang bertemu dengan malaikat maut saja. Suara teriakannya aku sambut dengan tusukan pisau yang mendalam beberapa kali. Aku hampir tidak ingat berapa tusukan, mungkin sekitar 80 kali di tubuhnya. Setelah tusukan sebanyak itu dia mulai tak sadarkan diri.
Akibat dari tusukan pisauku adalah darah segar mengalir deras di sepanjang tubuh dan mengotori bajunya. Hmmh pemandangan menarik yang tak akan kusia-siakan. Kuambil smartphone-ku dan kufoto dia sebanyak 7-8 foto.
Selain itu, aku tak lupa untuk menampung darahnya ke dalam gelas. Setelah itu, kuakhiri sesi ini dengan mencabut jantung dari tubuhnya kemudian kusimpan di dalam sebuah toples. Jantung yang telah kucabut ini membuat orang tersebut mati seperti sebuah mainan boneka mati. Tak bersuara.
Aku raba saku celananya dan menemukan sebuah dompet. Kuambil dompet di sakunya. Kulihat isi dari dompet tersebut yang berisi kartu pelajar, uang, dan kertas bon. Pada kartu Pelajar bertuliskan nama SAKAMOTO MIYAZAKI. Kartu pelajar tersebut kemudian kufoto.
"Hmmmh mungkin aku daftar aja di sekolahnya. Soalnya katanya dia, ada teman satu sekolah yang ngefans sama aku." ucapku dalam hati.
Kemudian dari gelas yang berisi darah tersebut kucelupkan sebuah pena. Pena tersebut lalu kugoreskan ke sebuah kertas dan kutuliskan "TERIMAKASIH ATAS SUPERCHAT MERAH YANG KAUBERIKAN PADAKU". Setelah itu, kertas tersebut kumasukkan ke dalam dompetnya kemudian kukembalikan ke saku.
*3 hari kemudian
Jasad si Sakamoto kemudian dibawa ke kawasan Shibuya yang ramai dengan menyuruh beberapa anggota gangster yang telah kusewa. Hal tersebut kulakukan agar aku tidak dicurigai oleh pihak polisi kalau aku yang membunuhnya. Kemudian gangster tersebut membawa jasad tersebut sesuai lokasi yang dituju dan membuangnya.
Aku bersama supirku pun juga berangkat ke sana untuk memastikan bahwa semua berjalan lancar. Tentunya aku melihat hasil tersebut dari kejauhan agar tidak mencurigakan. Hasil pengamatanku adalah terlihat banyak orang mengerubungi jasad tersebut. Nice.
Ketika kumelihat kerumunan tersebut dari jarak jauh, tiba-tiba ada seseorang yang menatapku dengan tatapan yang tajam. Mukaku yang awalnya bahagia seketika berubah menjadi panik. Aku pun langsung masuk ke dalam mobil dan menyuruh supirku untuk pergi meninggalkan kerumunan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idol is a Psycho [Hoshimachi Suisei Fanfic]
Mystery / ThrillerPembunuhan yang terjadi pada Sakamoto Miyazaki hanyalah sebuah titik dalam pembunuhan di Distrik Shibuya. Pembunuhan tersebut membuat Amano Hoshikaze, berkeinginan untuk menguak misteri dibaliknya. Akankah Amano mampu untuk memecahkan misteri pembun...