(Belum selesai revisi, sebagian part di unpub)
Pesantren Al-fatah berdiri sejak tahun 1960. Banyak misteri yang belum terungkap. Kejadian mengerikan 45 tahun silam yang tidak semua orang tahu tak terkecuali pendiri pesantren. Beliau berusaha mengubu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jika kau tidak sengaja melihat mereka, alihkan pandanganmu. Jangan lihat matanya sekalipun itu keinginan mu. Yakinlah, mereka akan bergantung padamu, jika mereka tahu bahwa kau dapat melihat mereka."
•••
"Kan bener beritanya ada!" seru Jihan saat mencheck kembali mading yang bertengger rapi pada sempadan dinding ruang kelas bagian akhwat, "Tapi kenapa tadi aku lihat ga ada?"
"Jihan!" pekik Ainun dari jauh. Ternyata Ainun menyusul Jihan karena kegiatan makan siang sudah dimulai akan tetapi Jihan tidak lekas menampakkan batang hidung.
"Ngapain sih? Ayo dong waktu istirahat kita cuma sebentar nih. Keburu masakannya habis sama santri lain," keluh Ainun gusar.
Jihan tidak mengindahkan sambatan Ainun, ia masih senantiasa terpusat pada dinding mading. Sekilas teringat sesuatu, ia menandai berita tersebut dengan jentiknya, "Lihat sini cepetan, tadi pagi aku ngebaca berita ini." Saat dilihat kembali, jarinya malah terpaut pada berita lain.
Ainun meneliti dengan teliti, "Diberitahukan kepada seluruh santriwati, bahwa tanggal 1 Februari mendatang akan diadakan lomba tahfidz Qur'an, diharapkan kepada seluruh santriwati untuk dapat berpartisipasi menjadi calon hafidza. Silahkan datang langsung ke kantor ustadzah Balqis untuk mendaftarkan diri, kamu pengen ikutan lomba tahfidz Qur'an? Ayo dong, aku juga pengen banget."
Jihan menciutkan alisnya lalu menilik kembali dengan pandangan nyalang. "Bukan ini, Ainun!" Jihan tampak sangat kebingungan. Jelas saja jentiknya bukan mengarah pada berita ini.
Ainun hanya menatap Jihan pelik. "Sudahlah, Jihan. Ayo kita makan dulu, sebentar lagi kelas sore akan dimulai." tukas Ainun dengan kontak mata yang secara otomatis mengincar arlojinya.
Jihan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Tadi udah aku tandai, kenapa hilang lagi?" Ainun segera menarik lengan Jihan. "Sudah lah."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
