"Apa yang akan kamu lakukan, jika di hadapan mu ter-ekspose jelas insiden pembunuhan?"
•••
Swastamita dari ufuk barat, tengah menuju singgasana nya. Kombinasi hamburan rayleight berwarna biru dan tingkat kepadatan atmosfer bumi yang mulai tampak, membuat para santri segera bersiap-siap untuk mengikuti shalat magrib berjamaah.
Sejujurnya kesempatan ini lah yang paling menyenangkan bagi Ainun, lantaran ia bisa mencuri pandang pada santriawan yang berhasil membuatnya terpesona selama ini. "Apalagi kalau dia pakai sarung, baju koko warna coklat terus pakai peci, gatau deh kadar ketampanan nya jadi berapa persen," batin Ainun sambil menutup wajahnya malu lalu menghentakan kakinya manja, tersadar dengan kesilapannya itu segera saja ia berucap "Astaghfirullah."
Jihan yang melihat sesuatu tidak konvensional dalam diri sahabatnya itu dengan spontan ia menepuk bahu Ainun pelan, "Lagi ngapain sih?" Ainun yang terkesiap seketika nyengir setelah tau yang menepuk bahunya adalah Jihan. "Lagi ngapain tadi? Dosa loh kamu kalau mikirin lawan jenis. Bukan muhrim tau," omel Jihan sembari melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk berwudhu.
"Apasih Jihan, ga jelas!" ketus Ainun seraya mendengus sebal.
Kamar mandi kini dipadati para santri, khususnya kamar mandi para santriwati. Antrian panjang ini bak rantai membuat pengantri mengeluh. Sebab Jihan dari tadi tidak kunjung keluar padahal sebentar lagi masuk waktu magrib. Sementara Jihan yang ada di dalam menangis sejadi-jadinya karena pintu kamar mandi tidak dapat dibuka, tiada siapapun di sana yang dapat mendengar erangan Jihan padahal ia menggedor pintu tersebut kuat-kuat. "Tolong, kumohon!!"
Muadzin sudah mengumandangkan adzan, para santri yang tadinya kesal mulai berpikir su'udzhon apa yang tengah Jihan lakukan di dalam sana. Salah satu dari mereka akhirnya memanggil seorang kyai karena sudah tidak resistan lagi untuk menapak. Kyai tersebut awalnya memanggil nama Jihan, namun tak ada balasan sama sekali. Selanjutnya mengetuk sebanyak 3 kali, namun tidak juga. Akhirnya kyai itu menggedor pintu kamar mandi sekeras mungkin, tapi ... tidak juga. "Ada apa ini?" batin kyai tersebut, setelahnya ia bertanya pada salah satu santriwati yang ada di sana. "Kalian memang yakin Jihan ada di dalam sana?"
"Yakin pak ustad!" kompak mereka.
Karena tak ada pilihan lain, kyai itupun mendobrak pintu kamar mandi. Terlihat lah Jihan menangis di ceruk kamar mandi dengan pakaian yang sudah lepek. Kyai tersebut menyapu pandangan ke arah lain setelah sekilas melihat Jihan.
"Bawa dia ke kamarnya, bantu dia mengganti baju," perintahnya pada seorang santri yang terdekat. Setelahnya dibalas anggukan oleh si empu.
KAMU SEDANG MEMBACA
45 Rajapati (Masa Peninjauan)
Mystery / Thriller(Belum selesai revisi, sebagian part di unpub) Pesantren Al-fatah berdiri sejak tahun 1960. Banyak misteri yang belum terungkap. Kejadian mengerikan 45 tahun silam yang tidak semua orang tahu tak terkecuali pendiri pesantren. Beliau berusaha mengubu...