Malam minggu telah tiba. Kini Deniz dan kedua orang tuanya sedang perjalanan menuju ke rumah Zayna. Sedangkan Zayna dan kedua orang tuanya juga sudah menunggu kedatangan Deniz dan orang tuanya. Ada perasaan gugup, cemas, dan was-was di benak Zayna saat ini. Zayna berjalan mondar-mandir di ruang tamu.
"Zayna, apa yang kamu lakukan? Mama pusing sendiri melihatmu yang sejak tadi mondar-mandir."
"Ahh, maaf ma. Tapi Zayna gugup banget ini."
"Duduklah sini, tak usah tegang. Ini hanya pertemuan kedua keluarga bukan Ijab Qobul."
"Hehehe." Zayna hanya tertawa nyengir.
Zayna pun akhirnya duduk di samping mamanya. Namun tak lama kemudian terdengar suara mobil dari luar. Zayna segera membukakan pintu. Ternyata benar, yang datang adalah Deniz dan orang tuanya.
Zayna bersalaman dengan kedua orang tua Deniz, dan mempersilahkan masuk. Kini mereka semua sudah berkumpul di meja makan dengan hidangan yang cukup lengkap yang telah disiapkan oleh Zayna dan mamanya.
Mereka semua menikmati makanan dan perkenalan-perkenalan singkat yang juga diselingi canda gurau, agar suasana tidak begitu menegangkan dan agar bisa menjadi lebih akrab. Mama Zayna menceritakan masa-masa kecil Zayna, yang membuat Zayna malu.
"Mama, udah dong. Zayna malu."
Semua orang pun tertawa melihat Zayna yang salah tingkah karena malu.
Akhirnya makan malam mereka pun selesai. mereka berpindah tempat dan berkumpul di ruang tamu. Suasana menjadi lebih serius dan menegangkan. Pembicaraan mereka pun kini juga serius. Orang tua Deniz menyampaikan kedatangannya ke rumah Zayna.
"Jadi maksud kedatangan kami kesini adalah untuk membahas tentang kelanjutan hubungan antara anak saya Deniz dengan Zayna. Deniz memberitahu saya kalau di sangat mencintai anak bapak dan ibu, dan ingin melanjutkan hubungan kejenjang yang lebih serius." Ucap papa Deniz.
"Saya terserah anak saya saja. Selama anak saya bahagia saya akan menyetujuinya. Bagaimana Zayna?"
Zayna menganggukkan kepala dengan senyum malu-malunya.
Semua orang bernafas lega. Suasana tegang sudah mencair. Kini mereka berbincang-bincang dengan santai. Mereka membahas akan bagaimana kedepannya.
"Saya rasa lebih baik tunangan saja dulu." Usul papa Zayna.
Semuapun menyetujui usulan papa Zayna. Dan mereka juga telah bersepakat kalau pertunangan akan dilaksanakan sebulan lagi setelah hari ini. Setelah berbincang-bincang cukup lama. Akhirnya Deniz dan kedua orang tuanya pamit pulang, karena waktunya juga sudah semakin larut.
Setelah Deniz dan orang tuanya pulang, Zayna pergi ke kamarnya. Sedangkan mama dan papanya masih duduk di ruang tamu.
"Ma?"
"Iya pa. Ada apa?"
"Papa kok merasa kurang cocok ya dengan Deniz?"
"Maksud papa?"
"Entahlah, papa merasa kalau Deniz bukan lelaki yang tepat untuk Zayna."
"Hussshh, pelan-pelan pa. Kalau Zayna dengar, dia akan tersinggung dan sakit hati."
"Iya ma. Semoga papa yang salah. Semoga Deniz memang yang terbaik untuk Zayna."
"Iya pa. Kita doakan saja yang terbaik buat Zayna."
"Papa cuma nggak mau kalau nanti Zayna tersakiti."
"Semoga saja tidak akan pernah terjadi pa. Zayna dan Deniz kan juga sudah menjalin hubungan bisa dibilang cukup lama. Pasti mereka sudah saling mengenal dan paham satu sama lain."
"Iya pa. Papa harap begitu."
"Ya udah yuk pa kita istirahat."
"Iya ma."
Mama dan papa Zayna pun beranjak dan berjalan menuju kamar mereka. Namun perasaan papa Zayna masih saja tak tenang. Papa Zayna masih merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
*****
Sang Surya kembali memancarkan sinarnya. Burung-burung berkicau sangat indah. Ayam-ayam berkokok saling bersahutan. Pagi ini terasa sangat indah bagi Zayna. Senyum manis terukir di wajahnya mengiringi langkahnya menuju meja makan menghampiri mama dan papanya.
"Selamat pagi semua." Sapa Zayna.
"Selamat pagi sayang. Kau tampak sangat bahagia hari ini." Ucap papa Zayna.
"Tentu saja dong pa. Kita harus mengawali pagi dengan kebahagian, agar hari-hari kita terasa menyenangkan."
"Hemmm... Baguslah kalau begitu. Papa juga ikut senang."
"Harus dong pa."
Papa dan mama Zayna saling melirik satu sama lain. Mereka merasa heran dengan tingkah anaknya saat ini.
"Mama masak apa?" Tanya Zayna.
"Mama masak sayur bayam, tempe goreng, ayam goreng, dan sambal bawang."
"Wah mantap tuh."
Mereka pun memulai sarapan pagi ini dan melahap makanan yang telah disajikan oleh mama Zayna.
Setelah selesai sarapan, Zayna berpamitan untuk berangkat ke butiknya. Saat perjalanan ia mendapat panggilan masuk dari calon suaminya yaitu Deniz dan itu menambah semangat Zayna pagi ini.
"Halo sayang."
"Halo."
"Kamu sedang apa?"
"Ini lagi perjalanan ke butik sayang."
"Udah sarapan belum?"
"Udah dong."
"Oh ya udah hati-hati ya. Semangat kerjanya. Nanti kalau sudah sampai kabari aku ya."
"Iya sayang."
"I love you."
"I love you too."
Deniz mematikan panggilannnya. Tak lama kemudian Zayna sampai di butiknya. Ia menyapa para karyawan yang telah duluan sampai.
Saat sampai di ruangannya. Zayna menghubungi Fayyaz.
"Kenapa telpon?" Tanya Fayyaz tanpa sapaan.
"Astaga, salam dulu kek. Sadis amat."
"Ada apa telpon sepagi ini? Ada masalah?"
"Nggak ada. Aku cuman mau ngasih kabar gembira aja."
"Kabar apa?"
"Semalem Deniz dan keluarganya datang ke rumah. Mereka datang untuk melamarku."
"Ahh, bagus deh."
"Terus rencananya bulan depan kami akan bertunangan."
"Oh ya, selamat deh."
"Kok gitu doang sih?"
"Gitu doang gimana?"
"Ya kayaknya kamu nggak seneng gitu."
"Sapa bilang, aku seneng banget malah. Aku bahagia jika kamu bahagia. Semoga semuanya diberi kelancaran."
"Uluh uluh, so sweet."
"Ya udah ya Zay, aku lagi sibuk banget ini."
"Oh ya? Aku ganggu kamu ya?"
"Hehehe."
"Maaf deh. Ya udah selamat bekerja. Jangan lupa makan."
"Iya, kamu juga."
Saya pun mematikan telponnya, kemudian menghubungi Deniz untuk memberitahu kalau ia telah sampai di butiknya.
TBC
******
Maaf ya lama updatenya.
Sebenarnya aku ragu mau lanjutin cerita ini apa nggak?
Menurut kalian gimana?
Lanjut nggak?
Jangan lupa tekan ⭐️ nya dan tinggalkan jejak sebanyak-banyaknya ❤️😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Healing
Romance21+ (mengandung adegan dewasa) Fayyaz dan Zayna adalaha sahabat yang sama-sama mengalami patah hati dan terluka akibat percintaan. Hingga suatu hari mereka melakukan hubungan intim karena didorong oleh rasa kesepian dan luka di hati mereka, bukan at...