6. Jangan mudah terkecoh

71 40 141
                                    

"Silahkan kau usik si pendiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Silahkan kau usik si pendiam. Lihat apa yang ia lakukan selain menangis memandangimu."

•••

Bau anyir ini memang memprovokasi penciuman siapapun. Jihan mendeteksi adanya darah yang sekiranya masih segar membeku di lantai dekat wastafel kamar mandi. Jihan sendiri merasa jijik dengan apa yang dilihatnya. Tetapi karena ia ingin membasuh wajahnya yang mengantuk akibat ceramah yang katanya singkat namun bereksemplar dari sang kyai, Jihan pun menuntut diri harus tetap cuci muka sambil sesekali menahan mual. Aromanya sangat-sangat busuk!

"Ini siapa sih yang buang darah di sini ih, kenapa tidak ada orang yang liat. Mana kamar mandinya kotor lagi, perasaan kamar mandi pesantren ga pernah sekotor ini sebelumnya," batin Jihan. Lalu ia melihat ke sekeliling dinding kamar mandi yang juga tampak lekang, padahal tidak ada badai petir, gempa, tsunami atau semacamnya bulan-bulan ini.

Setelah selesai menyeka muka, Jihan kembali menuju aula kebesaran sambil shalawatan. "Jihan!" Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil. Vokalnya tampak jauh. Jihan menoleh ke belakang, menilik dengan seksama setiap sudut pagar namun tidak menemukan siapapun.

"Jihan!" Jihan kembali menoleh ke depan. "Astaghfirullah, Ainun! Kamu ini ngagetin aja ya, perasaan tadi suaranya dari sana deh." Jihan menunjuk ke arah belakang dan menatap Ainun bingung.

"Suara apa dari sana? Orang aku aja barusan manggil," Ainun juga menatap Jihan bingung. Jihan yang ditatap juga menjadi semakin bertambah tingkat kebingungan nya.

Lima detik mereka berlayar dalam kebingungan, untungnya dialog Ainun memecahkan keheningan itu. "Ayo temani ke kamar dong, Al-Qur'an aku ketinggalan. Aku gabisa LDR gini sama dia," pinta Ainun sembari mengatupkan kedua tangan seperti orang memohon.

"Ambil sendiri kan bisa, Ainun. Aku udah ketinggalan jauh nih dengerin ceramahnya ustadz," ujar Jihan seraya melangkah pergi. Tetapi Ainun mencekal tangan Jihan. Ainun masih dapat merasakan tekanan mental dalam dirinya setelah kejadian kemarin. Ia tidak mau sendirian lagi, yang kemarin menurutnya sudah cukup. Jangan lagi.

"Inget ga hadist yang menjelaskan ganjaran bagi orang yang suka tolong-menolong?" tanya Ainun menyeringai dan Jihan hanya menatap Ainun datar.

"Dengerin ya calon ustadzah ngomong, dari HR. Bukhari dan Muslim, Rasullullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda barang siapa yang menolong orang yang membutuhkan, maka Allah mencatatnya sebanyak 73 ampunan. Satu ampunan terdapat kebaikan dalam semua masalahnya, yang 72 menaikkan derajatnya pada hari kiamat" terang Ainun seraya tersenyum bangga. Jihan hanya melengos dan ber-oh ria.

"Jadi gimana? Masa kamu ga minat nolongin orang, ganjarannya gede loh, Jihan. Ayolah!" Seru Ainun kali ini sambil menggoyangkan lengan Jihan kuat. Tetapi Jihan hanya memiringkan bibirnya dan menoleh ke arah lain seperti tak minat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

45 Rajapati (Masa Peninjauan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang