5. Penyimpanan makanan sehat

89 57 205
                                    

"Ada yang mengigit tapi bukan anjing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada yang mengigit tapi bukan anjing."

•••

Pagi ini Jihan sudah terlihat rapi. Jam sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Para santri diharuskan untuk melakukan shalat malam berjamaah dan dilanjut dengan tartil Qur'an.

"Jihan, ayo cepetan!!" pekik Ainun di ambang pintu.

"Apasih, Ainun! Jangan terburu-buru gitu dong, aku lagi pakai mukenah nih, sebentar doang!" Jihan tak kalah memekik saat sedang mematut cermin, namun seketika Jihan dikagetkan sesuatu yang melesat cepat pada bayangan cermin. "Heh, apa barusan?"

"Jihan! Ih, lama banget. Keburu idolaku masuk," pekik Ainun lagi.

Jihan terpaku untuk beberapa saat. "Barusan apa, ya?" tanya nya pada diri sendiri. Lalu beralih menyusul Ainun yang sudah hampir meninggalkan nya.

"Ainun, tunggu!" seru Jihan berlari kecil.

"Kan, dia udah masuk. Ga bisa liat deh." keluh Ainun sambil menghentakkan kakinya—kesal.

"Siapa?" tanya Jihan bingung. Tetapi detik berikutnya ia kesal pula. "Kan udah dibilang dosa! Kamu ini bandel banget dibilangin, Ainun!"

Ainun memutar bola matanya malas. Lagi-lagi Jihan cerewet.

Shalat malam dilakukan dengan khusyu' hingga selesainya tadarusan. Selanjutnya berlanjut dengan shalat subuh. Tetapi tidak sengaja Ainun buang angin. Ia terburu-buru menuju kamar mandi sebelum shalat Subuh dimulai.

"Aduh, kenapa pake acara kelepasan sih?" kesal Ainun pada diri sendiri tanpa memperhatikan sekitar. "Males banget basah-basahan lagi, mana ga ada orang, serem banget lama-lama nih pesantren, ya."

Belum sampai pada tempatnya, Ainun dihadiahkan seorang santriwati yang berdiri mematung menghadap kearahnya dengan wajah menunduk serta tidak memakai kerudung. Padahal pesantren melarang keras para santriwati nya untuk melepas hijab, apapun alasannya. Jika ketahuan melakukannya walaupun hanya tertidur saja, akan dikenai hukuman berupa digunduli tidak memandang bahwa dia perempuan.

"Kenapa dia?" batin Ainun seraya menilik lebih teliti setiap sudut tubuhnya. "Kakinya kok? Astaghfirullah ...." Tersadar ada sesuatu yang tidak beres, Ainun berlari secepat mungkin menuju mushallah, tetapi anehnya tidak ditemukannya banyaknya santri di sana.

"Kemana semua orang?" Ainun semakin panik. Pergerakannya gusar, ia menoleh ke kanan dan ke kiri tetapi tidak di temukannya juga para santri. Lalu ia berlari cepat ke arah bilik asrama miliknya, tapi juga tidak di temukannya Jihan di dalam sana. Sepi. Tiada siapapun. Seperti tiada kehidupan.

45 Rajapati (Masa Peninjauan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang