Chapter 1- Ruang Besuk

139 67 25
                                    


Penyesalan diubun-ubun tengah meredam hangat, kubikan-kubikan lantai menjadi tempat bersinggahnya mata yang tak ingin ditatap se-menyebalkan itu. Firman dengan lagak tenangnya ia hanya mengais kata-kata permintaan maaf yang tepat jika saja sumpah serapah itu akan didengarnya nanti dari mulut orang yang tengah duduk di depannya seraya mengorek-ngorek isi tas hitam yang dipangkunya di atas paha. Ia berdiri tak berani menatap lawan bicaranya, apalagi mengawali pembicaraan.

“Entah mau sedih atau senang hari ini, itu urusan kamu”

Seorang laki-laki yang merupakan kakak kandung Firman meletakkan selembar Surat Akta Perceraian yang  telah dilegalisasi oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil di atas meja. Firman menarik ke belakang sandaran bangku kayu di sampingnya. Dia duduki bangku itu segera meraih lembar berkas tersebut dan membacanya, jemarinya yang gemetaran tak mampu diredam meski siku tangannya bertumpu pada meja.

“Mas percaya kamu orang yang sangat protektif dengan itu.” Kakak Firman mengacungkan jari telunjuknya pada Akta perceraian itu. Dia sangat tahu Firman adalah orang yang sangat hati-hati ketika menyimpan dokumen-dokumen penting.

“Ibu tentu menyesal punya anak yang haus tanggung jawab!” tambah Kakaknya dengan suara lirih tapi cukup membuat tubuh Firman bergetar.

“Maaf,“ ucap Firman lirih.

“Lebih baik anak dan mantan istrimu yang dengar“

“Sudah terlambat, mereka membenciku.“

“Itu bukan urusan Mas,“ ucap Kakaknya dengan acuh tak acuh.

“Aku ngerti, Mas, terima kasih sudah membantu,“ jawab Firman,  sungguh ingin sekali Firman lari dari suasana itu jika saja bukan Kakaknya yang tengah duduk dihadapannya membesuk dengan berat hati harus menyaksikan adik yang kurang ajar.

“Soal rumah …” ada jeda dipertanyaan Firman kali ini, sebenarnya dia sangat tidak ingin bertanya tetapi rasa ingin tahunya tak mengelak untuk dikeluarkan.

“Menurutmu istri yang nggak dinafkahi suami bisa hidup bahagia? kamu yang ngrusak masa depan dia, kamu yang nyakitin dia juga!” Emosi Kakak Firman tersulut akannya.

Kakaknya tahu apa yang dimaksud Firman, tetapi dia mengerti batasan untuk berbicara kasar ditempat besuk yang bukan hanya dia dan Firman saja yang ada disana “Rumah itu disita Bank!“ tambah Kakaknya lagi

Rumah yang dimaksud Firman adalah rumah yang dulu menjadi tempat tinggal dia dan istrinya. Tanah seluas kurang lebih 60 m2 yang diwariskan ibu Firman setelah Firman menikah dibangun rumah minimalis dengan dinding berbahan kalsiboard, meski demikian setelah istrinya menceraikannya Firman sudah berencana untuk memberikan hak milik itu pada istrinya. Namun kenyataan istrinya justru terlilit hutang akibat biaya hidup yang tidak mencukupi.

“Jam besuk Mas mau habis, kamu mau menyampaikan apa buat Ibu?”

“Nggak ada, Mas,“ jawab Firman yang kini tampak canggung. Dia mengembalikan akta perceraiannya itu pada Kakaknya.

“Kamu nggak mau tanya berapa uang yang sudah keluar buat sidang perceraianmu  itu? Berapa uang juga yang dikeluarkan ibu untuk mantan istrimu? Ibu menangis-nangis karena harus jauh dari cucunya.“ Kakak Firman sedikit mencair dia bertanya dengan pelan, Firman sangat mengenal Kakaknya, dia tahu kakaknya hanya menyindir.

“Insha Allah aku lunasi nanti, Mas,” jawab Firman sungguh-sungguh

“Mantan Napi susah cari kerja!“

“Siapa bilang?“ Firman menjawab dengan geram, meski begitu dia harus menahan emosinya

“Ya sudah, Mas pulang. Mungkin besok gantian Ibu yang akan marah sama kamu, Mas simpan ini buat jaminan ya.“ Kakak Firman mengangkat Akta itu agar Firman tahu.

Firman kini hanya menatap punggung kakaknya keluar dari ruang besuk. Dia hanya mengucapkan kata hati-hati dalam diam, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, menghela napas menenangkan diri.

          Firman hendak berdiri untuk kembali ke selnya ketika Kakaknya sudah tak terlihat dari pandangan. Tiba-tiba ada tangan yang menepuk bahu kirinya dari belakang.

        "Masih ada satu orang lagi!" ucap tegas seorang petugas menahannya. Firman pun kembali duduk setelah sebelumnya tidak begitu sempat berdiri sempurna.

Dirinya tentu bertanya-tanya, siapa yang akan datang, ia tercekat ketika seorang wanita yang sangat dikenalnya sudah tiba diruangan besuk.

************************************

UNIFIER ( A Couple Hero's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang