Mawar kini mekar kembali bersama duri yang masih membersamainya, air hujan telah menghapus jejak-jejak retakan tanah di musim kemarau meski semut mengantri dibawahnya mencari lubang untuk tanam lalang.
Dunia tenggelam dengan rasa nyamannya namun nampak gundah ketika nyawa tak lagi dusta untuk menekuk diri dalam ruangan terkunci. Warna akromatik membuat Firman sama sekali tak ingkar dengan jiwa kemanusiannya yang masih merasa bersalah, Ia tak tahu laju yang akan ia tempuh untuk menembus kembali dunia yang masih ia jajahi. Jika saja hanya reinkarnasi Firman pun tak menghendaki untuk kembali dengan wajah yang sama meski jiwanya lahir dengan tabiat baru.
Udara hangat menyambut Firman, Perpisahan dengan beberapa teman Lapasnya mengharu biru. Ada yang dengan sangat terpaksa menangis melepas kepergiannya, memberi pelukan, atau sekedar menepak bahunya.
“Aku tunggu kalian keluar dari sini.” Firman menyeringai, beberapa temannya melototinya menantang kembali. Firman tak peduli dengan do’a-do’a laknat temannya, dia hanya butuh pikiran bening untuk mengumpulkan keberanian menjejakkan kaki ke luar tanah Lapas.
“Ada keluarga kau yang jemput ?“ Tanya Haikal dengan mata yang masih mengantuk.
Firman menggeleng lesu, dia memang tidak tahu. bahkan keluarganya sama sekali tidak ada yang mengunjunginya beberapa bulan terakhir.
“Alamak! Terus kau mau tinggal di mana? Ada rencana kah kau?”
Firman mengedikkan bahu, dia hanya mengharapkan kemurahan Tuhan untuk dirinya hari ini, menutup perbincangan yang membuat dirinya kalut untuk kesiapan yang menipis menghadapi kenyataan.
Firman melenggang pergi ketika Petugas Lapas memanggilnya, menghiraukan pertanyaan Haikal yang masih belum terjawab.Firman kini tengah mengurus dokumen kelulusannya menjalani hukuman pidana. Dia bersumpah untuk tidak akan lagi mengulang kesalahan-kesalahan yang sama di hari kemudian. Petugas Lapas memberi cap stempel kelulusan pada berkasnya. Tak lupa juga memberikan banyak wejangan, motivasi-motivasi yang sebenarnya bagi Firman sangatlah membosankan. Firman tak butuh banyak kata untuk itu, dia hanya butuh penguatan mental dan fisiknya untuk segera sembuh dan berjalan selayaknya manusia yang disempurnakan Tuhan ketika lahir tanpa dosa.
“Lowongan kerja pasti banyak diluar sana, jangan gampang nyerah, jangan pilih-pilih, intinya ketekunan itu perlu,“ jelas Petugas Lapas.
“Iya, Pak!“ Jawab Firman tanggap.
“Jadikan hukuman ini sebagai pengalaman hidup, kamu sudah tahu perbuatan menyakiti orang lain itu sangat ditentang hukum bahkan agama, jadi jangan sampai tercebur di lubang yang sama. Merenung di sini selama empat tahun lebih semoga membuat pikiran manusiamu kembali, bukan pikiran hewan yang nggak kenal dosa itu yang masih ada,“ jelas Petugas Lapas dengan tegas.
Firman hanya munggut-munggut. Firman tak lupa berterima kasih kepada para petugas yang ada di sana, beberapa Petugas lapas yang lain sudah berdiri nampak siap mengantar Firman untuk keluar dari gerbang Lapas.
Gemetar kakinya melangkah, haru bahagia bercampur kesedihan membuat tubuhnya sedikit lunglai. Seorang petugas lain bergegas menghampirinya mengulurkan selembar ampop.
“Ada titipan surat dari keluargamu, bacalah dulu!“ Perintah petugas.
Firman menerimanya tanpa harapan lebih di benaknya, ia perlahan membuka amplop putih itu, surat yang datang tiga hari sebelum tanggal bebasnya. Kelegaan terpancar di sana, mata Firman berbinar membaca tulisan yang sangat ia kenal adalah tulisan Kakaknya itu, Kalimat-kalimat yang sangat menyentuh dan penuh kepedulian terpapar disana.‘Mungkin Mas tidak bisa menjemput kamu nanti, karena harus tugas ke luar kota. Ibu sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Mas. Tentu saja Ibu juga nggak datang. Ibu Cuma berpesan jaga diri saja, ada uang saku juga titipan dari Ibu untuk keperluan kamu selama masih belum mendapat kerja dan Mas tambahi sedikit. Ingat ya, itu hutang! jadi jangan seenaknya kamu pakai terus nggak ada tanggungan buat ngembaliin. Mas sudah siapkan kos-kosan buat kamu, Catat itu juga, masukan daftar hutang. Kalau kamu punya rasa malu, cari kerja dulu buat nggantiin semuanya. Pekerjaan halal masih banyak dari pada kerja jadi tukang pukul. Tinggalkan pekerjaan yang sudah-sudah.’
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIFIER ( A Couple Hero's Story)
RomanceKehidupan Firman berantakan semenjak dirinya terjerat kasus KDRT terhadap istrinya, selama 4 tahun dia harus mendekam dipenjara. Perceraian dengan sang istri semakin membuatnya tersadar atas kegagalan hidup, kegagalan tanggung jawab, serta kegagalan...